TRAVELLING, FLP.or.id – Jejak Akulturasi dengan Dunia Islam
Piazza San Marco atau St. Mark Square alias alun-alun Santo Markus adalah tujuan utama saya. Setelah melintasi Ponte dei Scalzi dan memperhatikan peta, saya “berijtihad” belok kanan, berharap jalan tersebut akan membawa saya ke San Marco.
Perlu waktu hampir dua setengah jam untuk sampai di alun-alun yang tak pernah sepi tersebut. Meski kaki pegal dan beberapa kali saya dan teman duduk beristirahat, tapi labirin jalan dengan kanal-kanal begitu memukau kami. Bangunan-bangunan saling menempel rapat, beragam warna cat dinding bangunan menyegarkan mata. Di beberapa bagian tampak lumut dan air laut menggerogoti bangunan.
Di setiap kelokan jalan selalu ada hal-hal menarik yang saya temui. Toko-toko suvenir, lukisan dan cermin-cermin dengan kayu berukir yang dipasang di dinding luar rumah, pelukis yang serius memindahkan suasana Venesia ke dalam kanvas, hingga pemusik jalanan di beberapa sudut jalan menyenandungkan lagu berbahasa Italia. Beberapa kali saya terhenti di jalan buntu. Tak terhitung juga saya menemukan gondola berseliweran di kanal-kanal yang cukup besar. Sayup saya mendengar suara merdu gondolier (pengayuh dayung) bernyanyi, menghibur penumpang. Meski ada keinginan untuk naik gondola, tapi saya tak terlalu tertarik. Lagi-lagi karena tarif yang mahal. 80 euro untuk satu jam! Menikmati gondola hilir mudik bagi saya lebih menarik, apalagi gondolier berbaju garis hitam putih juga ganteng-ganteng dan bersuara merdu, haha.
Di Piazza San Marco, mata saya terbuka lebar. Bukan hanya menikmati keindahan Basilika San Marco dengan arsitekturnya yang rumit, tapi juga menemukan pengaruh Islam di bangunan-bangunan yang ada di sekitar alun-alun.
Richard Covington, peneliti Institut Smithsonian yang banyak menulis untuk The International Herald Tribune, U.S. News & World Report, dan The Sunday Times of London, dalam artikelnya yang bertajuk East Meets West in Venice menuturkan bahwa bukan hal sulit menemukan pengaruh dan hubungan erat dunia Islam dengan Venesia di Piazza San Marco. Ada banyak “tanda” bila kita jeli. Tepat di depan Basilika menjulang tinggi Torre dell ‘Orologio alias menara jam raksasa yang dibangun pada tahun 1498. Bentuk menara jam ini sangat mirip dengan jam dengan kinerja robotika yang dibuat oleh Al-Jazari, ilmuwan Muslim, pada abad ke-13. Ibnu Jubayr, sejarahwan Muslim menyebutkan bahwa pada jam yang sama mekanismenya juga telah dibuat di Masjid Agung Damaskus, Suriah.
Tak jauh dari Torre dell ‘Orologio dan Basilika San Marco terdapat Istana Doge (Doge adalah sebutan untuk penguasa Venesia). Masjid Ibnu Tulun di Kairo, Mesir adalah inspirasi dibangunnya istana ini. Bangunan megah berlantai tiga dengan warna putih dan krem ini juga memiliki kemiripan dengan aula pengadilan dan Masjid Sultan Al-Nasir Muhammad di Kairo. Menurut Covington, inspirasi pembangunan Istana Doge dibawa oleh Nicolo Zen, utusan Venesia ke Mesir. Zen membawa gambar-gambar arsitektur di Kairo setelah kunjungannya ke Mesir pada tahun 1344.
Saya mendekat ke Basilika. Lukisan-lukisan di lengkungan kubah Basilika sangat menarik perhatian saya. Di salah satu lukisan misalnya ada adegan laki-laki bersorban memegang keramik. Ratusan turis tampak antre untuk masuk ke Basilika. Ratusan lainnya berfoto dengan burung-burung dara yang tersebar dan beterbangan di alun-alun. (bersambung)