Senin, November 25Literasi Berkeadaban - Berbakti, Berkarya, Berarti

9 Hal Penting Dalam Mencetak Pahlawan Dari Rumah (Bagian 1)

Di bulan Agustus, bangsa kita memperingati hari ulang tahun kemerdekaannya. Kita terbiasa mengenang jasa para pahlawan yang telah menyumbangkan harta, tenaga, pikiran bahkan nyawanya untuk kemerdekaan kita. Tanpa kiprah mereka, mungkin hingga kini kita masih menjadi bangsa jajahan. Namun, tidakkah kaum ibu sekalian berpikir, bahwa sebenarnya kita pun bisa mencetak pahlawan-pahlawan dari rumah kita? Sebab, seorang ibu adalah pendidik utama bagi anak-anaknya.

Apa yang bisa dilakukan seorang ibu untuk melahirkan para pahlawan dari rumahnya? Ada beberapa bekal pendidikan yang bisa kita lakukan.

  1. Pendidikan Agama

Tidak bisa dipungkiri, bahwa agama yang kuat, akan membentengi anak-anak kita dari perilaku yang buruk. Mari kita ajari anak-anak kita untuk menjadi seorang pemeluk agama yang taat. Iman yang kuat akan menjadikan anak kita terhindar dari godaan-godaan nafsu duniawi yang menjerumuskan seperti harta, takhta dan wanita.

2. Pendidikan Karakter (Adab)

Karakter adalah pancaran dari kekuatan iman yang dimiliki seseorang. Artinya, jika keimanan telah terpancang kuat dalam jiwa seseorang, maka dengan sendirinya ia punya dorongan untuk melakukan sesuatu yang baik. Karakter merupakan suatu hal yang secara spontan muncul jika berhadapan dengan sesuatu. Misalnya, seorang anak akan segera mengeluarkan uang ketika berhadapan dengan yang membutuhkan, tanpa harus berpikir panjang dan menimbang-nimbang. Jadi, karakter adalah sesuatu yang muncul dari alam bawah sadar, yang terjadi karena kebiasaan.

Keluarga adalah wahana yang terbaik untuk terbentuknya karakter yang mulia. Penanaman kebiasaan yang baik, hendaknya memang dilakukan sedini mungkin, dan ini adalah prestasi terbaik yang berikan orang tua kepada anak-anaknya. Mari ajari anak kita untuk jujur. Lebih baik nilai buruk, tapi jujur, ketimbang nilai unggul tapi hasil mencontek. Mari ajari anak bersikap adil, dengan cara melihat kita bersikap adil kepada sesama. Sebab, anak sebenarnya hanya meng-copy apa yang dia lihat dari orang-orang sekitarnya. Jika anak terbiasa melihat ibunya bergosip, marah-marah, menganjurkan untuk mencontek, berbuat curang, maka hal itu juga yang akan terekam pada anak kita.

3. Pendidikan Fisik

Pendidikan fisik juga suatu hal yang penting, karena tanpa fisik yang kuat, fitrah, potensi dan bakat yang dimiliki anak tidak akan termanfaatkan secara optimal untuk hal-hal yang berguna bagi umat. Pendidikan fisik dilakukan dalam beberapa hal, misalnya menjaga kebersihan, baik kebersihan badan, pakaian, tempat tidur, dan sebagainya. Mengajari anak untuk tampil rapi, indah dan pintar berhias dengan hiasan yang sopan dan sesuai adat ketimuran.

Memakan dan meminum sesuatu yang halal serta baik, yakni makanan yang berkualitas, baik dari gizi maupun lainnya, misalnya tidak busuk, tidak mengandung zat yang berbahaya dan sebagainya. Saat ini banyak jajanan yang tidak sehat, namun dikemas sangat menarik, dan anak-anak kita terbiasa mengonsumsinya. Mari kita coba kurangi bahwa hilangkan kebiasaan jajanan tidak sehat itu. Anak kita adalah calon pahlawan, harus diberi makanan yang baik.

Anak kita juga kita ajari untuk rajin berolahraga, selain membuat tubuh kuat, rajin berolahraga juga akan membuat kita terhindar dari berbagai penyakit berat.

4. Pendidikan Akal (Intelektual)

Akal adalah satu anugerah Tuhan kepada manusia yang harus kita optimalkan pemanfaatannya.  Produk dari akal adalah ilmu. Pendidikan akal dimulai dari pemberian gizi yang baik, yang akan membantu optimalisasi pertumbuhan otak. Menurut para ahli, dari bayi mulai lahir hingga berusia 3 tahun, kapasitas otaknya tumbuh hingga 90% kapasitas dewasanya. Inilah yang disebut periode emas (golden age). Jika pada umur-umur ini orang tua lalai untuk memberi gizi yang dibutuhkan otak, serta tidak menstimulasi otak dengan maksimal, maka akan ada kesempatan emas yang terengut dan tak akan datang kembali pada umur-umur selanjutnya.

Sungguh, potensi yang tersimpan dalam otak manusia begitu luar biasa. Dari otak yang hanya seberat 1,5 kg ini terdapat bermilyar-milyar sel saraf. Richard Restak M.D, seorang ilmuwan, mengatakan bahwa otak manusia bisa menyimpan informasi lebih banyak dari seluruh perpustakaan di dunia. Otak manusia, menurut pakar, bisa menyimpan data lebih dari satu juta gigabyte atau sama dengan kemampuan menyimpan informasi sekitar 1000 komputer canggih. Sangat sayang jika otak anak-anak kita tidak diasah dan justru dibiarkan terbengkalai begitu saja.

5. Pendidikan Kejiwaan (Psikis)

Pendidikan kejiwaan—yakni memunculkan emosi dan spiritual yang matang—harus semakin digencarkan di zaman ini, di mana revolusi teknologi telah memungkinkan anak-anak kita mendapatkan pendidikan intelektual lebih baik dari zaman sebelumnya. Kecerdasan akal yang tak diimbangi dengan kecerdasan psikis, sering memunculkan anomali-anomali yang mengejutkan. Masih ingatkah Anda tentang seorang Cho Seung Hui yang membantai mahasiswa di kampus Universitas Virginia Tech beberapa masa yang lalu? Konon, Cho Seung Hui adalah seorang yang sangat cerdas, namun sangat labil dalam masalah emosi. Ia pun berhasil tampil sebagai pembunuh berdarah dingin. Menghamburkan lebih dari 170 peluru, ia berhasil menghabisi 32 nyawa dan setelah itu ia membunuh dirinya sendiri.

Sesungguhnya, anak berkembang sesuai dengan apa yang dia dapatkan. Ingatlah puisi Dorothy Law Nolte berikut ini:

Jika anak dibesarkan dengan celaan, maka ia belajar memaki

Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, maka ia belajar berkelahi

Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, maka ia belajar menyesali

Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia akan belajar menahan diri

Sikap menyayangi, mendukung, bersahabat, memberi dorongan serta pujian, bertoleransi dan melakukan anak dengan baik, akan sangat berpengaruh terhadap aspek kejiwaan anak. Sebaliknya, sikap mencela, mengacuhkan, memusuhi dan menghina, hanya akan membuat si anak senantiasa berkecamuk dalam pemikiran-pemikiran negatif, yang berdampak pada mental yang tak stabil.

*Afifah Afra. Adalah nama pena dari Yeni Mulati Ahmad. Sekjen BPP FLP periode 2013 -2017.  Tulisan beliau yang lain bisa dibaca di www.afifahafra.net

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pin It on Pinterest

Share This