Selasa, November 26Literasi Berkeadaban - Berbakti, Berkarya, Berarti

FLP Jabar: Antara Kreativitas Wilayah dan Agenda Penataan Jaringan Wilayah

FLP Jabar Antara Kreativitas Wilayah dan Agenda Penataan Jaringan Wilayah
Bersama Ketua FLP Jabar

 

Sabtu, 7 Juli 2018. “Ada tiga program unggulan FLP Jabar saat ini,” cerita Aa Boy, membuka perjumpaan sore kami di Kota Tua. Lalu ia sebutkan program yang dimaksud, “Pengadilan Penulis, Taman Penulis dan FLP TV.” Saat itu, di samping saya ada Koordinator Humas BPP FLP dan timnya. Kang Zaki dan Mas Jarwo.

Menyimak cerita perkembangan FLP Jawa Barat langsung dari Ketua Wilayah-nya, memang terasa mengasikan. Senang saja, menyimak satu demi satu patah katanya bercerita tentang program-program yang membuat FLP Jawa Barat kini semakin semarak. Apalagi Aa Boy mengimbuhi dengan gambaran semangat kebersamaan yang sedang disemai di wilayah Jawa Barat. Siapa yang tidak suka maju dalam kebersamaan? Maju bersama dan sama-sama maju. Itulah sebenarnya spirit yang dititipkan pada syiar ‘Indahnya Ketertataan’ Divisi Jarwil tahun 2018 ini.

Satu-persatu program itu kemudian dijelaskannya, terutama program Taman Penulis. Program akselerasi penjenjangan kaderisasi anggota itu ternyata hasil dari menggali warisan ide Ketua Umum FLP kedua, yaitu Kang M Irfan Hidayatullah yang saat ini diamanahi sebagai Ketua Dewan Pertimbangan FLP. Tepatnya tentang 12 kurikulum intensifikasi pengkaderan anggota FLP. Warisan ide itulah yang diracik oleh pengurus FLP Jawa Barat menjadi program Taman Penulis. Terdiri dari 3 sesi, yang jeda antar sesinya sekitar 3 bulan. Jadi setiap 3 bulan digelar Taman Penulis, berupa inkubasi anggota selama dua hari. Pada sesi Pertama ada 4 materi yaitu (1) Tiga Pilar Forum Lingkar Pena: Sebuah Kajian Sosiologis, (2) Ulama Penulis dan Kiprahnya dalam Peradaban Islam, (3) Sastra, Islam dan Berbagai Upaya Pengidentitasan, (4) Urgensi Ejaan dan Tata Bahasa Indonesia. Lalu sesi Kedua dengan 5 materi yaitu (1) Urgensi Memahami Sirah Nabawiyah, (2) Peradaban dan Budaya Menulis, (3) Kreativitas dan Teori Genre, (4) Memahami Sastra dan Menulis Sastra, (5) Berbicara di Depan Publik untuk Penulis. Adapun sesi Ketiga hanya 3 materi yaitu (1) Memahami Esai dan Menulis Esai, (2) Memahami Kritik Sastra dan Menulis Kritik Sastra, (3) Memahami Dunia Digital dan Menulis Pada Ranah Digital.

Pengadilan Penulis juga tak kalah menarik. Yaitu saat penulis harus mempertanggungjawabkan karyanya di hadapan Hakim Pengadilan. Dari mimbar Pengadilan ini akan diputuskan terkait gugatan-gugatan atas karyanya. Bila gugatan diterima, maka penulis yang menjadi Terdakwa mendapat sanksi untuk merevisi karyanya. Proses Pengadilan Penulis ini menarik banyak kalangan, bahkan BPP secara profesional telah turun langsung untuk mendokumentasikan seluruh proses pengadilan yang terakhir di Bandung. Dokumentasi ini nantinya akan diolah menjadi program Divisi Bisnis dalam mempromosikan karya-karya anggota FLP. Bahkan, ke depannya bukan mengadili karya yang telah terbit, tetapi mengadili karya yang akan terbit. Sehingga Pengadilan Penulis juga bisa menjadi sarana Divisi Karya untuk mengontrol kualitas karya anggota FLP. Nah, yang terakhir adalah FLP TV, program rintisan yang hendak diobrolkan oleh Aa Boy dengan Divisi Humas. Saya hanya menyimak, sembari membayangkan program-program itu bisa terkoordinasikan dengan baik agar dapat bermanfaat bagi seluruh wilayah.

Tapi, justru di ujung bincang santai senja itu, saya digelitik pernyataan yang seakan kita dihadapkan pada dilema antara berkembangnya kreativitas anggota dan cabang dengan kehendak adanya ketertataan dalam organisasi. Maka saya sampaikan, “Agenda penataan jangan disalah-pahami sebagai agenda dari atas ke bawah. Justru itu merupakan agenda untuk mewadahi program dari bawah. Saat ini memang banyak pendataan dari pusat, tapi sesungguhnya itu untuk melihat secara utuh potensi di bawah. Kelak, dari potensi-potensi unik masing-masing wilayah itu mungkin saja bisa diadopsi untuk wilayah-wilayah lainnya. Jadi, wilayah terus saja berkreasi, tentu tetap dikoordinasikan dengan pusat. Bila kreasi programnya memang bagus dan teruji dalam pelaksanaannya, maka bisa diadopsi menjadi program pusat. Memang, mungkin ada penyesuaian standar dengan diturunkan dan sebagainya, namun itu semata-mata agar ketimpangan antar wilayah tidak terlalu jauh. Kita ingin kebersamaan, sebagaimana salah satu Asas Kaderisasi FLP.”

 

Jakarta, 9 Agustus 2018

Irfan Azizi
Koordinator Divisi Jarwil BPP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pin It on Pinterest

Share This