Minggu 26 April 2015, Forum Lingkar Pena (FLP) Taiwan mengadakan temu kangen dalam rangka launching buku serta pergantian pengurus. Puluhan anggota aktif FLP-Taiwan memenuhi Indosuara Mini Hall yang menjadi tempat dilaksanakannya acara tersebut. Acara dimulai sejak pukul 10.00 pagi waktu Taiwan, diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya secara bersama-sama.
Setelah ketua FLP-Taiwan periode 2014-2015, Kuan Ami, menyampaikan sambutannya, acara dilanjutkan dengan launching Antologi Aroma Rindu. Aroma Rindu adalah buku antologi yang berisi dari kumpulan cerita pendek, yang merupakan naskah-naskah terpilih dari event yang diadakan oleh FLP-Taiwan dalam rangka Milad ke-3. Aroma Rindu sendiri diambil dari sebuah judul cerpen, yang juga merupakan cerpen pemenang utama dalam event tersebut.
Aroma Rindu berkisah tentang kerinduan seorang ibu yang menjadi buruh migrant, pekerja yang harus tunduk oleh keadaan, seorang ibu yang hanya bisa mengobati kerinduan akan si buah hati melalui aroma yang tertinggal di baju anaknya, yang memang sengaja ia bawa dari rumah. Cerpen karya Erin Cipta ini begitu kental dengan cerita klasik yang sering dialami oleh Buruh Migrant Indonesia (BMI). Selain Aroma Rindu, masih ada 17 judul cerpen lainnya, yang bercerita mengenai kerinduan pada tanah kelahiran dari kaum perantau.
Muhammad Abdulah, salah seorang mahasiswa Indonesia di Taiwan, siang itu turut berbagi ilmu tentang kepenulisan. Mas Doel, sapaan akrabnya, yang juga merupakan salah satu juri awal dari event Penghargaan Sastra Pekerja Imigran 2015, memberikan tips serta cara bagaimana menarik hati para juri lomba sastra dengan tulisan yang baik dan jujur.
Penghargaan Sastra Pekerja Imigran sendiri, tahun ini memasuki tahun ke-2, dengan pekerja dari empat negara menjadi peserta. Pada tahun pertama, peserta asal Vietnam dan Indonesia mendominasi pemenang, mengungguli peserta asal Thailand dan Filipina.
Pada kesempatan tersebut, perwakilan dari tim Penghargaan Sastra Pekerja Imigran (Taiwan Literature Award for Migrant) juga turut hadir serta memberikan sambutan. Mereka berjanji untuk memberikan dukungan bagi FLP-Taiwan, sebagai organisasi yang memperjuangkan hak-hak pekerja melalui tulisan. Selain itu, tim tersebut juga akan mengupayakan untuk bisa menerjemahkan buku Aroma Rindu ke dalam bahasa mandarin, dengan tujuan pesan-pesan dalam buku tersebut bisa sampai kepada penduduk Taiwan.
Menjelang tengah hari, dilaksanakan prosesi pergantian pengurus, yang ditandai dengan pemotongan tumpeng. Kuan Ami, menyerahkan potongan tumpeng pertama kepada Justto Lasoo sebagai ketua baru periode 2015-2016. Dalam kesempatan tersebut, Justto Lasoo mengucapkan terima kasih kepada jajaran pengurus lama, atas dedikasi serta sumbangan waktu dan tenaga untuk FLP-Taiwan.
Rencana serah-terima kepengurusan yang sedianya akan dilaksanakan pada bulan Februari yang lalu, karena satu dan lain hal baru bisa dilaksanakan pada bulan ini. Selain Justto Lasoo yang didapuk menjadi ketua, jajaran kepengurusan periode 2015-2016 juga menempatkan Setyana sebagai wakil ketua. Ririn Arum serta Ryan Ferdian ditunjuk sebagai sekertaris, sementara Nani Wijayanti dan Umi Sugiarti menempati pos bendahara. Selain itu, Kuan Ami, Erin Cipta, Syakina serta Disyak Ayumi juga ditunjuk untuk duduk di tim kaderisasi.
Setelah ishoma, acara kembali dilanjutkan. Suasana meriah mewarnai ruangan di lantai 10 dari gedung yang terletak di pusat kota Taipei tersebut, saat MC Taufik BJ memandu sesi lelang buku.
Mira Luxita, Chef Editor Indosuara, kemudian mengisi sesi selanjutnya dengan kelas jurnalistik. Berbagai ilmu dasar jurnalistik disampaikan oleh editor dari majalah indonesia no.1 di Taiwan tersebut.
Penyampaian materi yang santai dan sesekali disisipi humor, membuat para peserta mengikuti dengan antusias. Acara hari itu ditutup dengan game menarik. Membuat liputan singkat mengenai acara yang tengah berlangsung, sesuai dengan materi yang telah disampaikan.
Kegembiraan, kebahagian serta kesedihan terpancar dari seluruh anggota FLP-Taiwan, rasa enggan berpisah terlihat dari beratnya mereka meninggalkan tempat acara. Memang, bagi sebagian anggota, kedatangan mereka pada acara hari itu adalah perjuangan berat. Perjuangan meyakinkan majikan mereka masing-masing, hingga akhirnya mereka diijinkan untuk libur.
Namun dengan tekad yang kuat, mereka akhirnya saling melepas pelukan, untuk selanjutnya akan saling bergandengan tangan memajukan dunia literasi di kalangan pekerja migran, serta mendorong para pekerja migran Indonesia untuk bisa memanfaatkan waktu dengan berbagai hal positif. (Salam pena dari FLP-Taiwan/Justto)