Senin, November 25Literasi Berkeadaban - Berbakti, Berkarya, Berarti

Tag: Opini

Sumpah Pemuda, Konflik Horizontal, Common Will

Sumpah Pemuda, Konflik Horizontal, Common Will

Ketum, Pojok
Oleh: Afifah Afra* Ketika baru memasuki bangku kuliah, lebih dari dua dekade silam, saya ditawari bergabung di sebuah organisasi mahasiswa yang berbasis daerah asal. Karena merasa membutuhkan informasi dari teman-teman sedaerah, penulis pun memutuskan untuk bergabung. Ternyata, organisasi semacam itu cukup banyak bertumbuhan di kampus, dan biasanya cukup eksis. Mulai dari Sumatera, Jawa hingga Maluku dan Papua. Ada pula yang berbasis suku, atau sub suku. Awalnya saya mengira hal tersebut wajar-wajar saja. Sampai pada suatu malam, ada sebuah siaran di radio yang menyentakkan kesadaran saya. Sang narasumber saat itu mengatakan, “Sungguh aneh mahasiswa saat ini. Jika dahulu, saat pergerakan nasional, organisasi-organisasi kedaerahan seperti Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes dan sebagain...
Untuk Pengibar Panji-Panji Dakwah Literasi

Untuk Pengibar Panji-Panji Dakwah Literasi

Berita
FLP.or.id,- Saya memikirkan bagaimana organisasi ini akan menjadi besar. FLP benar-benar dikenal, tidak hanya di negeri ini, tapi oleh dunia. FLP menjadi rujukan bagi semua pegiat literasi, bagi semua sastrawan. Karya yang dihasilkan oleh teman-teman FLP adalah karya-karya berkualitas, yang menginspirasi, yang menggerakkan. FLP menjadi ujung tombak peradaban dalam ranah budaya dan kesusastraan. Tapi mewujudkan itu semua, tentu tidaklah mudah. Harus ada kerja keras. Saya mengatakan kepada teman-teman, kita tidak sedang main-main. Ini jihad kita insya Allah. Kita semua sedang berburu surga. Maka semangat yang harus kita gelorakan harus sama seperti ketika berada di medan perang. Kenyataannya, kita sedang bertarung melawan mereka yang menjadikan literasi sebagai alat untuk menghancurkan p...
Buku Sejarah FLP: Apa, Mengapa, Bagaimana?

Buku Sejarah FLP: Apa, Mengapa, Bagaimana?

Berita
FLP.or.id,- Salah satu program Divisi Litbang BPP FLP Periode 2017-2021 adalah penerbitan buku sejarah FLP. Pada milad FLP ke-22 (2019), buku tersebut telah diluncurkan yang dirangkaikan dengan seminar nasional, musikalisasi puisi, video FLP yang digelar di Gedung Balai Pustaka, Jakarta (24/02/2019). Setelah diluncurkan, buku sejarah tersebut terus direvisi sebaik-baiknya setelah mendapatkan masukan dari berbagai pihak, termasuk FLP wilayah se-Indonesia dan luar negeri. Revisi tersebut merupakan bagian dari upaya untuk menghadirkan jejak FLP dalam literasi Indonesia yang terus hadir dalam berbagai kegiatan. Apa itu Buku Sejarah FLP? Buku sejarah FLP adalah buku yang ditulis dengan semangat untuk menjelaskan kiprah Forum Lingkar Pena sejak berdiri tahun 1996. Kiprah FLP tidak ha...
Kedaruratan Ekologis, Literasi Hijau dan Peran Forum Lingkar Pena

Kedaruratan Ekologis, Literasi Hijau dan Peran Forum Lingkar Pena

Berita
FLP.or.id,- Ketika Allah SWT berkehendak menjadikan manusia, dalam hal ini adalah Adam a.s. beserta keturunannya menjadi pengelola alam semesta (khalifatu fil ardh), Malaikat mengajukan sebuah pernyatan yang menunjukkan keberatan. “Mengapa Engkau hendak menjadikan (pengelola) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah?” Tak sekadar merasa keberatan, Malaikat juga menawarkan diri mereka untuk menggantikan peran tersebut. “…Padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". Apakah gerangan kelebihan manusia? Mungkin begitu keheranan yang terbetik di benak Malaikat. Manusia memiliki potensi sebagai makhluk yang senang melakukan kerusakan dan ...
Buku, Diplomasi, dan Travelling

Buku, Diplomasi, dan Travelling

Berita
Saya mulai rasa pentingnya "diplomasi buku" sejak pulang dari pertukaran tokoh muda muslim Australia-Indonesia tahun 2015. Waktu itu saya berangkat dengan rekomendasi dari beberapa lembaga salah satunya dari FLP yang saat itu diketuai oleh psikolog Sinta Yudisia. Sepulang dari Australia, saya membuat buku kumpulan tulisan. Prosesnya dua tahun sejak ide itu digulirkan sampai terbit. Penulisnya 77 orang dari kedua negara. Selain dari saya, kata pengantarnya ditulis oleh Dubes Australia saat itu, H.E. Paul Grigson. Rowan Gould dan istrinya, Brynna Rafferty-Brown turut menjadi editor terutama untuk teks berbahasa Inggris dan apapun terkait Australia. Buku berjudul "Hidup Damai di Negeri Multikultur" itu pada akhirnya diterbitkan Gramedia, tahun 2017. Peluncurannya diadakan di Executiv...
Amanah itu Berat, yang Ringan itu Istirahat

