JAKARTA, FLP.or.id — Pameran buku ya buat belanja buku? Benar, tapi itu tidak tepat sepenuhnya. Dalam pameran buku seperti Indonesia International Book Fair (IIBF), sudah pasti pengunjung akan dimanjakan oleh berbagai diskon menggiurkan. “Peserta stan akan menampilkan produk terbaik dengan harga terjangkau,” kata panitia IIBF dalam tweet-nya.
Tetapi tak cuma belanja buku, pengunjung juga berkesempatan menikmati pengalaman seru lainnya. “IIBF diharapkan bisa menjadi one stop literacy activity,” lanjut pihak panitia.
Konsep one stop memungkinkan IIBF menjadi pusat promosi buku, pertukaran hak cipta buku, ajang temu penulis, pameran dan event kampanye perpustakaan, industri kreatif, seni, dan budaya. Dengan total 188 stan tersedia, pilihan pun makin beragam. Kru Forum Lingkar Pena (FLP) Wilayah Jakarta Raya pun hadir menawarkan rupa-rupa agenda di stan FLP nomor 179 menyusul penugasan dari Badan Pengurus Pusat (BPP) FLP.
IRF, apa itu?
Salah satu yang sayang dilewatkan oleh para penulis adalah ajang IRF. Nama IRF mungkin terkesan belum begitu akrab. IRF di sini bukanlah readers festifal, melainkan Indonesia Rights Fair yang merupakan bagian dari rangkaian acara IIBF.
“IRF membuka peluang bagi penulis dan penerbit Indonesia untuk menjual hak cipta karyanya ke mancanegara,” ujar pihak Panitia.
Seperti diterangkan laman resmi IIBF 2016, Indonesia Rights Fair (IRF) adalah kegiatan transaksi hak cipta (rights trading). Di IRF, para penerbit, penulis, content creators dapat saling mempromosikan buku atau karyanya, melakukan transaksi hak cipta agar buku dan karyanya dapat menjangkau masyarakat yang lebih luas.
Selain itu, para pekerja buku juga dapat melakukan kerja sama penerbitan bersama (co-publishing), serta kerja sama dalam berbagai hal.
Tak kurang, Panitia IIBF juga disebutkan bakal memberikan fasilitas penggunaan meeting room bagi peserta IRF selama 2 jam untuk melakukan business meeting dengan client.