Membaca Bugis dan Kekuatan Lokalitas
Oleh Bambang Kariyawan Ys.
Divisi Karya BPP FLP
“Aku terkulai. Lemas. Dulu Semmang pasti seluka ini perasaannya. Bedanya, aku tak merasa Rindi adalah pencuri tulang rusukku. Aku masih bujang. Entah sampai kapan. Mungkin hingga umur emasku yang kelima puluh tahun. Aku bergidik.” (Bujang Emas, h. 131)
Ketika ada tantangan membuat antologi puisi bertema budaya Sulawesi Selatan, saya langsung mengingat rekan S. Gegge Mappangewa yang biasa menulis cerita tentang Bugis. Karya-karya Daeng yang sebelumnya pernah saya baca adalah Sajak Rindu, Sabda Luka, dan Hampir Malam di Yogya.
Saat membaca kumpulan cerpen “Hampir Malam di Yogya” dan membuka halaman 63, terbaca sebuah cerpen yang berjudul “Nenek Mallomo, Lelaki itu, dan Sepasang Kayu yang Bersandar”. Cerpen tersebut pada du...