Senin, November 25Literasi Berkeadaban - Berbakti, Berkarya, Berarti

Hendak Kemana Penulis FLP?

Salah satu ayat Al-Qur’an yang menginspirasi kita untuk terus melakukan dakwah lewat tulisan adalah ayat, “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal saleh, dan berkata: sesungguhnya aku termasuk orang yang menyerah diri”?” (QS. Fushshilat: 33).

Ayat ini menjelaskan bahwa orang terbaik adalah orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal saleh, dan mereka menyerahkan diri (tawakal) kepada Allah. Para penulis muslim tentu saja menyerukan dakwah lewat berbagai jenis tulisan mereka–fiksi dan nonfiksi–yang kontennya mengajak pembaca untuk kembali ke jalan Allah. Selain itu, mereka juga beramal saleh, dan tawakal dalam menjalani ikhtiar kehidupan yang fana’ ini.

Problematika Global

Saat ini banyak sekali masalah global yang menuntut peran penulis muslim agar menuliskan ide-ide bernas mereka dengan berbagai solusi. Beberapa masalah tersebut adalah kemiskinan, rasisme, energi, overpopulasi, kelaparan, terorisme, climate change, kenakalan remaja, narkoba, dan lain sebagainya.

Masalah-masalah ini tidak bisa hanya diserahkan kepada pemerintah untuk menuntaskannya. Ini menjadi tugas kita semua sebagai anak bangsa, bahkan sebagai umat manusia. Sebagai penulis, tentu saja kita berkewajiban untuk mengambil peran dalam menjelaskan masalah tersebut dan mencari jalan-jalan terang untuk membuka diri dunia dari jalan-jalan gelap tersebut.

Paling tidak, dalam 25 sampai 50 tahun yang akan datang, ada beberapa masalah yang masih meliputi umat manusia. Beberapa diantaranya adalah meningkatnya kriminalitas dan kekerasan, kelaparan, kemacetan, ketidakadilan, overpopulasi, rasisme, berita bohong (fake news), polusi udara, pencemaran air, dan juga penyakit karena bahan kimia. Masalah-masalah ini tidak hanya terjadi di negara berkembang, akan tetapi juga di negara-negara maju.

Tugas penulis FLP, dalam konteks ini adalah (1) menjelaskan problematika yang sedang terjadi di skala dunia, regional, dan lokal, serta (2) mencari solusi lewat tulisan-tulisan mereka yang disuguhkan kepada umat manusia tidak hanya bagi orang Indonesia tapi juga untuk masyarakat dunia.

Tantangan Dakwah Bilqalam

Sebagai penulis FLP yang bergiat dalam dakwah bilqalam (lewat tulisan), kita juga mengalami beberapa tantangan untuk terlibat sebagai “bagian dari solusi” masalah global tersebut. Masalah-masalah kita adalah, banyaknya fake news yang membuat kita tergoda untuk percaya dan selanjutnya membuat status atau tulisan berbasis berita bohong tersebut; adanya perselisihan para ulama dunia yang membuat kita kebingungan mau ikut kemana?; fakta masih malasnya kita dalam membaca buku/artikel bernas/hasil riset; kebingungan menulis yang melanda orang-orang terpelajar (padahal mereka sarjana, master dan doktor); serta tidak percaya diri dan berpikiran yang sederhana (simple minded) dalam menyelesaikan masalah-masalah yang ada.

Tantangan ini perlu dijawab oleh penulis FLP dengan “mengingkari” tantangan tersebut atau melakukan yang berkebalikan dari hal-hal itu. Maka penulis FLP harus lebih berhati-hati dengan berita bohong (tentu saja tidak bermaksud mengatakan bahwa semua penulis FLP termakan berita bohong), mencari rujukan para ulama yang moderat, serta rajin-rajin membaca, menulis, meninggikan rasa percaya diri, dan mulai melakukan “great contribution” atau kontribusi besar bagi hidup mereka.

Hidup yang cuma sementara ini rasanya sangat percuma jika tidak melahirkan kontribusi besar tersebut. Artinya, jika seseorang telah bergabung di FLP, maka dia harus berpikir, “apa hal besar yang akan saya berikan bagi lembaga penting ini?” Hal besar itu tentu saja terkait dengan karya dan temuan-temuan terbaru untuk mengangkat marwah organisasi, mengilhami tumbuhnya penulis-penulis baru, dan terus menyebarkan dakwah lewat berbagai cara yang dapat menembus berbagai lapisan masyarakat dari yang atas, menengah, dan yang bawah.

