Senin, November 25Literasi Berkeadaban - Berbakti, Berkarya, Berarti

Koleksi Puisi tentang Perempuan Serta Puisi Inspiratif

Koleksi Puisi tentang Perempuan Ika Y Suryadi

 

Perempuan Sendiri dan Lukisannya Sendiri

oleh Ika Y. Suryadi

di galeri kita bertukar getar,

dipisah lorong padat para pengunjung

yang kerap tersesat di waktu yang sebentar

dan bersicakap apa yang lebih abstrak

garis magis, detail mistis, atau kita sendiri

 

rindu itu adalah kau, yang dilukis habis seniman dalam kuas yang berujar, dan terburai

ia terlampau setuju menarik pagi

di setiap garis-guratan namamu; dan kau bukan lagi sepi

jadi di warna mana kau terkesan?

rindu itu adalah kau

yang terlampau bosan dan beranjak pulang,

tanpa sempat kau temukan, wajah siapa dalam bingkai. 

dan di dalam galeri asing pinggir jalan ini,

kita berpencar.

tapi mengapa,

nasib kita masih saling melambai?

Jambi, 2018

 

Mengapa sebaiknya kau berjaga-jaga

Oleh Ika Y. Suryadi

Barangkali aku telah terpisah dari kepala raja. Tapi sungguh aku ini pisahan yang pandai membaca tanda. Sebab singgasana terlampau jerih, dan aku ingin bersemayam dengan para jelata. 

malam dingin itu aku datang ke muka rumahmu. Melangkah masuk ke pintumu yang lesih merah muda. seperti pengembara yang tersasar dan datang kepada penampungan. tapi ketahuilah, aku ini ahli sihir yang pandai bersandiwara. 

Terkesima seketika, kau menyilahkanku duduk demi menunjukkan rasa santunmu pada seorang tamu. dan mengenalkanku pada keluargamu. seperti aku ini perlu benar mengenal mereka. padahal sungguh aku hanya ingin bermalam belaka. sekadar dua minggu. atau mungkin selamanya, selama kau masih ada.

Ketahuilah, sangat jarang aku mau beramah tamah. Sebab aku tak mau tergoda oleh bayang-bayang jasa. dan aku lebih senang memiliki siapa pun untuk membenarkan keinginanku. 

telah kurengkuh kisah leluhurku dan aku tahu bahwa kelambanan adalah muasal kepunahan. maka diam-diam aku belajar berdandan tanpa henti. sehingga kau pun tak curiga betapa telah beranak aku di dalam rumahmu. oh sungguh pezina yang kurang ajar, mungkin itu gerutuanmu suatu kelak nanti. atau tak pernah sempat sebab telah kutusuk batang lehermu, dengan selubung paku. 

Sampai ke detik selanjutnya (percayalah aku tak suka menunggu), aku telah mahir menyihir setiap orang di rumahmu. sehingga sesiapa telah patuh setelah terkena mantraku, dan tentulah mereka 

balik menentangmu. dan lihatlah, pengaruhku kian bertambah-tambah.

Kecuali salah satu, yang kerap curiga dan suka sekali menjegalku. betapa ini bagian yang tersulit. Sebab aku bisa saja gagal dalam kehidupan yang banal ini. Tapi ini juga perkara yang mudah. sebab aku ini seorang petarung yang pandai bersilat lidah. dan betapa pun hebatnya kau, ketahuilah telah kutancapkan keturunanku di salah satu sudutmu. 

Maka di detik selanjutnya (percayalah aku sangat tak suka menunggu), aku telah membendung dan menghasut satu-satunya orang yang masih membelamu. Dan lihatlah, kini kau tuan rumah yang papah.

sungguh tak usah kau marah. sebab tak pernah kupaksa kau membuka pintu. maka terimalah kemalangan nasibmu. Dan, matilah kau tanpa  punya siapa-siapa.

Jambi, 2020

 

Di dua mataku

oleh  Ika Y. Suryadi

tetapi di matamu, bumi telah ditata untukmu semata. taman main sampai langkah patahmu lupa, pada jalan cadas. dan mimpi yang kandas. dari utara ke selatan tak luput kau ucapkan; arah mana lagi kita bisa pergi? 

sedang sampai dunia jutaan derajat kerasnya aku masih saja 

meraba, entah jalan mana yang bisa kutatah.

 

Jambi. Juli, 2019

*Ika Y. Suryadi. Perempuan penyuka hutan dan hujan ini aktif di FLP Wilayah Jambi. Ika juga bisa disapa di ikaysuryadi@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pin It on Pinterest

Share This