Jumat pagi, 24 Januari 2014, berita mengentak datang dari rombongan LAZIS Mafaza yang sedang dalam perjalanan menuju lokasi pengungsian banjir di Pamanukan, Subang, Jawa Barat. Relawan kemanusiaan Shinta Ardjahrie wafat dalam kecelakaan tunggal. Mobil Carry yang ditumpangi lima orang relawan dan membawa bantuan untuk korban banjir, mengalami selip dan tercebur ke sungai pinggir jalan. Kecelakaan terjadi di daerah Larangan, Brebes, Jawa Tengah, hari Kamis, (23/1) pukul 23.45 WIB. Shinta wafat, sedangkan ketiga relawan berhasil menyelamatkan diri, sementara seorang relawan dikabarkan kritis,paru-parunya dipenuhi air. Beberapa media online serentak mengabarkan kematian gadis kelahiran Tegal, 25 Mei 1987 ini. Shinta Ardjahrie adalah Ketua Regu Tim Formula Subang II (Tim Mafaza Purwokerto), yang bersinergi dengan Al Azhar Peduli Ummat.
Forum Lingkar Pena khususnya FLP Tegal pun sangat berduka. Pasalnya, Shinta Ardhiani Ummi, begitu nama aslinya adalah anggota FLP Tegal dan banyak berperan menyukseskan acara-acara yang digelar FLP Tegal. Perannya dalam Forum Lingkar Pena Tegal dimulai 2006. Saat itu, Nta, begitu panggilan akrabnya, membantu penyebaran proposal, pembuatan booklet dan menjadi seksi acara Talk Show Remaja Sukses “What About Me”. Saat itu Ketua FLP Tegal adalah Sinta Yudisia yang sekarang menjadi Ketua BPP FLP.
Selanjutnya, berhubung Shinta kuliah di Unsoed Purwokerto, maka kegiatannya pun berpindah ke FLP Purwokerto. Menurut Yons Achmad, mantan Ketua FLP Purwokerto sekaligus pendiri Wasathon.com, Shinta juga tertarik dunia tulis menulis. “Seingat saya, sebagai anggota, juga cukup aktif datang di pertemuan Forum Lingkar Pena (FLP) Purwokerto. Kebetulan saya jadi ketuanya dulu di sana, jadi sedikit tahu tentang siapa-siapa yang bergiat dalam komunitas itu. Mengingat karyanya, sekilas yang saya ingat memang kental dengan nuansa sosial. Dia sering menulis tentang anak jalanan, orang-orang di terminal, begitu juga perempuan-perempuan, khususnya janda-janda yang bekerja mempertahankan hidup. Jejak karyanya bisa begitu mudah kitadapatkan di dunia maya.”
Shinta memang pribadi yang ringan tangan. Ketika FLP Tegal meminta menjadi pengisi acara, dengan senang hati Shinta pulang ke Tegal di tengah-tengah kesibukannya menjadi penyiar radio Mafaza saat itu. Seperti rangkaian Up-Grading Wilayah Jawa Tengah, FLP Tegal mengadakan Talkshow “Tegal Cerdas Tegal Menulis” pada 8 Mei2011. Shinta sebagai MC dengan pembicara Afifah Afra, Wijanarto (Budayawan Tegal), dan Tedi Kartino (Motivator). Shinta pandai membawakan acara, sehingga jalannya diskusi menjadi menarik.
12 Februari merupakan tanggal bersejarah untuk FLP Tegal. Pasalnya 12 Februari 2012 adalah Launching buku “Lolong Lelaki Lansia” karya sastrawan Tegal, almarhum S.N. Ratmana. Shinta Ardjahrie turut serta sebagai panitia sekaligus pengisi acara launching. Almarhumah mengonsep ide penjualan buku pre order, promo ke radio-radio (dengan talkshow) serta menjadi MC, moderator dan membawakan puitisasi BAB 4 novel tersebut. Shinta memang mumpuni dalam mengemas acara. Panitia launching sangat terbantu dengan kehadirannya, karena dia bisa melakukan beberapa tugas sekaligus. Shinta pun mempunyai relasi yang banyak, sehingga peserta launching pun beragam, dari para sastrawan, budayawan Tegal, aktivis pergerakan mahasiswa, dan para guru.
Setelah itu, pada 11 Maret 2012 Shinta juga turut serta menjadi pembicara dalam OPREC (Open Recruitment). Dia menjadi pembicara dengan tema “Karena Menulis Senikmat Brownies.” Peserta mendengarkan ulasan pembicara sembari menonton film-film pendek pemenang kompetisi Film Pendek dalam rangka Milad FLP sambil menikmati brownies.
Selain sangat aktif berorganisasi, Shinta juga dikenal sangat aktif mencintai dunia sastra, terlebih puisi dan prosa. Hal ini bisa dilihat dari status terakhirShinta di twitter yang bingung untuk membantu ke lokasi banjir atau mengikuti lomba baca puisi, tertanggal 23 Januari.
“Suruh milih brngkt ke lokasi banjir atauacara ikut baca puisi?! Doanya semoga dapet dua2nya. Aamiin #GakPunyaPilihan”.
“Nta mulai sering menulis puisi sejak SMP dan sering ikut berbagai lomba. Tapi baru menekuni dunia menulis sejak SMA. Makanya, dia memilih Fakultas Sastra Inggris di Unsoed. Saya selalu berpesan, kalau mau jadi penulis, jadi penulis islami aja, Nta. Dia hanya tersenyum,”ujar ibunda Shinta.
