Kedewasaan memang tak mesti terukur dengan runut usia. Namun kedewasaan lebih tercermin pada kematangan karakter. Kematangan karakter yang tampil pada kesadaran akan jati dirinya; tentang siapa dirinya, apa tujuan keberadaannya, dan apa saja kewajiban yang harus ditunaikan untuk menggapai tujuan itu. Kematangan juga tercermin pada cara merancang idealita dan mengukurnya pada ruang realita; lalu terlahir sikap kearifan dan kebijaksanaan.
Maka dari itu, kedewasaan memang tak selalu berbanding lurus dengan perjalanan usia. Walaupun semakin jauh perjalanan usia yang telah dilalui sangat mungkin membentuk kedewasaan jiwa, namun tidak sedikit juga mereka yang berusia belia telah memiliki kedewasaan yang melebihi ukuran usianya. Sehingga kita paham, bahwa yang membentuk kedewasaan bukan semata-mata pada perjalanan usia, namun lebih pada kepahaman akan penghayatan usianya. Maka refleksi milad adalah refleksi akan penghayatan usia, meningkatkan internalisasi akan jati dirinya; tentang siapa dirinya, apa tujuan keberadaannya, dan apa saja kewajiban yang harus ditunaikan untuk menggapai tujuan itu.
Seperti seseorang yang tetiba ditakdirkan baligh, lalu ia tersadar akan kewajiban-kewajiban insani pada agama dan Tuhan-Nya, tersadar pula akan hak-hak kebebasannya memilih yang baik atau buruk. Seketika itu juga, interaksi sosialnya pun mesti dipandu dengan nilai kedewasaan; kearifan dan kebijaksanaan.
FLP dan Kedewasaannya
Dari prolog tadi, maka mengukur kedewasaan FLP dapat kita lakukan dengan mengukur seberapa sadar FLP akan jati dirinya? FLP bisa mengajukan pertanyaan kepada dirinya sendiri; Siapa Aku, Apa Tujuanku, dan Apa Kewajibanku untuk mendapatkan tujuan?
Memang bertambah usia hingga 18 tahun tidak bisa dijadikan ukuran kedewasaan, sebagaimana hukum kapitalis menetapkan 17 tahun ke atas adalah lambang kedewasaan. Namun kita juga tidak salah bila berharap, seiring bertambah usia akan semakin dewasa kita. Oleh karenanya, refleksi hari Milad esensinya mesti pada semeningkat apa kedewasaan kita?
Kita bisa mulai internalisasi jati diri dengan bertanya, siapakah FLP? Sebagaimana yang dipaparkan dalam AD/ART maka FLP dapat kita pahami sebagai organisasi yang bergerak di segala bidang terkait kepenulisan dan pemberdayaan penulis dengan azas Islam. Azas Islam itu sendiri menjelaskan bahwa spirit FLP adalah spirit Islam, yaitu hadir sebagai rahmat semesta dengan melakukan optimalisasi kebaikan dan minimalisasi keburukan. Atau dalam bahasa yang sering digunakan yaitu dakwah pena; berdakwah dengan tulisan. Atau bahasa FLP-nya; memberikan pencerahan melalui tulisan.
Setelah memahami siapa dirinya, lalu FLP bisa lanjut memahami tujuan keberadaannya. Bila manusia memiliki tujuan hidup untuk ibadah kepada Allah dan menjadi khalifah di muka bumi, maka FLP punya fungsi yang sesungguhnya sebagai tujuan keberadaannya yaitu; Pembinaan, Pembentukan jaringan, dan Advokasi. Itulah tujuan keberadaan FLP. Pertama, melakukan pembinaan terhadap pribadi penulis dan kualitas karyanya. Kedua, membentuk jaringan penulis untuk membangun peradaban melalui tulisan yang berkualitas dan mencerdaskan. Ketiga, advokasi hak-hak penulis.
Terakhir, tanda kedewasaan adalah seberapa paham akan kewajiban-kewajibannya untuk menggapai tujuannya. Bila tujuan keberadaannya adalah Pembinaan, Pembentukan jaringan, dan Advokasi, maka kewajiban-kewajibannya adalah kaderisasi anggota, mengokohkan struktur, dan membangun sistem advokasi. Jika FLP ingin dewasa, maka kewajiban kaderisasi anggota tidak bisa diabaikan; baik pembinaan kualitas karya maupun kualitas pribadi penulis muslim bersangkutan. Begitupun kokohnya struktur adalah kewajiban yang tidak bisa diabaikan; setidaknya dengan membuat SOP (Standard Operating Procedure) dan jalur komunikasi (intruksi-konsultasi) yang standar dan mudah diterapkan agar sedinamis apapun struktur itu akan tetap solid. Sementara membangun sistem advokasi bisa dilakukan dengan memahami aspek legal konstitusional di mana FLP berada.
Epilog
Jadi untuk mendewasakan FLP, maka anggota-anggotanya harus paham Siapa itu FLP, Apa Tujuan keberadaannya, dan Apa Kewajiban-Kewajiban yang harus ditunaikan untuk meraih tujuan.
Dengan demikian, FLP dan segenap anggotanya akan lebih arif dan bijak dalam menyikapi jalan hidupnya dengan segala aral rintangnya. Tidak mudah marah, tidak mudah lesu, tidak mudah menyalahkan, dan tidak mudah putus asa. Begitupun semakin punya semangat belajar, semangat berbagi, dan semangat kebersamaan. Itulah cerminan kearifan dan kebijaksanaan.
Selamat Milad yang mendewasakan, FLP!
Irfan Azizi_22 Februari 2015
FLP Pakistan