Senin, November 25Literasi Berkeadaban - Berbakti, Berkarya, Berarti

FLP Maluku Utara: Di Balik Layar KMGP (Bagian 4)

BERANI MENGAMBIL TUGAS BESAR

23 September 2015, Kami, FLP Malut dihubungi oleh Co Produser Film Ketika Mas Gagah Pergi (KMGP), yang akrab kami panggil Mas Andi, untuk terlibat dalam pembuatan Film KMGP. Tidak membuang kesempatan besar ini Kami, FLP Malut menyetujui dengan berharap lewat Film Ini FLP Malut dapat ikut menyiarkan Dakwah. Kami sangat senang dapat dilibatkan serta dipercayakan dalam penyiapan Shooting Film KMGP di ternate, mulai dari hal penyiapan property film, sampai turut menyiapkan pemain-pemain ekstra Film KMGP. Bahkan juga ikut terlibat dalam pembuatan Pesantren Kyai Gufron sebagai salah satu tempat adegan shooting.

Kami berjanji membantu proses Film KMGP semampu yang kami bisa, tanpa mengharapkan iming-iming apapun. Bagi kami ini tugas besar, dan kesempatan kami untuk mengambil pelajaran dan pengalaman sebanyak mungkin. Pasang surutnya jumlah anggota FLP Malut tidak mengurangi semangat kami untuk mengambil langkah maju dengan berlandaskan ‘Bismillah, yakin, positif thinking dan saling memotivasi’. Kami juga yakin terlibat dalam kegiatan ini bisa membuat FLP Malut lebih terekspos ke masyarakat Maluku Utara dan menambah minat membaca dan menulis masyarakat di Maluku Utara.

Seperti selayaknya crew film atau disebut oleh Mas Andi crew lokal. Kami tidak membuang-buang waktu untuk menyiapkan hal-hal yang dibutuhkan dalam shooting nanti. Diselingi tawa dan  perbedaan pendapat, tapi semua itu membuat kami lebih semangat dan merasa tertantang. Walau jumlah anggota FLP Malut yang berada di kota Ternate hanya sedikit tidak membuat semangat kami luntur.  Anggota FLP Malut yang berada di luar kota baik karena pekerjaan maupun sekolah mereka tetap mendukung kegiatan kami dari jauh.

Kami sebisa mungkin memanfaatkan jumlah kami yang sedikit dengan tanggungjawab di bahu masing-masing orang. Seperti penanggung jawab perlokasi shooting, seperti Tolire, Batu Angus, Mesjid Almunawar, Danau Ngade. Walau kami tahu Pemerintah Daerah Maluku Utara juga akan turun tangan dalam suksesnya film ini. Tidak hanya pada Lokasi, kami juga membagi tanggungjawab mencari pemain ekstra, dengan karakter yang telah dijelaskan sebelumnya. Begitu pula dengan pencarian property-property, seperti property tradisional, speed boat, mobil jeep, dan lain-lainnya. Saling berbagi dan melengkapi ini yang membuat kami tak menjadikan tugas ini sebagai beban.

Teman-Teman FLP Malut yang pria seperti Asrul, Kak Umar, Ancum, Sahran dan Achiel juga ditugaskan untuk menemani Mas Jai (Artistik) dalam pembuatan pesantren Kyai Gufran di daerah Danau Tolire dan Alhamdulillah masyarakat setempat juga turut membantu. Karena jarak tempuh Danau Tolire jauh dari perkotaan, setiap hari tidak semua teman-teman pria dapat hadir. Saat yang lain tak bisa menemani, yang lainnya akan siap manggantikan. Saya sendiri hanya dapat hadir sesekali melihat proses pesantren didirikan.

surau
Saat persiapan membangun Pesantren Kiai Gufran

Menjelang waktu shooting keadaan alam tampak tidak mendukung. Pemandangan ditutupi kabut asap, yang menurut informasi adalah kiriman dari Irian Jaya. Sedangkan hujan sudah lama tidak pernah turun lagi. Pohon-pohon di hutan menjadi kering, tampak kebakaran dimana-mana. Tapi, kecemasan itu berakhir sebab malam sebelum para crew dan artis KMGP datang kota Ternate diguyur hujan lebat. Alhamdulillah. Membuat keesokan pagi tampak cerah.

Pertolongan Allah datang ….

****

            25 Oktober 2015, Pagi hari sebelum penjemputan Artis dan Crew KMGP, kami, FLP Malut, sudah siap di Hotel Kadaton. Sebagian dari Kami juga bersiap-siap dan menunggu para crew di Asrama Haji. Sebab Hotel Kadaton tidak cukup untuk menampung semua crew dan artis. Kami mulai memprint nama-nama para artis dan crew untuk ditempel di depan pintu-pintu Kamar. Begitu juga dengan mobil serta bus yang sudah disiapkan oleh pemerintah daerah Maluku Utara.

            Hingga sore itu, kehadiran para artis dan crew KMGP di bandara Babullah Ternate,  membuat kami senang dan khawatir. Senang karena kami mampu sampai dilangkah ini, dan khawatir apakah shootingnya nanti akan berjalan lancar. Namun kami melupakan beban itu, ketika kami bersama para artis dan crew mulai berkeliling di seputaran Kota Ternate.

