Selasa, Oktober 28Literasi Berkeadaban - Berbakti, Berkarya, Berarti

Pembukaan Musyawarah Nasional VI Forum Lingkar Pena Digelar di Surabaya

Pembukaan Musyawarah Nasional VI Forum Lingkar Pena Digelar di Surabaya

 

Surabaya, 17 Oktober 2025 — Forum Lingkar Pena (FLP) resmi membuka kegiatan Musyawarah Nasional (Munas) ke-VI di Gedung Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Surabaya, Jumat, 17 Oktober 2025. Kegiatan yang akan berlangsung hingga 19 Oktober ini menjadi momentum penting bagi seluruh anggota FLP dari berbagai wilayah Indonesia untuk berkumpul, berdiskusi, dan menentukan arah masa depan organisasi.

Sebagai forum pengambilan keputusan tertinggi dalam struktur organisasi FLP, Munas dilaksanakan setiap empat tahun sekali. Tahun 2025 ini menandai pelaksanaan keenam kalinya sejak FLP berdiri. Tidak hanya menjadi ajang musyawarah, kegiatan ini juga menjadi wadah silaturahmi dan refleksi atas kiprah panjang FLP dalam dunia literasi Indonesia.

Antusiasme peserta sudah tampak sejak kegiatan ini belum dilaksanakan. Banyak anggota yang kompak mengunggah twibbon di media sosial masing-masing sebagai bentuk dukungan dan ketidaksabaran untuk segera berpartisipasi dalam MUNAS VI FLP ini.

Bahkan, sehari sebelum acara dimulai, pada Kamis malam (16/10), para peserta delegasi dan peserta non delegasi dari berbagai provinsi mulai memadati area BBPMP Surabaya . Mereka datang dengan semangat kebersamaan dan harapan besar terhadap kemajuan FLP ke depan.

Acara pembukaan Munas diawali dengan penampilan Tari Wastra Karapan, persembahan dari para siswi SDN Kebonsari, Pasuruan. Tarian tradisional tersebut menggambarkan semangat budaya lokal yang selaras dengan nilai-nilai FLP itu sendiri, berakar pada kearifan bangsa dan menjunjung tinggi kreativitas.

 

Pembukaan Musyawarah Nasional FLP ke-VI tahun 2025

 

Dalam sambutannya, S. Gegge Mappangewa, selaku Ketua Umum FLP, yang lebih akrab disapa Daeng, menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada seluruh delegasi yang telah hadir dengan penuh antusias. Ia menekankan pentingnya Munas sebagai momentum untuk memperkuat komitmen dan memperbarui semangat dalam berkarya.

“Saya bangga dengan semangat para anggota FLP yang terus berkiprah di dunia literasi. Banyak di antara kita yang turut mewarnai ajang-ajang nasional, seperti Gerakan Literasi Nasional (GLN),” ujar Daeng.

Lebih lanjut, Daeng Gegge menyoroti tema besar Munas kali ini sebagai ajakan untuk menghidupkan kembali semangat berkarya di cabang-cabang FLP yang mulai meredup. Ia berharap Munas VI menjadi titik balik bagi tumbuhnya kembali gairah literasi dan kemanusiaan di tubuh organisasi.

“Mudah-mudahan dengan tema Munas kali ini, FLP cabang yang saat ini redup atau mulai kurang geraknya bisa menjadi lebih baik dan hidup kembali. Semoga tingkat kemanusiaan kita makin berkembang,” imbuhnya.

Menutup sambutannya, Daeng juga menyinggung motto khas FLP, “Berbakti, Berkarya, Berarti,” yang dalam konteks Munas VI ia ubah menjadi seruan penuh semangat: “Munas atau Mati.” Ungkapan tersebut disambut tawa dan tepuk tangan peserta sebagai simbol tekad bersama untuk menjaga keberlangsungan organisasi.

Selain sambutan dari Ketua Umum FLP, acara pembukaan juga menghadirkan tausiyah literasi dari Habiburrahman El Shirazy, atau yang akrab disapa Kang Abik. Dalam kesempatan tersebut, Kang Abik mengajak para peserta untuk merenungkan kembali makna literasi dari sudut pandang spiritual, dengan merujuk pada firman Allah Swt. dalam Surah Al-‘Alaq ayat 1–5, tentang perintah membaca dan pentingnya ilmu.

Menurutnya, literasi sejati tidak hanya berhenti pada kemampuan membaca dan menulis, tetapi harus berorientasi pada nilai-nilai kemanusiaan.

“Tidak ada gunanya literasi jika tidak untuk kemanusiaan, tidak untuk memanusiakan manusia. Sebab manusia diciptakan untuk merdeka,” ujarnya penuh penekanan.

Kang Abik juga menyinggung karakter dasar Forum Lingkar Pena yang lekat dengan nilai-nilai pesantren, semangat pengabdian, dan keikhlasan dalam berkarya.

“FLP juga boleh disebut Forum Lingkar Pesantren. Santri mengabdi kepada kiai bukanlah sebuah perbudakan,” tuturnya, menegaskan bahwa pengabdian dalam dunia literasi adalah bentuk perjuangan yang luhur.

Ia menambahkan, perjuangan tidak selalu identik dengan senjata atau kekuatan fisik, melainkan bisa dilakukan dengan cara yang lebih damai dan bermartabat—melalui tulisan.

“Berjuang tidak hanya dengan peluru. Berjuang bisa dengan pena melalui tulisan,” tegasnya.

Sebagai penutup, Kang Abik membacakan salah satu surah favoritnya, Surah An-Naml ayat 30, yang menceritakan kisah Ratu Balqis dan Nabi Sulaiman. Menurutnya, ayat tersebut menggambarkan kekuatan pesan dan tulisan yang mampu mengubah hati manusia hingga menuntunnya kepada kebenaran.

Menyambung sambutan dari Kang Abik, Ekawati Rahayu, S.H., Staf Ahli Walikota Surabaya Bidang Hukum, Politik, dan Pemerintahan, mengucapkan terima kasih atas dipilihnya Surabaya sebagai tempat Musyawarah Nasional FLP.

Dengan semangat literasi dan persaudaraan, Munas VI FLP 2025 resmi dimulai. Selama tiga hari ke depan, peserta akan mengikuti berbagai agenda, termasuk sidang komisi, pleno, serta pemilihan pengurus pusat periode berikutnya.

Munas kali ini diharapkan mampu melahirkan keputusan strategis dan gagasan segar yang akan membawa FLP semakin kokoh berperan dalam literasi untuk kemanusiaan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pin It on Pinterest

Share This