Sang bunda juga mengungkapkan, putri nomor duanya ini tak pernah setengah-setengah dalam mengerjakan sesuatu. “Dia anaknya total. Jadi sewaktu masuk Mafaza yang punya banyak jadwal kegiatan, saya sering memberi pesan, jaga kesehatan. Tapi dasar anaknya kuat dan tak pernah mengeluh capek. Dan memang ada hasilnya .Dengan menulis, dia bahkan bisa sampai pergi Singapura dan ikut pertukaran pelajar ke Malaysia. Sewaktu mau pulang, dia sibuk bertanya sama kakak dan adiknya mau dibawakan oleh-oleh apa. Pokoknya, dia open (bahasa jawa = peduli) sama keluarga,” katanya.
Beberapa rekan FLP Tegal tentu sangat mengenal sosok Shinta. Menurut Sutono, “Shinta yang saya kenal punya jiwa sosial yang tinggi. Di akun FB atau blognya, Shinta sering terlibat dengan kegiatan bedah rumah, menjadi relawan jika di sekitar Purwokerto ada bencana alam. Masih ingat kisah Tasripin? Jauh sebelum menasional, Shinta dan teman-teman lebih dulu bertemu dengan Tasripin, kemudian menulis kisahnya di media sosial.”
Menurut Endirah Eka Ningrum, “Semangatnya yang selalumenggelora seperti ditularkan pada kami yang sempat nyaris putus asa. Ide-idenya memang gak ada matinya, meski kadang-kadang terlihat ‘gila’ tapi memang itulah Shinta, yang selalu penuh ide dan selalu ringan tangan jika diminta bantuan meski harus capek-capek bolak-balik Tegal-Purwokerto. Shinta pula yang memperkenalkan RBA Tegal dengan sebuah lembaga sehingga kami diberikesempatan untuk mendapatkan bantuan buku dari Chicago (USA).”
Shinta itu,dekat sekali dengan Almarhum Bapaknya. Di blognya, Shinta pernah bercerita kalau kecintaannya pada dunia literasi menurun dari bapaknya yang juga kolektor buku, baik buku keagamaan maupun buku kesastraan. Di blognya Shinta juga pernah menulis kalau dia sangat kangen dengan mendiang bapaknya. Kangen teguran “Nduk, kowe kok ora kesel bolak-balik Tegal- Purwokerto naik gunung?” Shinta juga kerap mendengarkan lagu Titip Rindu Buat Ayah-nya Ebiet atau lagu Ayah-nya Peterpan kalau sedang didera kangen dengan sosok bapaknya.
Saya pertama kali kenal dengan Shinta saat masa SMA, dimana kami sama-sama tergabung dalam Tim Kreasi Radar Tegal tahun 2004, selanjutnya dipertemukan lagi oleh Allah di FLP Tegal tahun 2006. Shinta lebih suka jika namanya disebut ShintaArdjahrie. Katanya Ardjahrie adalah nama kakeknya. Shinta merupakan pribadi yang asyik sekali diajak berdiskusi. Ide-idenya selalu saja “out of the box” dan tertantang untuk mengaplikasikannya. Namun sayang, tidak semua bisa terwujud karena kesibukan masing-masing.
Beberapa komentar dan kesan dari rekan-rekan Shinta yang ada di media online maupun cetak menunjukkan karakter Shinta yang sebenarnya. Rekan di Al-Azhar Peduli Umat mempunyai kesan bahwa Shinta gadis yang kritis, cekatan, dan cemerlang. Pak Hidayat, Ketua LAZIS Mafaza Peduli Ummat mengungkapkan bahwa Shinta merupakan salah satu relawan terbaik dan memberikan andil yang cukup besar sehingga dipercaya sebagai Manager Program.
Beberapa gagasan-gagasan Shinta di Lazis Mafaza antara lain Program Omah Sinau, yakni pendidikan bagi 1000 anak binaan untuk dapat beasiswa dan selama belajar di Omah Sinau. Selain itu, ada program Training Da’i yang mendapatkan respon positif dari banyak pihak. Majalah Lampu yakni singkatan dari Lazis Mafaza Peduli Ummat, sampai kini masih tetap terbit.
“Sampai hari keberangkatan, saya tidak merasa ada yang berubah. Beliau sebelumnya bahkan sedang berpuasa sunah, tapi bersedia datang seperti biasa. Beliau sempat berbuka berpuasa di kantor dan menyelesaikan program One Day One Juz, kemudianbersiap berangkat,” cerita Hidayat.
Semasasekolah Shinta sudah banyak mengikuti kegiatan ekstrakulikuler dan berbagai organisasi. Di kampusnya pun ia pernah menjabat sebagai Sekjen BEM Unsoed.
Awal Desember, saya sempat saling berkirim pesan dengan Shinta. Dia berencanamengundurkan diri dari Mafaza dan pulang ke Tegal, agar lebih dekat dengan keluarga. Shinta berkeinginan membuka usaha cafébuku di Tegal. Apa daya, takdir berkata lain, Allah Menghendaki Shinta pulang kesisi-Nya. Selamat jalan, Sahabatku!
Yustia Hapsari, (Sekretaris FLP Tegal)