Revolusi industri 4.0 mengubah pekerjaan yang sifatnya manual-konvensional, ke pekerjaan yang didominasi digitalisasi, otomasi, AI, data analytics, dan segala sesuatu yang sifatnya dikerjakan mesin/robot. Setidaknya ada 10 industri yang pelan-pelan akan menyusut, ganti model lalu nanti bertumbuh lagi dengan model barunya. Salah satu dari 10 industri itu berhubungan dengan profesi penulis konten. Beberapa di antara yang mulai tumbuh dan terus meningkat konsumsinya: self publisher, streaming service, podcast, smart tv, news via youtube (video based), news from social media, individual content creator.
Hal itu disampaikan Content Writer dan Blogger asal Bogor, Sekar Ayu Wulandari S.P, saat mengisi Kulwapp Kupas Tuntas “Content Writer and Digital Creative” yang diselenggarakan Forum Lingkar Pena bekerja sama dengan Blogger FLP dan ACT, beberapa waktu lalu.
Sekar menambahkan peralihan media konvensional ke digital pasti akan menyita lebih banyak waktu antara kita dengan layar ponsel atau layar komputer. Dan posisi penulis konten ada di sini, di bagian mempertahankan jari konsumen/penonton supaya mengakses media itu dalam waktu yang cukup lama (yang mana boleh diasumsikan dia tertarik).
Memang bakal banyak irisan dengan profesi menulis lainnya yang juga muncul di Industri 4.0 ini, khususnya UX Writer (User Experience), technical writer, dan lain-lain. Penulis konten lebih fokus ke riset untuk mencari dan mengelaborasi ide konten, mengonsep bentuk visual ide, dan memantau eksekusi ide tersebut.
Kaitan industri digital dengan profesi sebagai penulis konten, pada dasarnya, penulis konten itu seorang penulis profesional yang memproduksi konten-konten berupa tulisan yang menarik di media daring. Konten tulisan ini bentuknya artikel, blog, kiriman di sosial media, pokoknya yang berbasis daring. Tidak hanya fokus di tulisan, tapi juga memantau platform traffic semisal website. Cek jumlah pengunjung, orang paling tertarik ke artikel kita yang mana, dan seterusnya. Lalu dianalisis.
Spesifiknya, penulis konten bertugas untuk riset (cari ide atau elaborasi ide yang sudah diperoleh), membuat, mengelola, dan distribusi konten (menulis, menyunting, menjadwalkan kapan konten tayang), belajar SEO (optimasi website supaya ada di peringkat teratas Google atau supaya web kita gampang dicari orang), kemampuan editorial (bisa menyunting sendiri sebuah tulisan sampai 0 salah ketik)
Kira-kira demikian pengertian dan tugas penulis konten (biasanya utk website) yang umum sekali kita ketahui. Kalau Youtube gimana? Sekar mengakui ia baru tahu ketika turun langsung, ada di tengah pusaran arus media raksasa seperti tvOne. Bahwa ternyata, cara kerjanya content writer di Youtube itu sangat dinamis.
Ia mengambil contoh sistem di departemen digital service tvOne yang sebetulnya departemen baru. Baru banget 3 tahunan ini berdiri dan stabilnya boleh dibilang baru 2019. Itu pun strukturnya belum begitu rigid. Jadi tahun ini rencananya mau maraton mematangkan. Boleh dibilang departemen digital tvOne ini kayak start-up. Di departemen ini ada 5 orang penulis konten. “Masing-masing dari kami pegang beberapa kanal Youtube perusahaan,” ujarnya.
Di antara sekian banyak kanal Youtube tvOne: sportOne, OnePride, Oneprix, religiOne, lifestyleOne, tvOnenews, ILC, talk show, investigasi, economy, amazing indonesia, dll, Sekar pegang 3 kanal utama perusahaan: tvonenews, ILC, talk show.
Selain tugas yang sama persis seperti yang disebutkan sebelumnya di atas, penulis konten Youtube juga harus mengonsep konten yang sekiranya berpotensi besar masuk 20 Youtube trending content, analisis data Youtube, jadi semi-jurnalis yang bergabung dengan tim on air untuk kerja sama membuat konten digital, menyusun skrip untuk kebutuhan syuting konten, mengawasi jalannya proses syuting agar sesuai skrip, mengarahkan content creator agar beradegan sesuai skrip, membayangkan bentuk visual (video, animasi) dari skrip yang dibuat, mengisi suara (bila diperlukan), siap bila sewaktu-waktu jadi content creator
Youtuber profesional yang punya tim di balik layar, kalau memang betulan Youtuber yang paham konsepsi konten digital, pasti ada penulis kontennya. Contoh, Youtube Raditya Dika. Penulis kontennya juga jadi tim kreatif yang riset dan mengusulkan ide. Konten perang makanan, kisah horor, misalnya, itu yang bikin si penulis kontennya Radit.
