Di antara yang membekas dalam benak penonton film Duka Sedalam Cinta adalah salah satu OST-nya, berjudul Jalan yang Kupilih. Lagu ini diaransemen oleh Dwiki Dharmawan dari puisinya Helvy Tiana Rosa. Lalu disenandungkan langsung oleh Hamas Syahid selaku pemeran Mas Gagah.
Bagi saya, “Jalan yang Kupilih” telah cukup menyimpulkan pesan yang hendak diantarkan oleh film Duka Sedalam Cinta. Yaitu tentang Cinta dan Keridhaan. Bahkan bukan tentang duka itu sendiri sebagaimana tertera pada judul filmnya.
Benar bahwa hidup ini tentang cinta, dan karena cintalah kita harus memilih. Memilih untuk bermakna. Sebab bila sungguh cinta, maka mestinya dapat bermakna. Dan cinta sejati akan menghantarkan ridha.
Benar. Semua dalam diri dan dunia ini akan pergi. Yang abadi hanya iman dan amal diri. Inilah yang sedari awal mestinya disadari oleh pecinta sejati.
Maka mereka yang memiliki cinta, akan terus ingin berubah semakin berarti. Hingga jadilah ia hamba sejati. Mereka berubah setiap ada kesempatan, tanpa menunggu tua. Inilah sikap bersegera menyambut seruan Allah, dan itu yang akan membuat kita ridha dengan segala kehendak-Nya dari diri kita.
Karena yang akhirnya membuat kita tidak nyaman (tidak ridha) dengan aturan Allah, hanya sebab kita tak segera memenuhinya. Menunda-nunda itulah yang akhirnya menjadi gundukan beban, hingga lebih banyak keluh yang tak kunjung memenuhi segala yang dititah.
Begitupun, memilih bermakna akan tercermin dari ridha kita pada segala ketetapan-Nya terhadap kita dan terhadap alam semesta. Kuncinya; temukanlah hikmahnya pada apapun yang ditetapkan terhadap kita, dan temukanlah hal yang bisa dimanfaatkan pada apapun yang ditetapkan terhadap alam semesta. Dengan demikian, kita akan selalu ridha. Dan inilah bukti cinta sesungguhnya.
Seperti Mas Gagah yang dibimbing oleh Kyai Gufron untuk belajar dari ketetapan Allah atas musibah terhadapnya. Seperti pula Yudi, yang berpikir untuk memberdayakan segala ketetapan Allah terhadap alam sekitarnya.
Bila seperti ini yang kita lakukan, maka akan mudahlah jalan dunia dan akhirat kita. Tentram penuh keridhaan. Inilah yang meskipun secara tampilan seakan ‘duka itu sedalam cinta’, namun sesungguhnya bagi seorang Muslim akan menjelma ‘ridha yang sedalam cinta’. Seakan duka, tapi bagi Muslim yang berhikmah, yang berpikir positif serta bersegera menyambut kesempatan memenuhi seruan-Nya hanya mengenal ridha. Duka itu menjadi tak berarti tergantikan ridha.
Sebab, begitulah cinta sejatinya menghadirkan ridha, bukan duka. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 165.
Terima kasih bunda Helvy Tiana Rosa dan mas Firmansyah sang sutradara yang telah menghadirkan film ini. Sekilas judulnya mungkin membuat baperan, tapi pesannya sungguh menghantarkan pada kebermaknaan.
Ridhalah
Berubahlah
Bersegeralah
Langkah yang mana? Pastikan kita menemukan jalan yang mesti dipilih! Tonton segera!
Irfan Azizi
(Staff Bidang Kaderisasi BPP FLP)
Fatih, 23 Oktober 2017