Selamat Datang, Cinta!
Lelaki itu mengusap wajahnya yang berpeluh. Langit malam terasa begitu memanas. Udara nyaris tak bergerak sehingga begitu menyesak ke tenggorokan. Entah berapa lama lagi ia harus berjalan, kedua kakinya sudah goyah dan gemetaran setiap kali melangkah. Sungguh sulit untuk melangkah di sela-sela jalan yang telah dipenuhi tumpukan batu-batu dan beton bangunan yang runtuh. Dentuman roket dan pekikan berondongan peluru yang tak kunjung henti terus mengikutinya dari belakang. Udara Gaza memang sudah terbiasa menelan api dan ledakan. Siap merenggut setiap nafas dari badan dan nyawa dari keluarga.
Keluarga. Lelaki itu menelan air mata yang tak tertumpah. Terakhir kali ia melihat keluarga adalah saat istri dan kedua anaknya yang masih kanak-kanak menghilang di balik reruntuhan rumah mereka. Pagi i...