Content Writer juga bisa merangkap sebagai Content Strategist (CS). Ada yang dipisah, ada yang digabung. “Kalau di kantor saya, CW merangkap CS. Kerja sama dengan Content Optimizer (COP) yang khusus mendalami SEO Youtube. Jadi tugas CW agak lebih ringan.
Tugas CS secara khusus adalah memastikan konten seperti apa yang dibutuhkan sekaligus disukai penonton, kanal apa yang harus dimanfaatkan untuk konten jenis tersebut, memastikan kualitas kontennya konsisten dan mencapai revenue.
Struktur tim untuk Youtube yg dikelola profesional mandiri terdiri dari:
- Content creator (youtubernya yang tampil di depan layar)
- Content writer (merangkap content strategist, content director, copywriter)
- Videographer
- Video editor
- Video creator
Struktur tim Youtube yang dikelola profesional oleh korporasi, terdiri dari:
- Content creator (youtubernya yang tampil di depan layar)
- Content writer (merangkap copywriter)
- Content strategist
- Content director
- Social media admin
- Videographer
- Video editor
- UX writer (kalau ada tambahan aplikasi dari korporasi tersebut)
Sekilas aja. UX writer itu penulis yang pada dasarnya seperti copywriter tapi berdasarkan pengalaman personal/pengguna. Contoh: kalau buka aplikasi ojol, ada tulisan-tuliasan kan di situ? ‘mau ke mana kak hari ini?, ‘mau pesan makanan apa?’, ‘yah, maaf, kamu belum berjodoh dengan drivernya’ dst. Itu kerjaannya UX writer.
Barangkali karena tren 4.0 adalah kolaborasi, maka agak sulit bagi penulis konten seperti Sekar menunjukkan mana hasil karyanya. Kalau di website barangkali mudah karena ada nama penulisnya di situ, di artikelnya. Bloger juga mudah ditampakkan prestasinya lewat kompetisi-kompetisi yang dimenangi. Taruh di blog sendiri hasil prestasinya.
Namun, untuk konten Youtube korporasi dan super app (super app itu semacam e-commerce, halodoc, ojol), model kerjanya adalah tim. Maka ketika memutuskan jadi penulis konten, sebaiknya juga harus mampu menjadi penulis untuk jenis yang lain.
Selama judulnya ‘penulis’ dan ‘menulis’, insya Allah dasar-dasarnya sama. Kuasai PUEBI, KBBI, banyak membaca, dan lain-lain. Walaupun pada akhirnya nanti ketika di lapangan, ada banyak penyesuaian selera pasar dan ciri khas dari perusahaan tersebut.
Sebab tuntutan bagi personal (khususnya seorang penulis) sekarang ini adalah menguasai keahliannya sebaik mungkin, sedalam mungkin, seprofesional mungkin. Berikut wawasannya haruslah berkembang dan bertumbuh. Setidaknya sekarang kita butuh 4 modal supaya bisa bertumbuh di zaman yang bengis ini, keahlian personal yang mumpuni, wawasan luas, kreativitas dan inovasi, cepat beradaptasi.
Meski pada akhirnya, misalnya, seseorang memutuskan full jadi penulis konten Youtube aja, menurut Sekar, ia tetap harus paham dan bisa teknik menulis yang lainnya (misal, fiksi atau jurnal ilmiah) agar punya posisi tawar, sekaligus membuka peluang untuk menemukan atau barangkali menciptakan metode baru yang dibutuhkan zaman
Menurut Sekar, jika seseorang menjadi content writer korporasi, ia harus bisa menulis semua jenis tulisan. Apalagi korporasi raksasa. Minimal sekali punya kemampuan dasar menulis itu jadi modal yang sangat berguna. Sebab konten Youtube dinamis sekali.
Sekar menceritakan ia pernah mendapat tugas bikin konten untuk keperluan iklan suatu produk dair perusahaan besar. Iklannya itu butuh skenario yg penyusunannya mirip skenario ftv, film. Ia juga pernah kebagian project bikin dokumenter yang ternyata tidak butuh skenario. Hanya skrip biasa yg berisi penjelasan-penjelasan adegan.
Seorang content writer, kata Sekar, harus memiliki wawasan dan perbendaharaan kata yang luas (yang mana ini diperoleh dari banyak membaca), analisis yg kuat (diperoleh dari banyak diskusi dan merenung), kreativitas, kuasai PUEBI, punya aplikasi KBBI dan sering dicek pas lagi nulis, ada track record menulis yang bisa diperlihatkan ke orang.
