ADA banyak negara pada umumnya menggunakan air ketika bersuci, terlebih itu negara-negara Islam yang memang menjadi anjuran agama sebagai alat utama ketika bersuci. Air menjadi sumber kehidupan manusia di dalam memenuhi berbagai aspek kehidupan, tidak saja untuk bersuci dari hadas besar dan kecil. Air bahkan menjadi suatu hal yang tak dapat dipisahkan dalam keseharian kita. Mulai dari bangun sampai tertidur lagi kita membutuhkan air.
Ketika haus kita membutuhkan air sebagai pelega dahaga, untuk mengolah makanan kita juga membutuhkan air, begitu juga dalam urusan bercocok tanam, dan lain sebaginya. Bahkan hewan dan tumbuhan juga membutuhkan air untuk hidup. Sungguh tak dapat disangkal, air memang memiliki arti yang sangat penting dalam realita kehidupan kita.
Saya memiliki sedikit cerita unik tentang apa yang saya dapati di negara yang baru saja saya kenal menyangkut persoalan air dan bersuci. Seperti biasanya kita selalu menggunakan air untuk bersuci dikala buang hadas besar maupun kecil, karena air memang alat utama yang diperuntukkan agama kita (Islam) untuk bersuci. Tapi pernah terpikirkan tidak jika kita hidup tanpa air untuk sehari saja saat-saat bersuci tiba. Repot jadinya bukan, bagi kita-kita yang yang lumrah menggunakannya? Kondisi itulah yang saya dapati saat ini.
Sampai dengan saat ini sudah beberapa tempat di Kota Wuhan yang sempat saya kunjungi, tak terkecuali toilet juga salah satu tempat yang tak tertinggal terlampaui. Semua toilet umum yang pernah saya masuki keadaannya sama tak ada air yang diperuntukkan secara khusus untuk bersuci ketika buang air kecil maupun besar. Air hanya terdapat di ruang tempat dimana orang-orang ingin sekedar mencuci wajah atau tangan. Sedangkan untuk bersuci setelah buang air kecil maupun besar, mereka biasanya menggunakan tisu. Bahkan ada yang tidak bersuci, karena beberapa toilet terkadang tidak membekali tisu atau mereka lupa untuk membawanya.
Pemandangan ini mungkin bagi para pelancong yang sudah pernah menginjakkan kaki ke Tiongkok, ini bukan hal mengagetkan lagi. Tapi berbeda dengan saya, jujur ini adalah awal pertama kali kedatangan saya di negeri pengguna sumpit ketika makan ini. Tentu lucu jadinya ketika saya biasanya selalu terbiasa bersuci menggunakan air tiba-tiba mendapati sebuah keadaan bersuci tanpa air. Air rasanya menjadi benda asing untuk dilihat ketika bersuci saat ini. Pernah terbayangkan tidak apa jadinya hidup tanpa air ketika saat-saat bersuci tiba?
Syukurnya di dormitory tempat saya tinggal saat ini dilengkapi dengan air yang mudah dijangkau, jadi saya tidak perlu risau untuk bersuci. Hanya saja pemandangan kondisi tanpa air ketika bersuci ini akan kita temui di toilet-toilet umum di Wuhan, Tiongkok tempat dimana saat ini saya memulai hela nafas baru. Jadi biasanya ketika keluar dari dormitory saya selalu mempersiapkan botol kosong atau membeli sebotol minuman dan kemudian bekas botolnya saya isi dengan air untuk membantu ketika saat-saat bersuci tiba. Juga ketika berpergian jauh sekedar untuk jalan-jalan, saya biasanya selalu mengkondisikan diri dalam keadaan berwudhu. Hal ini dimaksudkan adalah untuk memudahkan menunaikan shalat ketika waktunya tiba, dikarenakan kadang kala di tempat-tempat umum toilet sedikit susah dijumpai.
Banyak teman-teman se-negara yang kewalahan dengan hal ini, mereka malah menahan untuk tidak buang air besar maupun kecil hingga kembali ke dormitory ketika jam kelas berakhir. Mereka juga kadang-kadang membatasi untuk minum air dalam kapasitas banyak ketika berpergian jauh dari dormitory. Saya pikir lama-lama ini akan jadi penyakit juga jika terus seperti itu. Ini sebenarnya bukan persoalan Tiongkok kekurangan air, hanya saja ada kebiasaan berbeda ketika bersuci.
Begitupun dalam persoalan mandi, pada umumnya teman-teman Tiongkok saya bercerita bahwa mereka hanya mandi sekali dalam sehari, tepatnya itu dilakukan sebelum tidur atau setelah segala aktifitas harian usai. Sedangkan ketika bangun besoknya mereka biasanya hanya sekedar mencuci wajah saja kemudian keramas dan langsung beraktifitas lagi seperti hari-hari biasanya. Bagi kita mungkin ini terlihat sedikit aneh, begitupun dengan mereka ketika mengetahui pola mandi kita yang bahkan sampai tiga kali sehari.
Di sini saya bukan berbicara tentang baik atau buruknya sebuah negara, hanya saja ini berbicara tentang bagaimana kebiasaan orang-orang di negara yang berbeda. Sekaligus sebagai pengetahuan awal bagi orang-orang yang berniat menghabiskan masa libur atau melanjutkan pendidikannya di negeri panda ini. Agar tidak merasa kaget atau canggung seakan berada di planet lain ketika tiba di sini. Orang-orang dengan latar belakang yang berbeda akan memiliki penilaian yang berbeda pula di dalam menanggapi suatu hal, itu adalah suatu yang lumrah.
Ada banyak memang kebiasan-kebiasan masyarakat Tiongkok bahkan dunia yang unik untuk diketahui. Menjadi unsur kemenarikan sendiri bagi orang-orang yang suka meneliti dan ingin tahu tentang dunia dan keberagaman penduduknya. Apakah anda juga salah satu orang yang suka mengkaji hal-hal unik? Ayo berkunjung dan lihatlah betapa besarnya bumi kita!
*AL-ZUHRI, penerima beasiswa China Scholarship Council (CSC) pada Program Master of Communication Studies di Huazhong University of Science and Technology, melaporkan dari Tiongkok.