Malamnya semua teman-teman pria ikut menginap bersama para crew. Merekalah yang selalu siaga saat-saat dibutuhkan. Sedangkan teman-teman wanita pagi harinya sudah berada di lokasi shooting sesuai skejul yang telah dibagikan kepada kami. Hampir semua teman-teman yang bekerja memilih mengambil cuti selama seminggu. Berbeda dengan saya yang tidak bisa mengambil cuti seperti teman-teman lainnya, namun setiap pulang kerja saya selalu menghampiri teman-teman di lokasi shooting hingga Malam.

Rasa bangga dan tak percaya saat melihat suasana shooting dihari pertama. Di hari itu shooting dilakukan di 4 tempat, Mesjid Al-Munawwar, Duafa Center, Depan Kantor Eks. Gubernur, dan Danau Tolire. Dan di mana saja proses shooting berlangsung, disitulah para penonton sangat ramai. Bahkan di Tolire yang tempat shootingnya paling jauh dan waktu shootingnya malam itu malah paling banyak penontonnya. Entah dari mana saja mereka datang. Ini pertama kali tolire seramai ini.  Padahal jarang bahkan hampir tidak pernah ada angkot yang sampai di danau Tolire. Namun dengan hadirnya KMGP suasana Danau Tolire jadi berbeda. Para penjual menjual jajanan mereka sampai malam

Kehadiran penonton yang sangat banyak membuat kami agak khawatir apa proses shootingnya akan berjalan lancar. Namun, Alhamdulillah shootingnya lancar, para penonton siap mendukung dan menuruti proses shootingnya. Saat shooting berlangsung keadaan yang sangat berisik tiba-tiba sunyi. Kendaraan-kendaraan sudah dihentikan bunyinya dari jarak jauh. Dan setiap kali kata “CUT” keluar dari mulut sutradara, keadaaan kembali ribut, para ibu-ibu penjual mulai menjual dagangannya “Karoopo…karoopo, jagung bakar kelapa, muda,” bersahutan para penjual menjajakan dagangannya dan kendaraan mulai berlalu lalang. Namun semuanya kembali sunyi lagi saat shooting sedang berlangsung.

Esok harinya Shooting dilakukan di daerah Sasa, Fitu Puncak dan Danau Ngade, serta Danau Tolire Kecil. Danau Tolire ini adalah tempat yang paling banyak diambil scene-nya. Ada juga shooting tambahan di luar jadwal, yaitu di Mesjid Al-Munawar. Itu dilakukan karena scene di hari sebelumnya belum selesai.

Dihari Rabu siang, Saya, Pupud dan Kak Yasim menjemput Bunda Helvy beserta suami dan anaknya, Ummu Hamas, Mas Fredy (Penulis Skenario KMGP), dan Mas Iman ACT di Bandara Babullah. Dan setelah itu kami ke hotel Kadaton untuk beristirahat sebentar, kemudian melanjutkan menuju lokasi shooting yaitu Danau Tolire. Sebab hari ini shooting hanya dilakukan di pantai Sulamadaha dan Danau Tolire.

Hari berikutnya shooting dilanjutkan di Pantai Sulamadaha. Sebagai lokasi-lokasi jatuhnya Mas Gagah nanti. Spesial pemandangannya diambil oleh Tim Under Water, dan di situ Guntur (Ketua FLP Cabang Ternate) yang menemani mereka. Di sini juga Kak Umar Juma Sau (Ketua Bidang PSDM FLP Maluku Utara) diberi satu scene untuk ikut main dari Sutradara.

Hari jumat merupakan hari terakhir shooting, shooting terakhir di daerah Batu Angus, dimana menjadi adegan jatuhnya Mas Gagah saat dia sedang asyik memotret. Diakhir shooting itulah kami FLP Malut mulai mengambil banyak gambar kebersamaan kami dengan para crew KMGP. Bahkan moment-moment kebersamaan itu terus berlangsung saat kita turut mengantar Artis dan Crew KMGP di Bandara Babullah Ternate.

Satu pekan itu meninggalkan banyak cerita yang tidak terlupakan bahkan tidak mampu kami ceritakan. Semua anggota FLP Malut memiliki cerita dan pengalaman menarik sendiri selama proses shooting. Sebab kebanyakan berada dilokasi-lokasi yang berbeda, serta tugas-tugas yang berbeda. Hanya Danau Tolire kecillah menjadi tempat kami berkumpul. Banyak pengalaman yang kami dapatkan, membuat kami sering berkata “Ternyata shooting itu begini”. Kami benar-benar belajar menjadi crew film yang baik dan siap dengan berbagai bentuk situasi yang kami hadapi. Dan shooting selama sepekan itu terbilang Sukses.

 Kami harus menanti film itu di layar. Sedangkan di Ternate tidak memiliki bioskop. Dulu pernah ada namun sudah lama tutup. Rasa penasaran selalu ada. Hampir setiap hari kami saling berbagi informasi tentang perkembangan Film KMGP. Rasa itu sedikit terobati ketika trailler KMGP muncul di akun sosial. (Ira)

Sumber: Pengurus dan Anggota FLP Malut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pin It on Pinterest

Share This