Materi pertama pertemuan ini berjudul “posisi dan citra media Islam” dibawakan oleh KH. Masduki Baidhowi (Ketua MUI Bidang Infokom), yang dilanjutkan oleh Prof. Ibnu Hamad (Guru besar Ilmu Komunikasi UI), dan Dr. Usman Yatim (Direktur Uji Kompetensi PWI Pusat) dengan moderator M. Fadhilah Zein.
KH.Masduki Baidowi menjelaskan bahwa tujuan kegiatan ini adalah adanya sinergitas antara MUI dengan berbagai media Islam dalam konteks dakwah.Peristiwa 212 adalah peristiwa yang tidak dikehendaki oleh negara dan olehnya negara dengan segala perangkatnya menghadang akan tetapi terjadi juga.
“Dulu, jika media-media berpihak ke pendapat lain maka peristiwa akan gagal, tapi 212 berbeda,” kata dia.
Komisi Infokom MUI melihat bahwa saat ini media mainstream tidak memiliki fungsi strategis seperti dulu.
“Ada kekuatan lain yang disebut sosial media yang bergerak sebagai kekuatan-kekuatan yang luar biasa efektif,” kata beliau lagi.Ini merupakan peristiwa yang sangat penting yang menjadi latarbelakang pertemuan hari ini.
Dulu semua orang bergantung pada media mainstream, tapi kini tidak lagi. Media sosial memiliki peran strategis dalam gerakan Islam.Hal penting yang perlu dipertimbangkan adalah soal substansi materi, yaitu Islam Wasathiyah (Islam Pertengahan/Moderat) yang harus menjadi arus utama.
Faktanya, MUI belum memiliki “kaki tangan” yang efektif untuk menyampaikan konsep Islam Wasathiyyah.Islam sebagai agama rahmatan lil alamin menambah kasih sayang kepada semesta.Salah satu derivasi dari Islam Wasathiyah adalah hadis “sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia” (HR. Ahmad)
Menurut beliau lagi, saat ini ada kecenderungan dunia internasional untuk menampilkan Islam sebagai agama yang tidak ramah. Untuk itu, maka Islam Wasathiyah perlu menjadi materi yang perlu disampaikan oleh jurnalis muslim.
Selanjutnya, pandangan Islam Wasathiyah perlu ditampilkan dalam bentuk produk yang bermutu.Saat ini sebagian besar pembaca berita tidak lagi berhubungan dengan paper (paperless) atau konvensional.
Maka dibutuhkan kreativitas jurnalisme muslim agar pembaca dapat mengkonsumsi produk-produk dari Islam Wasathiyah. Jika ini bisa dilakukan bersama-sama, insya Allah generasi mudaakan menjadi generasi yang sehat.
Konsep Islam Wasthiyyah tidak sempat dielaborasi lebih jauh dalam pertemuan singkat ini.Namun dirasakan perlu untuk menjelaskan lebih dalam konsep Islam yang moderat yang tidak ekstrim ke kiri atau ke kanan. *
*Yanuardi Syukur. Pengurus FLP Pusat Penerima Beastudi Etos Dompet Dhuafa 2001-2003