Seperti baru kemarin kita bertemu di MUNAS IV di Bandung. Berkumpul, bercerita, berdiskusi, juga tertawa di sela sidang komisi yang alot dan di tengah-tengah agenda Munas yang padat. Bulan depan, tepatnya 19-21 November 2021, Munas ke-5 akan digelar. Sayangnya Munas kali ini akan dilaksanakan secara virtual karena pandemi.
Sedih pastinya, tetapi akan tetap seru dengan saling sapa lewat layar masing-masing. Munas yang selama ini menjadi momen ngumpul, momen saling tukar oleh-oleh khas daerah, ternyata kali ini harus lewat layar. Meski tak bertukar oleh-oleh khas daerah, melalui layar virtual kita masih bisa mendengar suara dengan logat khas masing-masing. Nah, makanya MUNAS V nanti, semua bicara ya (he…he…he).
Siapakah yang akan menjadi ketua umum periode mendatang? Kalau menurut mbak Afra, masih banyak stok calon ketua umum. Siapa saja itu? Edisi majalah digital FLP kali ini, mbak Afra akan mengulas banyak hal tentang kepengurusan FLP selama periode 2017-2021.
Bagi yang ingin menjadikan tulisan sebagai healing, dr. Dito Anurogo, M.Sc akan membahasnya secara panjang lebar lewat artikel “Terapi Menulis”. Seperti apa ya proses menulis untuk terapi ini? Penasaran ‘kan?
Selain ditemani dengan cerpen “Satu Malam sebelum Tanjung Harapan” karya Fathul Khair Khan dan puisi-puisinya Nurul Mahabbah yang begitu indah, pembaca akan disuguhkan pula sebuah opini goresan dari A. Haris ar-Raci yang berjudul “Menakar Adab Sastra di FLP”.
“Menulis, baik fiksi maupun non fiksi haruslah dikaji benar-benar seberapa manfaat yang akan diperoleh seseorang jika membaca karya tersebut.” Haris menuliskan di dalam artikelnya. “Jika dirasa sia-sia maka lebih baik mencari topik lain yang lebih berguna bagi kehidupan. Berbuat hal yang sia-sia termasuk dalam hal ini yakni menulis adalah hal yang mubazir, sedangkan kita tahu Allah Swt. tidak menyukai sesuatu yang mubazir,” lanjutnya sambil menyebutkan surat Al-Isra’ ayat 27.
Tulisan-tulisan di majalah FLP ini tentunya akan menjadi booster tersendiri bagi para penulis FLP untuk tetap berjalan di atas koridor literasi berkeadaban yang diusung oleh komunitas penulis terbesar di Indonesia.
Selengkapnya bisa diunduh di sini