FLP.or.id,- Air dan tanahnya telah menjadi bagian yang tidak terpisah dari tubuhku. Udaranya menjadi bagian dari nafasku. Malamnya menjadi pakaian rehatku. Paginya menjadi semangat kerjaku. Dzikir pagi-sore menjadi nutrisi hidupku. Bacaan alif-ba-ta menjadi pembangun ruhku.
Cinta adalah pelajaran pertama yang diajarkan di madrasah pertamaku. Guru pertamaku mengajariku cinta sejak aku belum berupa aku. Seharusnya cinta itu menjadi modal bagiku untuk selalu tersenyum, optimis, berhusnu dzan, dan taat kepada Tuhanku. Namun, ternyata cinta itu tidak selalu mengekspresikan idealisme itu dalam interaksiku dengan lingkunganku.
Jarak antara idealita dan realita itu yang kemudian menjadi rentang masalah hidupku. Guru pertamaku mengajariku bagaimana berinteraksi dengan masalah. Ia memahamkan aku bahwa masalah itu rentang ujian hidupku di dunia. Dapat menyelesaikan ujian dengan baik adalah awal kesuksesan dunia akhiratku.
Hingga kemudian terdengar kabar tidak nyaman dari air, tanah, udara, malam dan pagi yang telah menjadi bahan baku pembangun keseluruhan tentangku itu. Ia bergolak, nyaris penghuni di dalamnya merebut ucap yang lahir dari daging tidak bertulang mereka. Merpertaruhkan huruf yang tergores dari sela-sela pena syubahat mereka. Hawa nafsu mereka terbiar menjadi penyulut yang membakari kehormatan dirinya. Nafsu Ammarah telah dengan mudah mencabik kebersamaan mereka. Syaitan berpesta ria merayakan keberhasilannya dalam mempora-poranda cinta yang terjalin antara mereka.
Aku tertegun di sini. Apa yang salah? Di sana tidak kurang orang yang tidak tahu. Apakah cinta tidak sepenuhnya selesai diajarkan? Atau tidak sepenuhnya utuh diinternalisasi menjadi karakter mereka?Hingga hawa nafsu, nafsu ammarah dan syaitan begitu mudah menghancurkan benteng cinta mereka.
Indah sekali jiwa itu. Tidak bicara apapun yang dilihatnya kecuali kebaikan. Tidak berprasangka kepada orang lain kecuali prasangka baik. Jika ia menemukan sesuatu yang sebaliknya pada mereka, maafnya mendahului prasangkanya. Mendoakan kebaikan baginya adalah senjata tawakkalnya kepada Allah.
Apakah ada kenikmatan yang lebih indah dari salamatus sadr?! Melalui hari dan malammu dengan kejernihan pikir dan kebeningan hati.
*Taqs Shams. Pengeja Jalan Pulang & Penggiat FLP Saudi.