MALUKU, FLP.or.id – Kumpulan frase di atas merupakan tema dalam rapat kerja (raker) FLP Wilayah Maluku yang diselenggarakan hari Sabtu (21/04) di Natsepa Beach Maluku Tengah.
Rapat yang digagas sejak sebulan lalu merupakan bagian dari ikhtiar Pengurus FLP Maluku guna mengkampanyekan kaidah-kaidah berbahasa yang santun, objektif dan populis lewat sarana literasi, baik dalam media sosial maupun kehidupan bermasyarakat. Itulah kenapa tema itu dijadikan spirit dalam rapat kerja,” kata Ketua FLP Maluku, M. Nasir Pariusamahu
Kita tau, dengan adanya keterbukaan di era digital atau disebut zaman now, pergaulan kata sudah tidak lagi sehat. Satu sama lain saling menyerang. Akhirnya, makna kata yang sesuai denganĀ pedoman umum ejaan Bahasa Indonesia dirusaki secara sepihak,” papar pria kelahiran 26 tahun silam
Padahal, kekayaan kosakata Bahasa kita, harus menjadi alat pemersatu bangsa. Juga penguat identitas manusia Indonesia, khusus Maluku. Inilah yang membuat FLP merasa perlu melakukan terobosan-terobosan spektakuler agar ruh kata dan makna bisa terjaga nafasnya, ” tambah Alumnus Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pattimura ini.
Olehnya itu, rapat kerja yang berlangsung akan digodok beberapa program terkait permasalahan kebahasaaan dan kebudayaan. Ada 8 program unggulan yang akan dibuat dan direalisasikan untuk triwulan pertama, kedua dan ketiga, pada tahun pertama,” imbuhnya lagi.
Akhirnya, upaya mempertahankan apa yang sudah ada itu sangat sulit dan perlu kesabaran dan dorongan. Sehingga, FLP juga perlu membuka diri dengan siapapun untuk membangun visi ini bersama. Baku kele, baku keku par biking bae negeri, ” tegas pria asal Seram Utara ini.