Apa yang bisa kita lakukan?

Melihat berbagai masalah global itu, apa yang bisa penulis FLP lakukan? Hingga 2017 ini FLP dikenal sebagai organisasi kepenulisan dengan basis penulis muslim. Mereka menulis fiksi dan nonfiksi, akan tetapi tidak banyak kemitraan yang terjalin kontinyu dari tahun ke tahun. Berganti kepengurusan, berganti pula arah dan gerak organisasi, dan itu membuat apa yang telah dilakukan sebelumnya hanya berhenti hingga selesainya pembacaan laporan pertanggungjawaban di Munas.

Maka, para penulis FLP sesungguhnya dapat memainkan peranan strategis untuk turut serta menyelesaikan masalah global lewat berbagai cara. Pertama, menggiatkan membaca, merenung, dan menulis berbasis Al-Qur’an. Kita sama menyadari dan mengakui bahwa Al-Qur’an adalah sumber utama, akan tetapi banyak dari kita yang lupa untuk mengkajinya dan mengambil inspirasi untuk tulisan-tulisan kita di buku dan media-media sosial.

Kedua, menjaga semangat belajar dengan membaca berbagai referensi yang luas. Dunia tempat kita hidup sekarang ini ditinggali oleh manusia dari berbagai macam tabiat dan latar belakang. Kita perlu baca dan mempelajarinya, dan selanjutnya berpikir bagaimana cara menyampaikan dakwah ke berbagai kalangan umat manusia baik yang berada di gedung-gedung pencakar langit di ibukota hingga di dusun-dusun kecil di pedesaan. Dakwah FLP ini perlu terjaga dan itu hanya bisa terjaga dengan semangat belajar yang terus hidup di sanubari tiap kader.

Ketiga, berkarya tiap hari dan berbagi setiap hari. Tiap penulis perlu mendisiplinkan dirinya untuk tiap hari menulis di berbagai media kemudian membagi idenya itu kepada pembaca. Sekecil apapun ide itu pasti ada saja manfaat yang dapat dipetik di hati pembaca. Menulis dan berbagi setiap hari dapat dianggap sebagai bagian dari dakwah dan sedekah harian kita yang kita jaga dan rawat.

Keempat, membangkitkan roda organisasi dengan berbagai kegiatan progresif dan terukur. Organisasi FLP telah didirikan lewat berbagai macam perjuangan. Maka, perlu diteruskan lewat berbagai kegiatan yang progresif, yang maju, yang inovatif, yang bernas, yang kekinian, namun tidak melupakan basis keislaman, keindonesiaan, dan kemanusiaan. Kegiatan yang terukur juga perlu dijabarkan secara baik; apa kegiatan kita, kapan dilaksanakan, dan bagaimana cara mengevaluasi kegiatan tersebut secara berkala dan serius.

Sesungguhnya, peran penulis FLP sangat dibutuhkan tidak hanya oleh bangsa Indonesia tapi juga untuk umat manusia. Ya, umat manusia. Karena tidak semua orang di negara lain juga bisa menulis atau punya minat menulis. Tapi kita di sini, di negeri Islam terbesar di dunia, punya banyak orang muda dengan semangat dan kemampuan menulis.

Maka peran-peran strategis penulis FLP sangat dibutuhkan untuk mengembangkan organisasi ini tidak hanya di tingkatan nasional, tapi juga secara serius menggarap dunia global lewat berbagai kegiatan yang dapat menyentuh lokal, nasional, dan global.

Dengan demikian maka kita akan menjadi kader bangsa yang tidak hanya mengangkat marwah organisasi dan Indonesia tapi juga mengibarkan peran penting pemuda Islam dalam kancah global lewat tulisan-tulisan bernas, jaringan-jaringan kerja yang efektif dan progresif, serta ide-ide perubahan dan solusi bagi krisis kemanusiaan yang melanda dunia kita hari ini.

*Yanuardi Syukur. Kandidat Doktor di Universitas Indonesia. Staf Divisi Karya BPP FLP. Dosen Antropologi di Universitas Khairun, Ternate.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pin It on Pinterest

Share This