JAKARTA—Hujan deras sedari Sabtu (31/1/2015) malam hingga sepanjang hari Ahad (1/2/2015) tak henti mengguyur daerah Jakarta dan sekitarnya. Namun demikian, semangat puluhan pegiat Forum Lingkar Pena (FLP) Cabang Jakarta tak surut untuk tetap menggelar agenda Musyawarah Cabang (Muscab) pada Ahad. Museum Mandiri yang terletak di Kawasan Kota Tua, Jakarta Barat menjadi tempat berlangsungnya Muscab tersebut.
Tak hanya dihadiri anggota dan pengurus FLP Jakarta aktif, beberapa pendahulu FLP Jakarta pun turut datang meramaikan gelaran dua tahunan itu. Hadir pula Ketua FLP Wilayah Jakarta Raya Sudi Yanto, utusan peninjau dari FLP Cabang Bogor, dan utusan pengurus FLP Wilayah.
Dalam sambutannya, Sudi Yanto berpesan bahwa ke depan FLP harus terus berupaya mengamalkan “berbakti, berkarya, berarti” yang menjadi motto organisasi pengkaderan penulis yang pada 22 Februari 2015 mendatang genap berusia 18 tahun itu.
Sebagaimana biasa, agenda inti dalam Muscab FLP ialah penyampaian Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) Pengurus FLP Jakarta 2013-2015 dan pemilihan Ketua FLP Jakarta 2015-2017. Sesi penyampaian LPJ yang dilanjutkan dengan penilaian LPJ oleh peserta Muscab berlangsung lancar, meskipun ada beberapa catatan yang mesti dilakukan oleh pengurus demisioner.
Sementara itu, sesi pemilihan ketua FLP Jakarta menjadi sesi yang paling menegangkan dan seru. Ada lima dari enam calon ketua hasil saringan Komisi Pemilihan Umum (KPU) FLP Jakarta yang hadir. Penyampaian visi-misi dan tanya-jawab antara calon ketua dengan panelis serta peserta diwarnai riuh tepuk tangan, canda, dan gelak tawa.
Setelah kata sepakat tak didapat melalui musyawarah mufakat, ditempuhlah mekanisme pemungutan suara (votting).
Akhirnya, Arya Noor Amarsyah terpilih menjadi Ketua FLP Jakarta periode 2015-2017. Kiprah Arya di dunia kepenulisan sudah terbilang mumpuni. Selain pernah menyumbang tulisan dalam proyek antologi dan media online, Arya juga telah menerjemah belasan karya berbahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Kini, Arya bekerja sebagai editor untuk buku-buku karangan ustaz kondang Yusuf Mansur. (NurAfilin)