Amanah itu Berat, yang Ringan itu Istirahat

Berita
FLP.or.id,- Gelaran Muswil FLP ke-6 selama 3 hari kemarin memang sudah berakhir, tetapi perasaan campur aduk itu terasa sampai kini. Bukan tersebab perihal memenangi voting hingga keputusan forum menjadikan diri bergelar ketua FLP Jatim, bukan sama sekali. Tapi pada beratnya amanah yang kelak akan dimintai pertanggung jawaban olehNya di akhirat nanti. Tiga bulan lalu, saat nama saya masuk dalam bursa Balon Ketua FLP Jatim, malam-malam saya tak pernah bisa nyenyak. Teringat banyaknya keterbatasan diri serta maha baiknya Allah yang masih berkenan untuk menutup aib-aib diri. Saya mencoba bercermin dalam kaca nurani dan bertanya berkali-kali pada dasar hati, seraya terus bermunajat pada ilahi meminta terus dikuatkan pundak ini dalam mengemban amanah apapun nanti. Laa haula walaa quwwata ...
10 Langkah Strategis Pengembangan FLP (Bagian 1)

10 Langkah Strategis Pengembangan FLP (Bagian 1)

Pojok
Menjelang Musyawarah Nasional (Munas) IV Forum Lingkar Pena (FLP) ada baiknya kita berbagi ide dan saran tentang bagaimana mengembangkan FLP. Sejak berdiri 1997, FLP telah berkiprah dalam membudayakan literasi lewat penerbitan buku, seminar, workshop, training kepenulisan, kampanye literasi, pendirian rumah baca, dan yang cukup penting adalah munculnya banyak penulis yang karya-karyanya mewarnai jagad kepenulisan di tanah air. Berkaca pada aktivitas FLP sejak 1997 sampai 2017 ini, hemat kami ada beberapa hal yang perlu dipikirkan, direnungkan, dan dikolaborasikan untuk pengembangan FLP tidak hanya dalam karya tapi juga secara organisasi dalam jaringan yang lebih luas. Renungan dan langkah strategis ini bisa menjadi masukan bagi siapapun yang terpilih sebagai ketua umum FLP pada periode 201...
Menulis Selera Dunia Rasa Akhirat

Menulis Selera Dunia Rasa Akhirat

Opini
Sebentar lagi FLP akan mengadakan Munas yang keempat. Ini munas perdana bagi saya. Di tengah ingar bingar calon ketua FLP yang baik mencalonkan diri, diam-diam dicalonkan, atau mau nyalon tapi malu, dan ada niat nyalon tapi tidak untuk sekarang. Apapun itu yang melatarbelakangi, saya berharap semua berangkat dari niat yang suci nan tulus. Bukan sebagai jalan melancarkan misi pribadi, efeknya akan terlihat pencitraan yang dibuat-buat. Dan akan sangat merugikan, walau secara biografi sangat potensial. FLP sekarang ini, tidak hanya memerlukan leader yang bisa menjadi contoh dalam karya-karyanya. Jauh lebih dari itu yang bisa membawa angota-anggotanya sebagai insan-insan literasi yang membumi dengan akhlak baik sebagai penyeru kebaikan atau da'i bertinta emas. Di sebuah cabang, pelosok sekali ...
2+3 Prinsip Dasar Mencipta Tulisan Argumentasi Menurut Gorys Keraf (Bagian 1)

2+3 Prinsip Dasar Mencipta Tulisan Argumentasi Menurut Gorys Keraf (Bagian 1)

Referensi
JAKARTA, FLP.or.id -- Gorys Keraf dikenal sebagai seorang ahli bahasa kenamaan yang dimiliki Indonesia. Ilmuwan bahasa kelahiran Lembata, Nusa Tenggara Timur itu, mengabdi sebagai dosen tetap di Universitas Indonesia sejak 1963. Ia mangkat di Jakarta, 30 Agustus 1997. Tetapi buku-buku yang ditulisnya telah dan terus menjangkau pembaca se-nusantara, menjadi rujukan dalam keterampilan berbahasa Indonesia. Gorys Keraf menjelaskan 2 titik dalam menulis argumentasi (tulisan argumentatif). Ia meyakinkan bahwa penulis hendaknya menyadari, ketika menulis argumentasi, si penulis tengah menempuh perjalanan, bertolak dari "dasar-dasar" menuju ke "sasaran-sasaran" yang diinginkan. Berikut ini Gorys Keraf merincikan 2 dasar yang ia maksud. Dengan mempergunakan prinsip-prinsip logika sebagai alat bant...
Brexit dan Tantangan Multikulturalisme di Britania Raya

Brexit dan Tantangan Multikulturalisme di Britania Raya

Karya, Opini, Pilihan Editor
Pada Jumat, 24 Juni 2016, hasil referendum masyarakat di Britania Raya dan Irlandia Utara tentang keanggotaan di Uni Eropa resmi diumumkan. Hasilnya, kubu Brexit memenangkan referendum dengan meraup 51.9% suara. Ini berarti, Britania Raya dan Irandia Utara menjadi negara pertama yang secara resmi akan keluar dari Uni Eropa. Perubahan ini tentu membawa banyak tantangan, salah satunya tentang masa depan multikulturalisme di Britania Raya. Britania Raya dan Irlandia Utara yang terdiri dari Inggris, Skotlandia, Wales dan Irlandia Utara memang memiliki pasang-surut dalam hubungannya dengan Uni Eropa. Perdebatan mengenai keluarnya Britania Raya dan Irlandia Utara dari Uni Eropa sebenarnya telah muncul sejak tahun 1973. Pada tahun 1975, dilaksanakan referendum untuk menentukan apakah Britania Ray...

Pin It on Pinterest