Rabu, Desember 25Literasi Berkeadaban - Berbakti, Berkarya, Berarti

Wisuda Sekolah Menulis FLP Sumbar, Mencetak Penulis dan Sastrawan Masa Depan

Wisuda Sekolah Menulis FLP Sumbar

 

Sembilan belas peserta Sekolah Menulis Forum Lingkar Pena (FLP) Sumatera Barat telah diwisuda oleh Ketua Pengurus Wilayah FLP Sumbar di Gedung LPPM Sumatera Barat pada Minggu, 21 Agustus 2022.

Para wisudawan merupakan peminat dan pegiat literasi yang berasal dari berbagai daerah di Sumatera Barat seperti Payakumbuh, Bukittinggi, Pariaman, Pasaman, Pesisir Selatan, dan Kota Padang.

Setelah sebelumnya para peserta mengikuti Sekolah Menulis yang berlangsung selama delapan kali pertemuan pada Maret hingga Juli 2022, dari 25 peserta, hanya 19 orang yang memenuhi syarat kelulusan dan berhak mengikuti prosesi wisuda dan bergabung secara resmi menjadi anggota FLP muda.

Sekolah Menulis FLP sendiri, selain sebagai sarana menjaring anggota baru, juga sebagai sarana meningkatkan kapasitas dan wawasan literasi seorang penulis.

Berbagai topik yang diangkat selama delapan kali pertemuan tersebut diharapkan mampu menjadi bekal dan motivasi setiap penulis untuk terus berkarya. Di antaranya manajemen waktu dan motivasi menulis, personal branding, dakwah dengan tulisan, dan tips menembus media.

Saat prosesi wisuda, peserta diminta membacakan janji wisudawan, yang salah satu isinya yaitu, “Berkontribusi dalam memajukan literasi yang bermartabat dan berkeadaban.”

Janji ini menjadi tugas penting bagi setiap pejuang literasi untuk mendongkrak minat baca masyarakat. Oleh karena itu, prosesi wisuda juga menjadi penting karena begitu banyak rintangan yang dihadapi para peserta hingga sampai di garis finish.

“Hal yang luar biasa, pengalaman yang tidak tergantikan. Sudah mengenal FLP sejak Sekolah Menengah Pertama dan berharap suatu hari bisa bergabung di sini. Alhamdulillah Allah memberikan kesempatan untuk bisa menginjakkan kaki di organisasi luar biasa. Rasa kekeluargaan yang begitu terasa, hangat yang ada, walaupun kelas dilakukan secara daring,” terang Adelia memberikan kesan pribadinya selama mengikuti Sekolah Menulis.

“Semoga FLP menghasilkan penulis hebat dan karya berkualitas dan bermanfaat tidak hanya di Indonesia tetapi juga mancanegara. Jangan pernah berhenti menulis meskipun berada di kondisi sulit. Mungkin saja inspirasi terbaik justru hadir di masa yang tidak biasa,” lanjutnya.

Hal senada juga disampaikan Afrizal Jasmann, salah satu peserta Sekolah Menulis asal Pariaman yang turut memberikan kesan dan pesan saat prosesi wisuda. “Niat saya ikut pelatihan itu hanya sederhana. Ialah nyari ilmu, nambah teman yang ujung-ujungnya adalah ikut mencerdaskan kehidupan bangsa. Pancailasis banget.”

 

Sekolah Menulis FLP Sumbar

 

Selain wisuda Sekolah Menulis, Forum Lingkar Pena juga menggelar talkshow dengan tema “Menyelaraskan Minat Baca dan Kemampuan Literasi Sastra”.

Pada talkshow ini FLP menghadirkan tiga orang pembicara yaitu Ragdi F Daye sebagai salah satu sastrawan nasional dari Sumatera Barat dan penulis buku “Esok yang Selalu Kemarin”, Dewi Sopia Darlis seorang novelis “Senjaku Adalah Kamu” yang novelnya telah diangkat menjadi film, dan Pinto Janir seorang jurnalis, sastrawan dan seniman Sumatera Barat dengan multikarya dari lagu, film dokumenter hingga lukisan.

Kegiatan ini berjalan lancar dan penuh khidmat serta suasana yang santai. Talkshow diawali oleh Ragdi F Daye yang menjelaskan tentang kecerdasan literasi.

“Kecerdasan literasi adalah bagaimana kita memperkaya referensi. Referensi berada di alam, bukan hanya di buku. Referensi saat sekarang bisa diraih dalam genggaman. Semakin banyak referensi, maka semakin banyak juga kita melepas karya,” jelas Sastrawan yang pernah menjadi perwakilan Ubud Writer & Reader Festival 2011 tersebut.

“Literasi zaman sekarang tidak hanya dalam bentuk menulis cerpen ataupun artikel, tetapi literasi juga bisa berupa konten kreator,” lanjutnya.

Lain halnya dengan Sastrawan Kondang Pinto Janir, membaca banyak referensi harus diawali dengan mendekatkan diri kepada Allah agar manfaat dan pesan kebaikan tersampaikan dengan tepat.

“Selain membaca dari banyak referensi, sebelum berkarya atau menulis, dekatkan diri pada Allah terlebih dahulu agar apa yang ditulis memiliki manfaat dan pesan kebaikan di dalamnya,” tutur Pinto Janir.

Pinto Janir berpesan dalam sela-sela dialognya untuk tidak mengidolakan orang lain melebihi diri sendiri karena hal itu akan membuat kita kehilangan kepercayaan diri.

Sastrawan ini juga meminta agar kita tetap mengidolakan tokoh sastrawan Minang dibandingkan orang luar karena Minang menghasilkan enam puluh persen sastrawan di Nusantara. [F.A]

3 Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pin It on Pinterest

Share This