FLP.or.id,- Ahad, 16 Desember 2018. Saya kembali mewakili Badan Pengurus Pusat Forum Lingkar Pena untuk menghadiri Musyawarah Wilayah FLP. Kali ini adalah Muswil FLP Aceh. Wilayah yang dahulu saya pernah mengemban amanah sebagai ketuanya di tahun 2013. Hanya beberapa purnama, karena saya mutasi tempat tugas sehingga amanah Ketua diestafetkan kepada Nuril Annisa melalui Musyawarah Wilayah saat itu.
FLP Aceh sebenarnya termasuk wilayah yang fenomenal. Diresmikan pada tanggal 11 Maret 2001 di Aula Pascasarjana IAIN Ar-Raniry, Banda Aceh. Kala itu, anggotanya adalah mereka yang mulanya mendaftar melalui formulir yang disiarkan oleh majalah Annida. Setelah terbentuk, FLP Aceh pun melewati masa-masa sulit ketika konflik Aceh berkecamuk, hingga tsunami menerjang.
Bermodal ukhuwah, FLP mampu berdiri tegak di tanoh indatu. Berbagai keterbatasan pada awal pembentukannya, tak mengurangi semangat para anggota yang terlibat. Berkali-kali pindah sekretariat sebab minimnya dana. Mulai dari teras mushalla jalan Pari-Lampriet, pelataran Masjid Agung Al Makmur, ruang konveksi Studio Nun, ruang senam ruko Simpang Mesra, garasi perumnas di Tungkop, ruko di Lambaro Skep, rumah di Kampung Pineung hingga kini di Jalan Teungku Syarief Nomor 7 E Gampong Jeulingke, Banda Aceh.
Kini di usia menjelang 18 tahun, FLP Aceh terus memacu prestasi. Pernah menjadi FLP Wilayah Terpuji tingkat Nasional 2002, nominasi FLP Wilayah Terpuji 2005 dan peraih penghargaan I Love Aceh Award 2013 dalam kategori budaya. Tentu prestasi-prestasi itu merupakan beban moral sekaligus cambuk untuk melejitkan produktivitas dan kualitas karya berikutnya.
Riazul Iqbal atau -akrab disapa- Rio, Ketua FLP wilayah Aceh 2018-2020 bertekad mengembalikan kisah sukses organisasinya seperti dahulu. Puluhan judul buku yang sudah dihasilkan para anggota tak boleh hanya jadi kenangan belaka. Sejumlah anggota FLP Aceh telah menoreh beberapa prestasi. Ada yang mewakili Indonesia dalam ajang MASTERA (Majelis Sastra Asia Tenggara), atau 5 anggota FLP Aceh yang meraih penghargaan sastra BALAI BAHASA Banda Aceh 2009, Juara 1 lomba cerpen Pekan Seni Mahasiswa se-Indonesia 2010, peraih Nova Award, peraih I Love Aceh kategori IT dan Media Sosial, Duta Bahasa Provinsi Aceh, juara utama naskah teater FTI, terlibat sebagai editor di beberapa penerbit nasional, dan berbagai penghargaan lainnya di masing-masing anggotanya.
“Komunitas yang progresif itu punya tujuan besar, pemimpinnya membuat keputusan-keputusan yang ideal, melakukan koreksi dan berusaha memperbaiki, meng-update serta menyempurnakan diri. Tak ada kata stagnan dalam progresif,” tegas lelaki asal Sigli tersebut. Untuk itu, salah satu agenda priotitasnya adalah mengajak anggotanya untuk semakin giat membaca.
“Kita punya keinginan, mengembangkan anggota dengan lebih banyak membaca. Maka, kita akan mendahulukan kelas membaca, sebelum membuka kelas menulis. Semakin banyak membaca, semakin banyak hal yang dapat kita tulis,” tambahnya. Bahkan guru sekolah Sukma Bangsa Pidie ini berencana menggagas ‘Aceh Writer and Reader Festival’ sebagai wadah diskusi dan ajang mempererat kekeluargaan sesama penulis.
Bermodal 3 cabang (Banda Aceh, Takengon dan Sigli) serta sebuah lini penerbitan bernama Kamoe Publishing House, FLP Aceh bertekad terus mempersembahkan yang terbaik untuk negeri di jalan juang literasi.
Binjai, 7 Januari 2019
Anugrah Roby Syahputra
PJ Teritori Sumatra – Divisi Jarwil BPP