Di era digital ini, tak mengherankan jika setiap orang mulai gemar menulis. Minimal, menuliskan beberapa kata atau paragraf di media sosial. Tak jarang menulis di media sosial juga mendatangkan berbagai kontroversi di kalangan masyarakat. Dan kenyataan yang ada sekarang ini menunjukan bahwa, sebagian besar masyarakat kita cenderung mudah percaya pada tulisan yang sudah terlanjur viral meskipun belum terbukti kebenarannnya. Fenomena seperti ini sungguh sangat mengkhawatirkan!
Hal inilah yang menjadi fokus dan pemikiran Forum Lingkar Pena (FLP), bagaimana menyadarkan masyarakat, pentingnya menjadi penulis yang santun, yang bisa menjadikan media dan dunia yang serba digital ini berisi informasi yang aktual dan inspiratif bagi pembaca.
Atas dasar itulah, Forum Lingkar Pena (FLP) dalam miladnya yang ke-19 menyelenggarakan Seminar Nasional dengan tema “Sastra Santun di Era Digital”.
Seminar yang dihelat di gedung Pusat Layanan Akademik FBS Universitas Negeri Yogyakarta pada 27 Februari 2016, dihadiri oleh 120 orang anggota FLP dan penggiat literasi dari berbagai daerah di Indonesia. Dimulai pukul 09.00 WIB-12.00 WIB seluruh peserta begitu antusias mengikuti seluruh rangkai kegiatan seminar dengan pemateri penulis dan sastrawan yang telah banyak dikenal masyarakat Indonesia, seperti Asma Nadia, penulis novel, Evi Idawati, sastrawan dan penulis skenario. Irfan Hidayatullah, penulis dan dosen sastra Unpad dan Irfan Adam CEO Moco.co.id.
Evi Idawati dengan penuh semangat mengatakan pentingnya membentuk diri sebagai penulis santun, karena hal ini yang akan membawa kebaikan bagi seluruh alam. Menjadi lentera yang siap mencerahkan kehidupan.
Lain lagi yang disampaikan oleh Irfan Hidayatullah, bahwa sesungguhnya Allah SWT sejak dari zaman Nabi Adam a.s hingga Nabi penutup, Muhammad SAW, Allah telah ciptakan sastra dengan bahasa yang tinggi dan mulia, Al Qur’an yang agung dan suci, yang terjaga kebenarannya hingga akhir zaman. Inilah yang kemudian disimpulkan oleh moderator, Kun Sri Budiasih sebagai “Hukum Kekekalan sastra Islami”.
Sementara itu Irfan Adam memberikan gambaran peran orang tua dalam mendampingi anak di era digital ini. Orang tua harus melek digital. Bagaimana orang tua akan menjadi sahabat anak, sementara anak dengan digital dan orang tua gaptek? Makanya orang tua harus benar-benar melek digital agar anak terarahkan.
Irfan Adam memberikan perspektif lain dari sebuah bacaan, di era digital bacaan bisa beralih dari buku cetak ke buku digital yang tidak bisa dicopy atau diplagiasi. Lebih mudah dan murah dalam distribusi dan menjadikan media sosial lebih bermakna dengan adanya ruang khusus untuk membaca buku berkualitas.
Asma Nadia memberikan gambaran bahwa era sekarang berdakwah juga bisa lewat layar lebar. Kita berikan tontonan yang berkualitas untuk anak bangsa. Tidak mudah bagi sebuah novel yang bergenre islami diadaptasi ke dalam sebuah film. Asma berharap masyarakat mendukung dengan menonton di hari pertama, karena itulah tolok ukur sebuah film diminati atau tidak.
Penulis santun akan melahirkan karya yang mencerahkan, mengubah tanpa menggurui. Mencerahkan tanpa merendahkan.
Kegiatan seminar ini juga dimeriahkan oleh Grup Keroncong, Pelipur Lara dan Teater binaan FLP Yogyakarta. Doa untuk FLP dari ketua umum FLP, Sinta Yudisia, semoga FLP terus menjadi anugerah Tuhan untuk Indonesia. Berbakti, berkarya dan berarti. (Rizza Nasir, FLP Yogyakarta)
sukses selalu ya FLP ku
Terima kasih, Kak!