Senin, November 25Literasi Berkeadaban - Berbakti, Berkarya, Berarti

Tag: Cerpen

Bedah Karya FLP Palembang, Temuan 4 Kekurangan Cerpen Ini Layak Diwaspadai

Bedah Karya FLP Palembang, Temuan 4 Kekurangan Cerpen Ini Layak Diwaspadai

Berita
PALEMBANG, FLP.or.id - Apalah artinya berkomunitas kepenulisan, jikalau tanpa pembedahan karya. Kebutuhan akan bedah karya inilah yang dipenuhi oleh FLP Cabang Palembang melalui ajang TEA TIME. Seperti yang berlangsung pada akhir Oktober lalu, TEA TIME menghadirkan penulis fiksi Azzura Dayana selaku pemateri. Materi yang dikupas ialah soal pembuatan cerita pendek (cerpen). Para peserta sudah siap dengan membawa cerpen masing-masing. Acara diisi dengan membahas kekurangan dan kelebihan cerpen-cerpen tersebut. "Beberapa karya peserta sudah bagus dalam hal diksi, pemilihan katanya," kata Azzura. Tips untuk memperbaiki mutu diksi ini, turut disampaikan oleh novelis Sinta Yudisia. Menurut psikolog yang tak lain juga Ketua Badan Pengurus Pusat (BPP) FLP ini, penulis harus membekali diri deng...
FLP Hadramaut Menggelar Diklat Cerpen dan Bedah Cerpen

FLP Hadramaut Menggelar Diklat Cerpen dan Bedah Cerpen

Berita
Tarim (22/09), FLP Hadramaut kembali menggelar salah satu agenda bulanannya, yaitu diklat kepenulisan. Diklat kali ini diisi dengan belajar menulis cerpen dan bedah cerpen. Untuk menarik perhatian anggotanya, FLP Hadhramaut mengangkat tema yang akrab dengan keseharian mereka, “Berdakwah dalam Panggung Cerita”. Tema ini diangkat dengan harapan, cerita-cerita yang mereka tulis dapat menjadi ladang dakwah mereka. Kali ini FLP menghadirkan Mohamad Abdurro’uf (peraih juara pertama dalam Sayembara Cerita Mini/SCM Yaman 2016 se-Timteng & Afrika) sebagai narasumber. Bertugas sebagai moderator dalam acara ini M. Ikbal Abu Bakar. Narasumber mengawali pemaparan materinya dengan pengetahuan-pengetahuan dasar dalam menulis cerpen. Di antaranya tentang: definisi cerpen, ciri-ciri cerpen, unsur-uns...
KEMECER, Kelas Menulis Cerita A la FLP Solo Raya

KEMECER, Kelas Menulis Cerita A la FLP Solo Raya

Agenda
SOLO, FLP.or.id - Setiap Sabtu siang, para anggota FLP Solo Raya berkumpul di markas mereka--Jl. KH. Samanhudi No 3, Tegalsari, Bumi, Laweyan--untuk mengikuti KEMECER (Kelas Menulis Cerita) Kegiatan kaderisasi itu dimotori langsung oleh Opik Oman, Ketua FLP Solo Raya periode 2015-2017. Sosok Opik dikenal sebagai penulis 11 judul buku fotokopian yang berhasil menjual 2.000 eksemplar dalam setahun. "Anggota akan belajar self indie publishing. Mulai dari merencanakan outline, menulis cerpen, menerbitkan naskah, sampai menjual buku," kata Opik pada Ahad (18/09/2016). Menurut Opik, dengan materi seperti itu, besar harapan, anggota tidak hanya mahir menulis cerita, tapi juga mendapat income lumayan dari hasil karyanya. Opik mengaku bahwa untuk saat ini, baru sampai pada tahap revisi naskah, ...
Oleh-oleh dari Celebes! Ini 3 Tips Menulis Cerpen Menurut Gegge Mappangewa

Oleh-oleh dari Celebes! Ini 3 Tips Menulis Cerpen Menurut Gegge Mappangewa

Berita, Karya
JAKARTA, FLP.or.id -- Forum Lingkar Pena (FLP) Wilayah Sulawesi Selatan (Sulsel) mengadakan Training of Writing and Recruitment (ToWR) pada akhir Juli 2016 lalu di Masjid Darul Istiqomah, kota Maros. Hadir sebagai satu di antara banyak pemateri adalah S. Gegge Mappangewa. Penulis yang karya-karyanya memenangkan banyak penghargaan itu, berbagi materi mengenai menulis cerita pendek. Menurut pria yang biasa dipanggil Daeng Gegge tersebut, ada 3 tips dalam menyelesaikan penulisan cerita pendek. 1. Fokus ke ide. Upaya untuk fokus kepada ide ini, harus benar-benar terbukti, dalam adegan atau peristiwa yang diceritakan. "Bukan sekadar menggambarkan aksi mulai dari bangun tidur hingga bangun lagi, tanpa ada hubungan dengan ide," ujar Daeng Gegge. 2. Eksplorasi latar. Latar dikenal sebagai unsur...
KIMRI | Cerpen Topik Mulyana

