Selasa, Agustus 12Literasi Berkeadaban - Berbakti, Berkarya, Berarti

Penulis: admin

Hukum Menulis Fiksi dan Ilustrasi

Hukum Menulis Fiksi dan Ilustrasi

Breaking News
Oleh: Awy' A. Qolawun (Staf BPP FLP Divisi Rumah Cahaya) Sebagai penulis dan aktivis FLP saya pernah mendapat pertanyaan bagaimana hukum menulis fiksi. Begitu pula beberapa pertanyaan lain yang berhubungan dengan media salah satunya perihal detail hukum ilustrasi dalam Islam. Suatu pertanyaan yang wajar sebab memang sebagian besar karya para penulis anggota FLP adalah sastra dan lebih banyak di fiksi semisal cerpen dan novel. Mungkin bisa jadi bahwa latar belakang pertanyannya (tashowwurul mas'alah) adalah sebab fiksi itu kan bukan kisah nyata, apa tidak membohongi? Dan lagi pula apa tidak membuang waktu? Belum juga fiksi bergenre epik yang menggabungkan antara fakta sejarah dan kisah fiktif (rekaan) hasil imajinasi penulis. Tentu saja suatu pertanyaan yang menarik. Sebelum saya jawa...
Perempuan dalam Syariah (Bag 2)

Perempuan dalam Syariah (Bag 2)

Hikmah, Pojok
Wanita Karir,  Benarkah Menjadi Fitnah Masa Kini? Saya pernah mendapat cerita dari Orang tua saya tentang pemuda yang hendak menikah dan dia bermusyawarah dengan seorang Guru Spiritualnya perihal gadis yang akan dinikahinya. Oleh Sang Guru, pemuda tadi disarankan untuk shalat istikharah, apakah gadis idamannya itu baik untuknya atau tidak. Beberapa saat setelah istikharah, si pemuda mendapat isyarat dengan bermimpi melihat seekor monyet! Tentu saja pemuda tadi sedih dan masygul, mendapat mimpinya tentang sang gadis idaman seperti itu. Si pemuda menceritakan apa adanya kepada Sang Guru tentang mimpinya, yang dia yakin akan ditafsiri buruk oleh Sang Guru sebab melihat monyet. Tetapi jawaban Sang Guru ternyata berbeda dengan prasangka si pemuda; dengan penuh sumringah Sang Guru bilang, bahwa ...
Tantangan Penulis Muslim

Tantangan Penulis Muslim

Opini, Senandika
SAAT INI, dunia Melayu—yang termasuk dalam benua Asia—tengah bangkit. Kebangkitan ini terjadi dalam banyak hal, tidak hanya masalah ekonomi, tapi juga kebudayaan. Kishore Mahbubani, pemikir kebijakan publik dari Singapura, dalam bukunya The New Asian Hemisphere, menulis, “Dulu, bangkitnya Barat mengubah dunia. Bangkitnya Asia sekarang akan membawa perubahan signifikan yang serupa.” Dalam buku tersebut, Mahbubani mengutip sebuah narasi dari Larry Summers yang menulis, “Kebangkitan Asia, berikut semua ikutannya akan menjadi kisah-kisah sukses dalam buku-buku sejarah yang akan ditulis 300 tahun dari sekarang, dengan Perang Dingin dan bangkitnya Islam sebagai kisah-kisah pengiringnya.” Kata ‘bangkitnya Islam’ yang disinyalir Larry Summers itu tidak bisa dilepaskan dari bangkitnya sastra dan b...
Perempuan dalam Syariah (Bag 1)

Perempuan dalam Syariah (Bag 1)

Hikmah, Pojok
Mungkin tak diketemukan dalam Syariat Islam sebuah permasalahan yang sering –sengaja– dijadikan polemik sehingga menyebabkan terjadinya keambiguan antara kebaikan dan keburukan, bercampur menjadi tidak jelas antara yang benar dan yang salah, bahkan berkembang menjadi kekurangtepatan dalam bersikap antara yang ekstrem ataupun yang terlalu bebas; seperti permasalahan apapun yang berhubungan dengan wanita. Selalu terjadi polemik dan kemelut sejak dahulu kala. Terlebih permasalahan ini memang sengaja dijadikan target oleh yang tidak suka syariah untuk melancarkan kritik sekaligus menyerang segala kebijakan dan perundang-undangan syariah terhadap kaum wanita. Inti serangannya adalah propaganda palsu dan penuh kebohongan yang menyatakan bahwa syariah Islam bersikap semena-mena dan tak adil terha...
Pesta Kematian

Pesta Kematian

Breaking News
1980 Usianya kini 60 tahun, dan ia ingin menyiapkan pesta kematian yang meriah. Dengan peti mati yang sangat indah, penuh ukiran berselera tinggi dan terbuat dari kayu jati yang terbaik di negeri ini. Ia mendambakan kain kafan yang sejuk untuk membaluti sekujur tubuhnya yang senantiasa dirawat dengan teliti. Ia ingin sebuah foto besar berpose wajah diri yang rupawan, serta karangan bunga raksasa dengan diameter yang menjebol buku rekor dunia, melengkapi upacara pemakamannya, selain seluruh petugas yang berseragam elok. Ia ingin saat kematiannya, orang-orang berduyun-duyun meramaikan upacara persemayamannya. Itulah ending yang agung dari kebesaran yang pernah ia miliki selama menempuh kehidupan di dunia. Dan ia begitu sibuk dibuatnya. “Kau harus membuat makamku seindah istana, Nak!” uja...
Kemerdekaan Sastra dalam Politik

