Senin, November 25Literasi Berkeadaban - Berbakti, Berkarya, Berarti

Webinar Dongeng: Mendongeng Asyik Kala Pendemi Mengusik

flp.or.id – Forum Lingkar Pena (FLP) menyelenggarakan Webinar Dongeng dengan tema Mendongeng Asyik Kala Pendemi Mengusik, Minggu (29/8/2021) via Zoom. Webinar ini merupakan salah satu bagian dari rangkaian acara Musyawarah Nasional (Munas) FLP.

Webinar diikuti 154 peserta dari berbagai daerah di Indonesia ini dibuka oleh Dr. Irfan Hidayatullah M.Hum, selaku ketua Munas V FLP dan mendapat apresiasi dari Sekretaris Komisi D DPRD Kota Malang, Rokhmad S.Sos. Rokhmad menyampaikan bahwa ia bangga atas terselenggaranya webinar dongeng serta menyampaikan selamat dan sukses buat FLP.

Acara yang menghadirkan Dewi Mora Riskiana atau dikenal dengan Kak Mora dan Kak Bambang Bimo Suryono atau Kak Bimo disambut antusias peserta. Apalagi dengan ditemani MC Tantri Leonita dan Moderator Ihdina Sabili yang berbalas pantun seru.

Menurut Kak Mora, dongeng adalah hasil karya berdasarkan rekayasa imajinatif (imajinasi seseorang)/pendongeng, jalan ceritanya sederhana dan tidak benar-benar terjadi. “Dengarkan kata-kataku, bayangkan dalam benakmu,” ungkapnya.

Tak hanya itu, Kak Mora juga menyampaikan pesan kepada para pendongeng, ibu, guru, dan siapapun yang hendak mendongeng untuk menyampaikan sesuatu yang di dalamnya memuat berbagai manfaat.

Melanjutkan materi Kak Mora, Kak Bimo mengungkap cara membangun karakter bangsa melalui cerita, “Dongeng bisa membangun karakter. Kisah dapat membangun akhlak. Karena itulah penting untuk memiliki keterampilan bercerita,” ujarnya.

Sebagai tindak lanjut acara webinar ini, FLP mengadakan Lomba Mendongeng dengan tema “Menjadi Sahabat dan Penjaga Alam,”. Pengumpulan video dongeng paling lambat 12 September 2021.

Sebagai bocoran bagaimana agar menang lomba, Kak Mora berbagi trik jitu bercerita. Antara lain dengan mencuri perhatian anak dengan mengubah intonasi, mengekspresikan cerita yang disampaiakan, membuat anak senang dan nyaman saat mendengar cerita, membuat improvisasi setiap situasi dan kondisi, dan mendialogkan kembali nilai yang didapat saat anak mendengarkan cerita.

Pada sesi tanya jawab, peserta banyak sekali yang menyampaikan pertanyaan. Salah satunya ada Fitri Hasanah yang bertanya, “Seberapa penting porsi melestarikan cerita rakyat dengan contoh konflik pernikahan dan bagaimana cara mengalihkan fokus anak? Apakah saat anak mulai tidak fokus kita berhenti cerita atau terus saja?”

Mendengar pertanyaan tersebut, Kak Mora menjawab, “Teknik memang penting, tetapi materi juga penting. Namun ada yang penting lagi, yaitu kita nyaman dengan apa yang kita sampaikan. Cerita tidak harus kita bacakan sampai selesai. Dan jangan lupa tanyakan kembali di akhir kisah apa yang anak peroleh.”

Jawaban Kak Mora diperkuat dengan jawaban Kak Bimo yang menyampaikan bahwa, karakter kita terbentuk dari cerita yang kita dengarkan,itu sebabnya berhat-hati dan memilahlah.yang perlu menjadi koreksi adalah imajinasiyang tidak terkendali.

Acara yang berlangsung selama 3 jam 25 menit ini ini terselenggara berkat kerja sama FLP dengan PPMI (Persatuan Pencerita Muslim Indonesia), IGRA (Ikatan Guru Raudhatu; Athfal), Komunitas Cinta Anaka, JSIT (Jaringan Sekolah Islam Terpadu), dan IGTKI (Ikatan Guru Taman Kanak-Kanak Indonesia, serta Dea Bakery sebagai sponsor. Semoga kegiatan semacam ini semakin dirutinkan dan digalakkan. Dengan demikian, harapan untuk melestarikan warisan budaya akan tercapai. (Zie/Rully/Puspa)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pin It on Pinterest

Share This