KIMRI | Cerpen Topik Mulyana

Cerpen, Karya, Pilihan Editor
JIKA Tuan seorang ahli sejarah, Tuan pasti tahu nama Desa Cibintinu. Itulah desa kami dulu. Di sinilah pelajar Soekarno bertemu dengan salah seorang leluhur kami, petani Marhaen. Ketika pelajar Soekarno menjadi kian ternama, nama leluhur kami itu acapkali disebut-sebut dalam pidato-pidatonya. Sudah pasti, kami merasa sangat bangga. Berpuluh tahun lamanya kami hidup dalam kebanggaan semacam itu. Kemudian, peristiwa pada pertengahan tahun 60-an mengubah segalanya. Deru puluhan mobil jip dan gemuruh ratusan pasang sepatu lars yang sepanjang malam tak henti-henti itu seketika menghancurluluhkan kemegahan nama Marhaen dalam benak kami. Sejak itu, kami dibayang-bayangi rasa ngeri, terkucil, dan dicemooh orang-orang sekitar bahwa kami keturunan orang-orang pengkhianat dan biadab. Kami ditiadakan....
Hukum Menulis Cerpen

Hukum Menulis Cerpen

Kepenulisan, Pojok
Sebagai penikmat sastra –dan kadang-kadang iseng menulis karya sastra– pernah terlintas di benak saya bagaimana hukum menulis cerpen (apalagi novel)? Bukankah ada seperti unsur membohongi gitu? Menulis cerpen itu kan mengarang (insya') dan mengarang itu kan mengada-ada –heheh–, apa nggak "ngapusi", membohongi? Kan tokoh-tokohnya, kejadiannya, latar belakangnya, tempat kejadiannya; bias jadi rekaan semua,walau diangkat dari kejadian sehari-hari dengan merubah pelakunya. Hal ini pernah merisaukan pikiran saya lumayan agak lama, sebelum saya mendiskusikannya dengan beberapa Guru-Guru Besar saya yang masing-masing memberikan jawaban berbeda sesuai dengan wijhah nadhor (sudut pandang) masing-masing, meski inti jawaban adalah sama. Cerpen, dalam istilah Arab disebut "Riwayah" atau "qisshoh q...
Visi Ketuhanan dalam Berkarya (bag 2)

Visi Ketuhanan dalam Berkarya (bag 2)

Karya, Kritik Sastra
Menyimak Kuntowijoyo kita mendapatkan bahwa untuk sebuah sastra transendental yang terpenting ialah makna, bukan semata-mata bentuk. Oleh karenanya ia lebih bersifat abstrak, bukan konkret; spiritual, bukan empiris; dan yang di dalam, bukan yang di permukaan. Dalam esai “Saya Kira Kita Memerlukan Juga Sebuah Sastra Transendental” Kuntowijoyo menyatakan pembebasan pertama yang harus dilakukan oleh pengarang, berhubungan dengan sastra, adalah menyangkut bahan penulisan. Para pengarang selama ini, menurut dia, selalu terikat dan tergantung pada aktualitas. Keterikatan dan ketergantungan semacam ini harus dilepaskan agar seorang pengarang bisa mendapatkan sebuah gagasan murni tentang dunia dan manusia. Dengan cara demikian angan-angan dan pikiran kita sanggup mencipta sebuah “dunia tersendiri”...
Mengadili Pembaca

Mengadili Pembaca

Kepenulisan, Pojok
Apakah Anda pernah menulis dan tulisan Anda mengundang komentar buruk dari pembaca? Jika Anda seorang penulis yang sering mempublikasikan karyanya di media (cetak, internet, dll), tentu komentar—baik maupun buruk—merupakan keniscayaan yang Anda peroleh. Jika komentar itu positif, tentu kita sangat berbahagia. Namun, bagaimana jika komentar itu negatif? Apa yang harus kita lakukan sebagai penulis? Sebagai penulis, tentu kita tak mungkin melakukan apa-apa. Karena begitu karya tulis itu dipublikasi di ruang publik, maka penulis gugur seketika itu. Saya tidak sedang mengatakan bahwa teks itu otonom seperti yang dipahami para strukturalis. Sebab sebuah teks yang dikarang manusia tentu saja merupakan refleksi realitas yang telah terintepretasi oleh pengarangnya. Sehingga untuk menilai sebuah...

Pin It on Pinterest