Selasa, November 26Literasi Berkeadaban - Berbakti, Berkarya, Berarti

Menulis Kreatif Seperti Bermain Akrobat

Menulis kreatif itu seperti bermain akrobat. Ambil contoh: berakrobat dengan sepeda motor. Untuk bisa berakrobat dengan sepeda motor, Anda harus sudah mahir mengendarai motor tersebut. Anda harus sudah secara otomatis tahu kapan harus menarik gas, kapan mengerem, kapan membelok, dsb. Setelah itu, Anda harus berlatih bagaimana mengendarai motor dengan salah satu ban terangkat ke udara (standing), meloncat (jumping), berdiri di atas motor; mengendalikan motor dengan kaki, berputar-putar di dalam kandang besi yang bulat, hingga jumping sambil bersalto.

Ketika menulis kreatif, Anda sedang berakrobat dengan bahasa. Sebelum dapat berakrobat, Anda harus sudah mahir menggunakan bahasa. Anda harus sudah secara otomatis tahu di mana meletakkan tanda baca, kata apa yang diawali huruf kapital atau dimiringkan, imbuhan apa yang akan Anda gunakan, istilah apa yang akan Anda pakai, struktur dan jenis kalimat seperti apa yang akan Anda susun, dan tipe paragraf apa yang akan Anda rangkai.

Namun, jangan pula beranggapan bahwa yang bisa menulis kreatif hanya mahasiswa bahasa dan sastra. Itu anggapan yang sama sekali tidak benar. Cara menguasai bahasa tidak melulu dengan metode klasikal (sekolahan). Bisa juga dengan autodidak/ by doing. Ini hanya soal cara belajar.

Menulis kreatif bisa dilakukan oleh orang dari bidang ilmu apa pun. Andi Hakim Nasution adalah ahli ilmu pertanian yang mampu menuliskan ilmu pertanian melalui tulisan kreatif. Teuku Jacob adalah arkeolog yang mampu menuliskan ilmu arkeologi melalui tulisan kreatif. Hadi Susanto adalah matematikawan yang mampu menuliskan matematika melalui tulisan kreatif. Taufiq Ismail adalah sarjana kedokteran hewan. Sutardji Calzoum Bachri adalah sarjana ilmu politik. Goenawan Mohammad adalah sarjana psikologi. Bahkan, menulis kreatif bisa dilakukan oleh orang yang tidak/belum pernah kuliah. Wiji Thukul adalah buruh pabrik. Aveus Har adalah pedagang mie ayam. Joni Ariadinata (saat belajar menulis cerpen) adalah tukang becak dan kuli bangunan.

Kunci dari penguasaan kemampuan menulis kreatif adalah Anda memiliki hasrat puitik, memiliki kesabaran dalam belajar, dan memiliki kedisiplinan dalam berlatih. Tak satu pun dari ketiga hal itu akan Anda dapatkan dari kampus atau dari seminar atau dari pelatihan. Anda bisa mendapatkannya di mana saja: di tengah keriuhan kota, juga di dalam kesunyian rimba belantara.

*Topik Mulyana. Dosen Filologi di FKIP Universitas Muhammadiyah Tangerang, Kritikus Sastra. Koordinator Divisi Karya BPP FLP 2013 – 2017.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pin It on Pinterest

Share This