[Seri Dua Minggu di Australia (bag.4)] MIE GORENG, BALCOMBE, DAN GREEDY KANGAROO
Mie Goreng dan Sepasang Kekasih
Jam menunjukkan pukul 06.30. Ahmad Saifulloh mengambil dua bungkus mie goreng. Dimasukkan ke dalam panci kecil dengan dua butir telur yang telah disiapkan Ibu Chris di lemari pendingin. Aromanya sudah mulai terasa saat saya keluar dari kamar. “Mas, sarapan dulu. Ada indomie di panci,” kata Mas Ahmad. Merasa cukup lapar pagi ini, saya bergegas mengambil piring, dan mencoba masakan lelaki berhati lembut asal Ponorogo itu.
“Indomie-nya enak Mas. Saya tambah lagi, gak apa-apa, ya?”
“Monggo, Mas. Itu buat antum, kok, semuanya.”
Tiba-tiba saya teringat masa-masa ketika jadi santri. Kadang kalau makanan di math’am habis (kata teman-temanku, dalam hal makanan jangan pakai istilah sabar, karena man shabara, intaha—siapa ‘bersabar’, kehabisanlah dia) dan keuangan lag...