Di Al-Quds, aku berbaju luka, menghela nafas duka
di telapak tangan kugenggam jiwa
teruntuk Palestina Arabia.
Aku takkan terbuai “solusi damai”
takkan sesenti pun kuturunkan bendera
hingga tanah airku bersih dari mereka
Bangkit, wahai rakyat semesta, lawan mereka
Lawanlah para penjajah penjarah
Ikutilah k’reta kencana para syuhada.
Cabikrobeklah konstitusi kebiadaban
yang memaksakan penistaan dan penghinaan
yang menghalangi kita dari menegakkan keadilan.
Mereka memanggang bocah tak bersalah;
Mereka membedil gadis Hadil di depan semua,
membunuhnya terang-terangan pada terik siang
Bangkit, wahai rakyat semesta, lawan mereka.
Lawanlah gempuran penjajahan.
Jangan gusarkan pikiran dengan propaganda mereka itu
yang membelenggu kita dengan ilusi perdamaian semu.
Jangan takut kepada julur lidah para peragu:
jauh lebih perkasa kebenaran di dalam kalbu,
selama engkau bergerak melawan di atas negeri yang
hayat bertahan melewati penyerangan juga kemenangan
Dengarlah Ali* berseru dari balik nisannya:
“Bangkit, wahai rakyat pejuang!
Tulislah aku sebagai alinea baru pada wangi gaharu
Jasadku rebah kematian, engkaulah yang menentukan jawaban.”
Bangkit, wahai rakyat semesta, lawan mereka.
Bangkit, rakyat, lawan!
—
Terjemahan bebas dari versi bahasa Inggris (Resist, My People, Resist Them) puisi karya penyair belia Palestina Dareen Tatour, Qawim Ya Sya’bi, Qawimhum. Pada tahun 2015, Dareen ditahan dan dipenjara rezim penjajah Zionis Israel, dengan tudingan ujaran kebencian karena memposting video puisinya itu di Youtube.
*) Ali Dawabsheh, bayi 18 bulan yang gugur pada 31 Juli 2015, setelah pemukim ilegal Zionis Israel membakar hidup-hidup ia dan keluarganya di rumahnya. Kedua orang tua Ali menyusul ke alam baka pada Agustus dan Septembernya.
Foto: pen.org