Kemerdekaan Sastra dalam Politik

Senandika
Selalu saja ada yang ingin menyeret Forum Lingkar Pena (FLP) ke salah satu partai politik, acap-kali dan didaur ulang terus menerus tanpa henti. Seakan menjadi pembenaran bahwa FLP dinisbatkan ke Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Saya menjadi gusar dengan tulisan Danang Muchtar Syafi`i yang dimuat di Solopos pada kolom Gagasan, Jumat Pon, 15 November 2013 dengan judul “Kemerdekaan Santri dalam Politik”, lewat tulisan tersebut, Danang membangun opini ke khalayak ramai bahwa FLP adalah bagian dari PKS. Bahkan menjadi salah satu mesin untuk rekrutment kader PKS. Membaca Sejarah Danang tampaknya belum atau bahkan tidak membaca sejarah berdirinya FLP. Di dalam buku “Segenggam Gumam” (halaman 42) yang ditulis oleh Helvy Tiana Rosa, pendiri FLP, bahwa FLP lahir pada 1997 karena melihat minat mem...
Nu-Ra-Ni

Nu-Ra-Ni

Cerpen, Karya
Lelaki itu termangu. Lama. Dia tahu teman-temannya pasti akan mencibir dia habis-habisan jika hari ini dia memutuskan untuk tidak ikut. Cibiran itu mungkin akan lebih dalam jika mereka tahu alasannya. Kini sudah dihabiskannya dua cangkir kopi meski hari masih terlalu pagi untuk ngopi. Suasana senyap. Dingin. Dia sudah di ruangannya, sementara teman-temannya mungkin masih di jalan atau masih melingkar dibalik selimut, atau memeluk anak istri. Diliriknya jam, empat jam lagi. Kini dia melihat jarum detik yang berdetak maju. Mendengarkan suara ketukan yang entah kenpa mendadak jadi sangat keras.  Hidup itu bergeser Japri! Dia memaki dirinya sendiri. Lalu merenung-renung tak jelas. Setengah jam yang lalu masih dirasakannya kopi panas dan pisang goreng Bu Leha, masih ditepuknya bahu Kang Samron—...
Visi Ketuhanan dalam Berkarya (bag 4 )

Visi Ketuhanan dalam Berkarya (bag 4 )

Karya, Kritik Sastra
Danarto (lahir di Sragen, Jawa Tengah, 27 Juni 1940) meyakini bahwa sastra merupakan alat untuk menerima dan memberikan pencerahan. Salah satu karya sastranya adalah cerpen “Lempengan-lempengan Cahaya” yang disiarkan pertama kali di Horison, Juni 1988, lalu dimuat dalam buku kumpulan cerpen Setangkai Melati di Sayap Jibril (2001). Menurut Abdul Hadi WM, “Lempengan-lempengan Cahaya” berhasil memadukan dimensi sosial dan dimensi transendental yang diidamkan setiap penulis sufistik. “Lempengan-lempengan Cahaya” memilih tempat di Palestina ketika pasukan Israel bentrok dengan orang-orang Palestina yang melancarkan intifadah. Cerpen ini dibuka dengan percakapan antara Surah al-Fatihah, Ayat Kursi, dan Surah Ali Imran ayat 18-19 sebelum ketiganya diwahyukan kepada Nabi Muhammad dan kemudian ters...
Visi Ketuhanan dalam Berkarya (bag 3)

Visi Ketuhanan dalam Berkarya (bag 3)

Karya, Kritik Sastra
Sutardji Calzoum Bachri (lahir di Renggat, Riau, 24 Juni 1941) dalam khazanah kesusastraan Indonesia barangkali lebih terkenal dengan kredo puisinya yang kontroversial dan menghebohkan pada tahun 1970-an. Menurutnya, “Kata (dalam puisi) harus dibebaskan dari beban pengertian.” Tapi dalam perjalanan kepenyairannya ia terus melakukan pengembaraan dan pencarian spiritual. Tidak heran terdapat juga nada sufistik atau mistikal dalam sajak-sajaknya yang awal (terhimpun dalam buku O dan Amuk) yang cenderung nihilistik. Menurut Abdul Hadi WM, gejala itu semacam kerinduan penyair akan sastra transendental. Dalam kumpulan puisinya ketiga, Kapak, kecenderungan sufistik semakin jelas. Kapak secara umum merupakan kumpulan puisi berisi renungan akan maut dan kefanaan manusia. Renungan yang mendalam akan...
Visi Ketuhanan dalam Berkarya (bag 2)

Visi Ketuhanan dalam Berkarya (bag 2)

Karya, Kritik Sastra
Menyimak Kuntowijoyo kita mendapatkan bahwa untuk sebuah sastra transendental yang terpenting ialah makna, bukan semata-mata bentuk. Oleh karenanya ia lebih bersifat abstrak, bukan konkret; spiritual, bukan empiris; dan yang di dalam, bukan yang di permukaan. Dalam esai “Saya Kira Kita Memerlukan Juga Sebuah Sastra Transendental” Kuntowijoyo menyatakan pembebasan pertama yang harus dilakukan oleh pengarang, berhubungan dengan sastra, adalah menyangkut bahan penulisan. Para pengarang selama ini, menurut dia, selalu terikat dan tergantung pada aktualitas. Keterikatan dan ketergantungan semacam ini harus dilepaskan agar seorang pengarang bisa mendapatkan sebuah gagasan murni tentang dunia dan manusia. Dengan cara demikian angan-angan dan pikiran kita sanggup mencipta sebuah “dunia tersendiri”...

Pin It on Pinterest