
Surabaya, 18 Oktober 2025 — Sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Musyawarah Nasional (Munas) VI Forum Lingkar Pena (FLP) yang berlangsung pada 17–19 Oktober 2025 di Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Surabaya, digelar Seminar Nasional bertajuk “Literasi (untuk) Kemanusiaan dan Realitas Politik Global.”
Kegiatan ini menghadirkan dua narasumber ternama, yaitu Dr. Saiful Bahri, Lc., M.A. dan Dr. Maimon Herawati, S.Sos., M.Litt., dengan Dr. M. Irfan Hidayatullah, M.Hum. bertindak sebagai moderator. Seminar ini dihadiri oleh ratusan peserta Munas dari berbagai wilayah Indonesia yang antusias menyimak gagasan dan refleksi para pemateri.
Meneladani Spirit Kemanusiaan dalam Al-Qur’an
Dalam pemaparannya, Dr. Saiful Bahri mengangkat tema penting tentang dimensi kemanusiaan dalam literasi dengan merujuk pada Surah Al-Ma’un. Ia menekankan bahwa kemiskinan bukan semata persoalan individu, melainkan hasil dari sistem yang menindas dan tidak adil.
“Sesungguhnya orang miskin adalah miskin yang dilemahkan sistem. Dan barang siapa yang tidak mendayagunakan kelebihannya, dia termasuk mendustakan agama,” ujarnya tegas.
Menurut Dr. Saiful, Al-Qur’an banyak mengandung simbol-simbol yang mengajarkan manusia untuk memahami kehidupan secara utuh. Ia menyebutkan bahwa seseorang yang ingin menjadi pribadi baik harus memiliki tiga bentuk tauhid: tauhid teologis, tauhid sosial, dan tauhid ekologis. Ketiganya saling melengkapi dalam membangun keimanan dan kesadaran moral manusia.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa literasi kemanusiaan bukan hanya tentang membaca dan menulis, tetapi tentang kemampuan memahami kebaikan dan memperjuangkannya.
“Aspek literasi kemanusiaan adalah memahami kebaikan. Literasi kemanusiaan akan menang kalau kita masih mengingatkan manusia lain bahwa kita memiliki tugas besar: menyelamatkan manusia agar tidak menjadi setan,” tuturnya.
Ia menambahkan dengan refleksi yang tajam, “Setan tidak pernah hadir dengan wajah menakutkan, sebab setan justru paling enak diajak berteman.”
Sebagai contoh konkret dari krisis kemanusiaan global, Dr. Saiful menyinggung perang di Gaza, Palestina, sebagai cerminan nyata bagaimana sistem dunia kerap memelihara ketidakadilan dan penderitaan manusia.
Membongkar Narasi dan Kuasa Media Global
Sesi berikutnya diisi oleh Dr. Maimon Herawati, akademisi dan jurnalis yang dikenal aktif dalam isu-isu literasi media. Dalam paparannya, ia mengulas narasi jahat media global dan mengajak peserta untuk lebih kritis terhadap informasi yang disebarkan oleh media arus utama.
Dr. Maimon mencontohkan bagaimana media besar seperti The New York Times memiliki simbol dan jaringan antarwartawan yang membentuk narasi tertentu dalam pemberitaan. Ia mengingatkan pentingnya memahami siapa sebenarnya pihak yang menjadi lawan dalam pertarungan wacana global.
Selain itu, Dr. Maimon menyoroti kondisi media di Indonesia yang masih sangat bergantung pada labelisasi dan citra.
“Media di Indonesia sering kali mementingkan label. Label itu penting karena akan berpengaruh besar terhadap persepsi publik,” jelasnya.
Dalam konteks organisasi seperti Forum Lingkar Pena, Dr. Maimon mendorong pengembangan media alternatif yang bersifat advokatif—media yang tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi juga membela nilai-nilai kemanusiaan dan kebenaran. Ia mencontohkan upaya tersebut melalui platform SMART171 yang saat ini ia kelola sebagai wadah untuk menyuarakan isu-isu kemanusiaan dengan perspektif yang lebih jernih dan independen.
Membangun Literasi Kritis dan Empatik
Seminar nasional ini menjadi ruang refleksi penting bagi seluruh anggota FLP tentang bagaimana literasi tidak hanya berurusan dengan teks dan karya, tetapi juga dengan kesadaran sosial dan tanggung jawab kemanusiaan. Baik Dr. Saiful maupun Dr. Maimon sama-sama menegaskan bahwa pena dapat menjadi alat perjuangan untuk menegakkan keadilan dan kemanusiaan, di tengah derasnya arus informasi dan propaganda global.
Dengan semangat “Literasi untuk Kemanusiaan,” seminar ini diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran baru di kalangan penulis FLP untuk terus berkarya, berpihak pada nilai-nilai kemanusiaan, dan mengembangkan literasi yang berdaya ubah kepada hal positif bagi masyarakat.
