JAKARTA, FLP.or.id — Diselenggarakan berkat kerjasama dengan Masjid Darul Istiqomah Maros, Forum Lingkar Pena (FLP) Sulawesi Selatan sukses menggelar acara pelatihan menulis selama 2 hari 1 malam. Tak hanya pemaparan materi, acara yang diberi nama Training of Writing and Recruitment (ToWR) FLP Sulsel itu juga diisi oleh bedah karya para peserta.
“Peserta memplotting idenya, bisa juga dengan langsung menuliskan sinopsis cerpennya,” kata Daeng Gegge, salah seorang pemateri, menerangkan proses awal sebelum bedah karya.
Menurut Daeng Gegge, dari sekian banyak plotting ide, sinopsis, dan karya yang masuk serta dibedah, ditemukan sejumlah kesalahan umum.
1. Penggunaan di dan di-
“Kesalahan umum dalam pembedahan, peserta masih banyak yang tak bisa membedakan ‘di’ sebagai imbuhan awalan dan ‘di’ sebagai kata depan,” tutur Daeng Gegge menjelaskan.
Seperti lazim dibahas dalam pelajaran bahasa Indonesia, di sebagai kata depan terletak renggang di depan suatu kata. Misalnya di rumah, di sekolah, di kontrakan, di meja. Sedangkan di- sebagai imbuhan awalan diletakkan melekat dengan kata, tidak dipisah, melainkan disatukan. Contoh: dirumahkan, disekolahkan, dikontrakkan, dimejahijaukan.
2. Ide masih sangat sinetron
Daeng Gegge mencatat, karya yang masuk itu memiliki “ide (yang) masih sangat sinetron.” Maksud sangat sinetron itu, lanjut Daeng Gegge, ialah “gampang ditebak.”
“Seorang cowok cakep tapi miskin diperebutkan cewek cantik bermobil,” kata Daeng Gegge memberi contoh.
“Pemulung yang ayahnya sakit-sakitan, tapi masih bisa sekolah sampai selesai. Ayahnya meninggal saat cita-cita tercapai,” ujar Daeng Gegge memberikan contoh lainnya.
3. Tempelan
Tiada cerita tanpa ada tokoh di dalamnya. Tetapi apa yang terjadi jika penokohan dalam cerita justru tidak digarap dengan baik? “Penokohannya (jadi) hanya tempelan,” ujar Daeng Gegge. Seorang siswa, bersekolah. Seorang pekerja, bekerja. Seorang olahragawan, berolahraga. Begitu lazimnya dalam kehidupan nyata. “Tokohnya seorang wartawan, tapi gak sedikitpun cerita berkisah tentang kehidupan wartawan,” kata Daeng Gegge memberikan contoh dari karya yang masuk ke pembedahan.
Demikian itu 3 kesalahan umum yang layak diwaspadai para calon penulis. Kalau sudah tahu dan paham, jangan sampai mengulang kesalahan serupa itu. Tapi tetap salurkan pula semangat berkarya.
Bagi kamu yang punya passion menulis dan berdomisili di Sulawesi Selatan, akhir tahun (November atau Desember) 2016 nanti, dijadwalkan akan ada ToWR FLP Sulsel gelombang berikutnya. Demikian keterangan yang disampaikan Fahrudin Achmad, Ketua FLP Wilayah Sulawesi Selatan. Untuk info selengkapnya, kamu dapat menghubungi nomor narahubung FLP Sulsel 0813 4250 1014.