Terkait bagaimana cara memulai karier sebagai content writer, Sekar menjelaskan bisa diawali dengan punya blog. Karena ketika melamar pekerjaan, biasanya ditanya ada enggak contoh tulisan yang pernah dibuat. Kalau enggak ditanya begitu, pasti dites nulis artikel. Seorang content writer sebenarnya bisa berdiri mandiri tanpa harus ada di bawah naungan korporasi. Bisa buka jasa sendiri. Namun untuk beberapa tahun awal, Sekar menyarankan agar mencoba gabung dengan korporasi besar untuk menambah ilmu dan tahu perkembangan di luar yang barangkali sulit kalau kita dapat otodidak
Sekar menceritakan awalnya ia kerja di Mizan pas masih kuliah. Pekerjaan sampingan itu pun ia peroleh setelah pihak Mizaa lihat tulisan-tulisan Sekar di blog. Lalu ikut lomba yg lebih banyak gagalnya daripada menangnya sampai akhirnya ada satu dua yang menang, lalu kemenangan itulah yang jadi pembuktian ke korporasi ketika ia melamar.
Ketika ditanya berapa lama waktu yang dihabiskan Sekar dalam menyelesaikan konsep hingga matang dan menuliskannya menjadi sebuah narasi untuk media besar, Sekar menerangkan setiap hari ia harus siap konsep baru. “Jadi sehari satu. Mau nanti dipakai atau enggak, pokoknya siapin. Jadi saya siapkan 3 konsep utk 3 kanal Youtube. Kadang, konsep yang disiapkan lebih dari 3, tergantung jumlah playlist Youtube,” jelasnya
Ia menerangkan kalau tvonenews ada 10 lebih playlist, artinya harus siap 10 konsep untuk satu kanal itu saja dalam sehari. Lalu ada konten yang sudah kontinu jalan, itu tinggal dijadwalkan aja. Misalnya ILC. Tugas Sekar tiap hari adalah cari berita terhangat dari berbagai media valid, analisis berita, lalu jadikan konten untuk diangkat hari Selasa malam bersama narsum ILC yg akan ia wawancarai.
“Sisi kreativitas dan wawasan saya sangat diuji di situ. Harus update perkembangan nasional-internasional, politik, sosial, dipadukan dengan konten digital kekinian yang menghibur sekaligus mengedukasi,” terangnya.
Agar seorang content writer bisa berkembang dan punya daya tawar lebih baik, Sekar menyarankan agar seseorang membangun portofolio dengan ikut pelatihan keterampilan tambahan semi-formal yang ada sertifikat penilaiannya, ikut kompetisi menulis (ini terbukti bisa memperkuat posisi tawar), bangun jaringan dengan tokoh yang ahli di bidang kepenulisan lewat link kantor. Sumber daya yang ada di kantor dimanfaatkan sebaik mungkin. Itu hak karyawan juga. Bangun reputasi di media sosial dengan baik yang menunjukkan bahwa kita kredibel.
Menurut Sekar tren sekarang adalah membuka peluang sebesar-besarnya untuk pemula (biasanya ini fresh graduate) untuk terjun di perusahaan besar. Mereka mulai membuka diri utk merekrut tenaga-tenaga muda yang minim portofolio atau bahkan tidak ada sama sekali. Ini kayaknya cocok kalau baca buku generasi Z. Kupas tuntas ciri khas gen centennial yang punya kecepatan dalam menguasai sesuatu. Jadi siapa saja sekarang bisa jadi penulis. “Tapi penulis apa dulu dan yang gimana dulu sebab perkara kualitas juga, seiring kecepatan zaman, sering terabaikan,” ujarnya.
Terkait suka dukanya menjadi content writer, Sekar menambahkan sukanya selama ini adalah semacam hobi yang dapat uang. “Passion saya adalah menulis. Jadi sukanya lebih banyak daripada duka. Saya mengerjakan apa yang saya cintai. Dukanya, kalau lagi tenggat. Banyak deadline. Apalagi WFH, konten digital nambah banyak. Tapi tetap bahagia karen kebutuhan saya terhadap pemenuhan kapasitas keilmuan terus berkembang dan bertumbuh insya Allah,” ujarnya.
Untuk menjadi seorang content writer, gaya kepenulisan yang harus dikuasai minimal adalah bisa menulis nonfiksi (feature) dan straight news. Meski tergantung media tempat bekerja, ciri khas dan sasaran konsumennya bagaimana. Karena Sekar pegang 3 kanal Youtube utama, yang mana itu semua news (straight news), ia harus menguasai keahlian jurnalistik. Sebelum di 3 kanal utama ini, saya sempat dirolling dan mencicipi kanal lainnya; kesehatan, kecantikan, tarung bebas (onepride), kuliner yang timeless atau butuh tulisan feature. Rata-rata tulisan non fiksi. ”Tulisan fiksi sejauh ini belum pernah nemu di profesi content writer,” ujarnya.
Sekar menambahkan keterampilan paling penting di masa depan adalah pada kemampuan untuk menyambungkan titik-titik dengan cara kita sendiri (kreatifitas tanpa batas). Dunia sudah berkembang pesat. Jangan sampai tertinggal, harus terus membuka diri, belajar, berdaptasi, dan bertumbuh. <>