SENANDIKA, FLP.or.id – Cinta : awalnya anugerah. Bayangkan dunia tanpa cinta!
Tidak ada anak-anak, tidak ada keindahan, tidak ada produk-produk ekonomi, tidak ada kegairahan hidup.
Konon, ekonomi digerakkan karena cinta. Lho, ini bukan sok filosofis. Segala produk yang bersumber dari ‘cinta’ menuai untung : film, musik, makanan, kosmetik, otomotif, elektronik, pariwisata dll. Film romance disukai. Music yang mengandung unsur cinta, digandrungi. Makanan seperti coklat, meraup profit luarbiasa. Café-café yang menawarkan sudut romantisme, laku keras. Kosmetik yang menjanjikan perempuan/ lelaki akan lebih dicintai karena fisik yang makin menarik; laku keras. Otomotif yang menggambarkan mobil bisa dikendarai berdua, atau bisa dikendarai sekeluarga; laris manis. Elektronik yang bisa memudahkan seseorang menghubungi kekasihnya di seberang sana, terjual habis.
Konon kabarnya, cinta itu dari Tuhan.
Sementara, kebencian dari setan.
Jadi, segala sesuatu yang menimbulkan rasa cinta, berawal dari Tuhan. Cinta pada orangtua, cinta pada pasangan jiwa, cinta pada anak-anak, cinta pada sesama manusia dan seterusnya. Kebencian adalah perwujudan dari nafsu syaithoni, sehingga kebencian pada manusia adalah wujud terkutuk.
Kalau cinta dari Tuhan, apakah semua bentuk cinta merupakan pesan Ilahiyah?
Bagaimana jika manusia merasakan cinta –yang konon dititipkan olehNya- dan cinta itu tertuju pada subyek-subyek yang bertentangan dengan garis hukumNya? Apakah itu anugerah, ujian; ataukah kita salah memaknai salah satunya? Misal, jatuh cinta pada suami/ istri orang.
Bukankah manusia tak bisa merekayasa hati, sehingga bisa punya kecenderungan sesuai pilihan benaknya? Lalu salah siapa ketika tiba-tiba seorang manusia jatuh cinta pada orang lain sementara dirinya sudah terikat janji, dan orang yang membuatnya jatuh hati juga telah terikat sumpah setia?
Bagaimana pula, bila manusia jatuh cinta pada sosok seperti : saudara kandung ( insest), anak kecil (pedofil) , cinta kepada rekan sesama jenis (homo/lesbi), tokoh anime, idol, dll ?
Nasihat Victor Frankl
Si penemu logoterapi yang menerbitkan karya legendaris Man’s Search for Meaning mengatakan: patung Liberty di pesisir Timur Amerika harusnya dilengkapi dengan patung Responsibility di pesisir Barat.
Ya, seringkali manusia yang dianugerahkan fisik, ruh dan akal sempurna tidak siap untuk membangun patung Responsibility.
Siapkah kalau berselingkuh dan merebut pasangan orang lain? Siapkah dengan pasangan yang kecewa dan anak-anak yang berantakan; serta kelak, teman selingkuhan itu berpotensi akan berselingkuh pula dengan orang lain? Belum lagi cibiran social dan banyak hukuman social yang harus dipikul. Yang dibayangkan adalah indahnya cinta bersama orang yang tengah menjadi tambatan hati.
Siapkah menikah dengan Idol yang super ganteng atau super cantik?
Hal-hal yang dilakukan sasaeng terhadap idol K-pop mereka terkadang sungguh di luar batas. Cinta seorang fan kepada Taecyeon (2 PM), Baekhyun (EXO), Jonghyun (CNBlue), Taeyang & G-Dragon (Bigbang); perlu direnungkan. Sasaeng rela melukai diri dan menuliskan surat menggunakan darah haidh kepada sosok yang sangat digandrungi dan dicintai. Apakah ketika pada akhirnya bisa berpacaran dan menikah dengan Taeyang atau G-Dragon; maka kebahagiaan akan menaungi? Bagaimana pula jika jatuh cinta pada salah satu tokoh anime seperti Kamen Rider, atau pemerannya, Satou Takeru? Tokoh-tokoh rekaan penulis cerita yang tidak ada di dunia nyata dan diharapkan benar-benar ada di dunia nyata.
Demikian pula, cinta yang dianggap sebagai preferensi seksual seperti cinta pada anak kecil, cinta pada saudara kandung dan cinta pada sesama jenis. Benarkah patung Responsibility sudah kita bangun, berdampingan dengan patung Liberty?