Selasa, November 26Literasi Berkeadaban - Berbakti, Berkarya, Berarti

10 Langkah Strategis Pengembangan FLP (bagian 2)

Pada bagian pertama artikel ini, Mas Yanuardi telah menuangkan 5 strategi untuk mengembangkan FLP. Ini dia 5 strategi lainnya. Mari kita simak.

Keenam, pentingnya berbagi kekuatan agar terbangun tim yang kuat di berbagai lini. Pemimpin yang baik, mengutip Patti Azzarello, seorang CEO dan penulis, adalah yang dapat membangun powerful team lewat berbagai kekuatan, bukan dengan hanya menimbun kekuatan pada personal pemimpinnya. Dalam konteks FLP, rentang kendali yang dapat dilakukan (hal ini tentu saja dapat dimusyawarahkan secara teknis) agar ketua umum dapat hadir dalam berbagai kegiatan di wilayah adalah dengan membentuk ketua-ketua teritorial yang meliputi: teritori I (Sumatera), teritori II (Jawa, Madura, Bali, NTT, NTB), teritori III (Kalimantan), teritori IV (Sulawesi, Maluku, dan Papua), dan luar negeri.

Jaringan wilayah yang telah dilakukan pada kepengurusan FLP empat tahun terakhir pada dasarnya hendak menjangkau ke tiap daerah, akan tetapi jika ke depan dibuatkan ketua-ketua teritorial itu akan sangat membantu dalam kerja-kerja empat tahunan FLP Pusat yang dapat dievaluasi. Mudahnya, tiap ketua teritori akan bertanggungjawab terhadap teritorinya kepada ketua umum, dan jika suatu waktu ketua umum berhalangan hadir dalam event-event penting di daerah dapat diwakili oleh ketua teritorial sebagai unsur pimpinan pusat FLP.

Ketujuh, mencari formula platform bisnis FLP. Salah satu masalah FLP saat ini adalah pendanaan. Itu tidak bisa dimungkiri kenyataannya. Saat ini bermunculan berbagai platform yang menawarkan kerjasama dengan FLP lewat pembuatan akun, menulis, dan tiap penulis dihargai dengan sekian dollar/rupiah. Hal ini baik, akan tetapi perlu dipikirkan bersama (mungkin bisa lewat sharing khusus secara internal dan eksternal bersama pakar IT) tentang mungkinkah FLP membuat platform bisnis (sebutlah seperti itu untuk sementara) sendiri yang dapat dikelola, para penulis bisa terus aktif menulis, dan mendapatkan keuntungan finansial? Jika hal ini dapat dibuat, maka ini bisa menjadi karya kita yang cukup penting dalam menghadapi perubahan trend bisnis, peluang, dan adaptasi karya di era digital.

Kedelapan, membuka (kembali) dan merawat kemitraan yang telah terbangun dengan berbagai lembaga yang telah dilakukan oleh ketua-ketua periode sebelumnya: Helvy Tiana Rosa, Irfan Hidayatullah, Intan Savitri, dan Sinta Yudisia. Sejak 1997 FLP telah bekerjasama dengan berbagai lembaga namun seiring perkembangan kerjasama itu hanya berhenti di kepengurusan tertentu, tidak dilanjutkan, padahal ada kemungkinan banyak peluang kerjasama yang dapat diteruskan. Untuk itu, maka membuka dan membangun kembali kerjasama dengan berbagai institusi yang kita pernah kerjasama serta membuka networking baru cukup penting untuk itu.

Apa yang telah dilakukan lewat kemitraan dengan, sebutlah Kemenkumham, pasca penandatanganan nota kesepahaman oleh Ketua FLP Pusat Sinta Yudisia beberapa waktu lalu patut untuk diteruskan dalam bentuk perjanjian kerjasama yang lebih teknis dalam pembangunan karakter dan literasi pada saudara-saudara kita di berbagai rumah tahanan. Memang tidak mudah untuk mengembangkan literasi di rutan, akan tetapi lewat berbagai kolaborasi, hal itu bisa jadi lebih mudah.

Kesembilan, pembuatan channel FLPTV. FLP tidak kekurangan kader yang pakar dalam bidang naskah, video, dan editing. FLPTV (atau sebutlah FLP Channel) di Youtube dapat berguna untuk sosialisasi video ke-FLP-an seperti profil lembaga, profil penulis, wawancara penulis, dan lain sebagainya. Jika dalam satu tahun FLPTV (atau FLP Channel) tersebut dalam memproduksi sebutlah minimal 5 video pendek maka dalam empat tahun telah ada 20 video pendek karya FLP yang dapat diputar dalam berbagai event. Bahkan, jika memungkinkan video pendek tersebut bisa dikembangkan terus menjadi skenario film, bahkan membuat rumah produksi sendiri.

Apa yang telah dilakukan oleh Mbak Helvy Tiana Rosa lewat film Ketika Mas Gagah Pergi (KMGP) dan Duka Sedalam Cinta (DSC) adalah inspirasi penting bahwa FLP dapat membuat PH atau bekerjasama dengan PH tertentu untuk melahirkan karya-karya film yang berkualitas, layak tonton, dan semaksimal mungkin tetap merawat idealisme dan marketable.

Kesepuluh, menjaga silaturahmi antara kader lewat berbagai event sebagai bentuk kerjasama paling efektif untuk kemajuan organisasi. Sebagai muslim kita meyakini bahwa silaturahmi memiliki banyak sekali manfaat, terutama dalam pengembangan organisasi. Silaturahmi dapat dilakukan secara langsung, atau lewat online (website flp.or.id atau medsos), atau jaringan pribadi. Lewat silaturahmi, saling ajak-mengajak pada supporting program FLP dan keterbukaan untuk memupuk rasa saling percaya sangatlah penting untuk memajukan organisasi secara bersama-sama.

Sepuluh hal ini mungkin bisa menjadi renungan strategis bagi FLP pada Munas IV tahun 2017 ini untuk menambah renungan-renungan, berbagi ide yang telah dilakukan oleh berbagai kader FLP di berbagai sarana. Tentu saja, kita berharap FLP sebagai aset bangsa, aset umat, bahkan aset umat manusia dapat terus dijaga, dirawat, dan terus dikembangkan oleh kita semua. Mari terus berkontribusi untuk FLP!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pin It on Pinterest

Share This