DENPASAR – Forum Lingkar Pena (FLP) Bali menyelenggarakan acara Ngobrolin Faktanya Literasi (Ngofi) dengan tema Literasi Digital Tanpa Hoax yang menghadirkan Agung Risaksoni peraih Kompasiana Award 2015 kategori Opini Terbaik sebagai pembicara. Acara dilaksanakan di Lapangan Puputan Renon, Minggu (8/4/2018).
Dalam diskusi sederhana itu Soni, sapaannya, mengungkapkan literasi digital yang berbau hoax saat ini sulit dihindari. “Pada era sekarang digital hoax sulit dibendung, apalagi ini adalah tahun-tahun politik. Tergantung bagaimana kita menyikapinya, jika dirasa belum benar 100 persen maka ditahan dulu, jangan disebarkan. Jika dianggap sudah benar itu merupakan hak kita. Hak berpendapat jadi bisa ditanggapi atau dishare.” ujar Soni.
Soni melanjutkan, berikut cara-cara untuk menghindari dan terjebak dari hoax.
“Yang kita harus hati-hati, pertama adalah soal tokoh. Karena menyangkut nama baik seseorang itu bisa dibawa ke mana-mana, jalur hukum itu kita bisa salah. Kedua ialah Sara. Kalau agama kita harus benar-benar teliti. Juga soal Ras golongan. Jika diyakini masih belum jelas itu ditahan dulu. Mencari pembanding, sumber lain, dan berdiskusi dengan yang lebih tahu. Atau tahan berita itu satu-dua hari.” kata dia.
Dia menambahkan, yang juga berlaku sebagai benteng dari hoax adalah orangtua.
“Selalu mengajarkan kejujuran kepada anak. Dari pendidikan keluarga, kita bisa menunjukkan anti hoax. Jangan biarkan anak membaca, menonton sendiri. Jika bisa ditemani. Kita sebagai orangtua tidak bisa berharap banyak dari guru. Selain itu melatih kejujuran juga dari agama.” jelas penulis yang sudah menghasilkan tujuh buku itu. <Sumber: tribunnews.com>