JAKARTA, FLP.or.id — Ismail Marahimin ialah seorang tokoh sastra Indonesia. Sejak tahun 1977, namanya mengemuka setelah novelnya Dan Perang Pun Usai memenangkan Sayembara Mengarang Roman Dewan Kesenian Jakarta. Ia juga salah seorang guru Helvy Tiana Rosa (HTR). Cerpen Ketika Mas Gagah Pergi (KMGP) karangan HTR pun mulanya lahir sebagai tugas kuliah yang diampu tokoh sastra kelahiran Medan 23 April 1934 silam itu.
Paragraf berikut ini dipaparkan Ismail, mengingatkan kembali arti penting membaca bagi siapapun yang berminat untuk menulis.
Hubungan antara membaca dengan menulis juga cukup erat, …. [P]ara ahli masih mengatakan bahwa untuk dapat “menulis” kita harus banyak “membaca” Membaca adalah sarana utama menuju ke keterampilan menulis.
Membaca memberikan berbagai-bagai ‘tenaga dalam’ yang sangat dibutuhkan seorang penulis, dan tenaga-tenaga dalam ini tidak bisa, atau hampir tidak bisa, diperoleh dengan cara lain. Disadari atau tidak, setiap penulis pastilah memiliki secara lengkap tenaga-tenaga dalam ini.
Seperti yang kita lihat di dalam film-film silat, pesilat yang mempunyai tenaga dalam, dengan dua jari saja dapat menotok jalan darah lawannya sehingga lawannya itu lumpuh, dengan kedua tapak tangannya dia dapat menghalau racun yang merasuki tubuh temannya, serta menyembuhkan temannya itu dari penyakit. Itulah analogi tenaga dalam seorang penulis.
Apa saja “tenaga dalam” seorang penulis yang dilatih dari kegiatan “membaca”? Nantikan bagian selanjutnya.
Referensi: Menulis Secara Populer, Ismail Marahimin. Penerbit PT Pustaka Jaya, Cetakan ketiga, 2011. Jakarta.