Islamic Popular Literature (Ispolit), Sebuah Negosiasi Budaya | M. Irfan Hidayatullah
BANDUNG, FLP.or.id -- MEMANG, pengategorian atau pengotakan sastra selalu memancing perdebatan, tetapi hal itu susah sekali dihindari. Ada beberapa hal yang membuat pengotakan itu beralasan. Pertama, sastra sebagai produk pengarangnya. Kedua, sastra sebagai model representasi. Ketiga, sastra sebagai produk industri. Terakhir, sastra sebagai sebuah alat negosiasi.
Begitulah, empat faktor tersebut berjalinan menyatu pada identitas kekaryaan. Oleh karena itu, sebuah karya sastra akhirnya harus disadari bukan hanya sebagai sebuah wujud seni yang berbahan bahasa. Semua sisi pada kehadirannya adalah identitas, bahkan sampai pada tampilan cover dan kata-kata pendukungnya. Jadi, pengidentitasan sebuah karya sastra oleh pembaca atau kritikus adalah semacam upaya pemetaan dari sebuah langkah kreasi...