SIDOARJO, FLP.or.id – Sebutan sidoarjo sebagai kota literasi tidak terlepas dari peran beragam kalangan. Termasuk FLP yang getol memberikan pelatihan menulis, membuka perpustakaan keliling, hingga membuat buku bersama.
Anggota Forum Lingkar Pena (FLP) Sidoarjo berkumpul di GOR Gelora Delta Minggu (11/3). Mereka turut meriahkan Hari Perempuan Internasional yang digelar Komunitas Sahabat Muda Sidoarjo (SMS). Momen tersebut sekeligus membuka kesempatan bagi pengunjung GOR yang ingin bertanya seputar dunia baca dan tulis.
Banyak agenda kegiatan yang sudah mereka lakukan. Terutama kegiatan internal. Salah satunya, mengadakan kelas menulis dua minggu sekali pada minggu. Siapapun yang ingin belajara menulis boleh bergabung dalam kegiatan tersebut. Narasumber yang dihadirkan juga berganti-ganti. “Kegiatannya selama dua jam. Lokasinya di Perpusda Sidoarjo,” ujar ketua FLP Sidoarjo Ika Safitri.
Tak hanya itu, mereka juga punya agenda talkshow dua minggu sekali setiap sabtu sore di salah satu radio swasta. Biasanya pada pekan kedua dan keempat setiap bulannya. Karena menulis berkaitan erat dengan dunia sastra, mereka juga mefasilitasi para pecinta sastra dengan membuat program sinau sastra.
Kegiatan diadakan sebulan sekali. Konsep acaranya beragam. Adakalanya diskusi ilmiah maupun santai seputan penulisan sastra seta membaca puisi. Ada tema-tema khusus yang dibahas setiap sinau sastra berlangsung. Pembicaranya juga ganti-ganti.
Ada satu lagi agenda rutin bulanan mereka, yakni membuka perpustakaan keliling di spot-spot ramai di Sidoarjo. Yang paling sering di Alun-Alun Sidoarjo saat car free day (CFD). Perpustakaan keliling juga dbuka saat ada event-event besar di Sidoarjo.
Ada satu cerita yang membekas di benak anggota FLP Sidoarjo terkait perpustakaan keliling tersebut. Saat itu, Rizal Hamzah, anggota FLP, membuka perpustakaan keliling di alun-alun. Saat asyik menata buku, Hamzah di datangi oleh satpol PP, “Dikira jualan buku di situ, terus diminta pindah,” katanya, lantas tertawa. Padahalm dia membuka lapak untuk membaca buku gratis. Siapapun boloeh membaca. “Setelah dijelaskan maksudnya, barulah petugas mengerti dan mempersilahkan,” katanya.
“Itu yang paling teringat, eh ada satu lagi,” celetuk Ika yang menanggapi cerita Hamzah. Ika bercerita menggelar bagi-bagi makanan sebelum berbuka puasa pada Ramadhan tahun lalu. Saking asyiknya membagikan makanan, tidak ada yang menyadari salah satu tas anggota dicuri. Padahal, tas itu diletakkan tidak jauh dari kardus-kardus tempat makanan. “Niatnya berbagi takjil, eh berbagi tas juga ke pencuri,” ujar perempuan kelahiran trenggalek, 20 Mei 1987 tersebut, lantas tertawa.
Cerita-cerita semacam itu menjadi warna tersendiri bagi kebersamaan para anggota komunitas yang berdiri sejak tahun 2011 tersebut. Hal itu tak sedikit pun menyurutkan semangat mereka untuk terus mengajak warga kota Delta gemar membaca-tulis. Di antara 25 anggota FLP, sebagian besar produktif membuta buku. Selain untuk menjadi contoh buat orang lain, mereka ingin menyebarkan cerita lebih luas.
Hamzah, misalnya. Dia sudah menerbitkan dua buku selama bergabung di FLP. Keduanya berupa kumpulan puisi. Buku pertama berjudul Elang Merah. Yang kedua berjudul Tentang Bulan. Ika juga menerbitkan buku. Salah satunya Percobaan Ilmiah Anak. Buku itu di buat sebagai penunjang belajar anak. “Ada juga yang lagi proses cetak, kumpulan cerpen Sok Tahu Sok Tempe,” jelas Ika.
Anggota lainnya, Vanda Nur Ariani, bahkan menerbitkan lebih banyak buku. Total ada empat buku. Antara lain, Rahasia Ramuan Sehat dari Alquran. “Tiga lainnya berupa buku bacaan untuk anak-anak,” katanya. (*/c7/ai)
FIRMA ZUHDI AL FAUZI
*Berita ini telah dimuat di Koran Jawa Pos, Selasa 13 Maret 2018. Halaman 28, SOUT METRO (SIDOARJO)