Senin, November 25Literasi Berkeadaban - Berbakti, Berkarya, Berarti

Amanah itu Berat, yang Ringan itu Istirahat

FLP.or.id,– Gelaran Muswil FLP ke-6 selama 3 hari kemarin memang sudah berakhir, tetapi perasaan campur aduk itu terasa sampai kini. Bukan tersebab perihal memenangi voting hingga keputusan forum menjadikan diri bergelar ketua FLP Jatim, bukan sama sekali. Tapi pada beratnya amanah yang kelak akan dimintai pertanggung jawaban olehNya di akhirat nanti.

Tiga bulan lalu, saat nama saya masuk dalam bursa Balon Ketua FLP Jatim, malam-malam saya tak pernah bisa nyenyak. Teringat banyaknya keterbatasan diri serta maha baiknya Allah yang masih berkenan untuk menutup aib-aib diri.
Saya mencoba bercermin dalam kaca nurani dan bertanya berkali-kali pada dasar hati, seraya terus bermunajat pada ilahi meminta terus dikuatkan pundak ini dalam mengemban amanah apapun nanti. Laa haula walaa quwwata illah billah…

Teringat keterbatas fisik dalam diri saya saat itu: perihal kesehatan yang seringkali dipertanyakan oleh semua orang. Meski saat itu, saya optimis kondisi saya kian membaik pasca operasi keempat di bulan Agustus tahun 2017 lalu. Dan saya katakan: “I’m fine” —saya baik-baik saja.

Apalah saya jika dibandingkan dengan Syeikh Ahmad Yasin dengan kondisi beliau saat itu, pun meneladani kisah pahlawan bangsa Panglima Jendral Sudirman yang memimpin peperangan dalam kondisi dibopong. Rasanya malu sekali diri ini jika harus mengeluh hanya karena sesuatu hal demikian. Meski saya tahu diri seberapa keterbatasan saya ini. Tetapi tidak lalu menjadikan hal ini sebagai pemakluman atas kondisi ini.

Akan tetapi, qadarullah di tengah saya mempersiapkan even Muswil FLP ke-6 sebagai ketua pelaksana, di H-15 kondisi saya mulai drop. Tak ingin mengulang kisah dramatik saat harus memutuskan balik ke Jawa saat mendapat amanah sebagai Kepsek di sebuah SDIT di Kab. Bulungan, Kalimantan Utara yang masih terbilang sebentar. Saya sejenak undur diri meminta SC menggantikan posisi saya. Lebih tepatnya saya ‘paranoid’ dengan kondisi saya saat itu, benak saya berkecamuk hingga kemudian saya memutuskan untuk kembali ikhtiar demi mendapatkan informasi yang tepat dan akurat serta tak lagi berspekulasi sendiri. Hingga saya memutuskan untuk tetap maju atau mundur alon-alon dari bursa Balon Ketum FLP Jatim saat itu.

Alhamdulillah, setelah proses pemeriksaan dan rangkaian foto rontgen dilakukan, ternyata penyebabnya bukan karena femur fraktur yang saya alami, tetapi karena faktor ketegangan otot dan solusinya dengan diberikannya beberapa latihan gerakan untuk dilakukan tiap pagi dan sore. Lalu bagaimana dengan kondisi kaki saya yang seringkali membuat orang-orang disekitar saya mengernyitkan dahi bahkan mungkin hati? Dengan aktifitas saya yang seolah tak pernah mau berhenti ini?

Alhamdulillah, lagi-lagi saya sangat bersyukur dengan kabar ini. Dokter memastikan bahwa kondisi lutut saya sudah menguat, hasil dari bonefine (tanam tulang) juga bagus, bahkan beliau menawarkan untuk segera operasi affpen (lepas pen) di bulan ini. Ya rabb…antara senang dan sedih saya mendengar kabar ini. Tentu saja saya tetap harus punya alarm tubuh yang sewaktu-waktu berbunyi. Tetapi setidaknya kabar ini menguatkan saya untuk tetap melaju menjadi salah satu Balon Ketua FLP Jatim. Bismillah…saya punya Allah, tekad saya membersamai gerimis di sudut-sudut bola mata yang tetiba menderas.
“Khoirunnaas ‘anfauhum linnaas”.

Seperti siang ini saat saya menuliskan ini, hati saya masih dipenuhi gerimis. Keriuhan ruang sidang malam itu tak akan pernah saya lupakan. Saling beradu argumen antar pendukung balon ketua adalah sebuah dinamika yang biasa dalam sebuah organisasi. Pun saya, memaknainya sebagai bagian dari pendewasaan diri. Hingga keputusanNya menuliskan nama saya sebagai ketua terpilih yang tak pernah saya minta pun saya ingini. Astaghfirullahal ‘adzimm…
Hanya karenaNya dan hanya demi dakwahNya tegak di muka bumi ini di sisa usia yang tinggal menunggu waktu dipergilirkan cepat atau lambat namun pasti.

Innalillahi wa inna ilaihi rooji’un…
Innalillahi wa inna ilaihi rooji’un…
Maka siapapun yang telah mensupport saya untuk sampai pada titik ini, bantu saya untuk mengemban amanah ini. Doakan saya agar senantiasa meluruskan niat hanya ingin menggapai ridhoNya semata bukan ridho yang lainnya. Pun nasehati saya jika saya melenceng dari niat dan tujuan saya sebagai seorang pemimpin, karena: Amanah itu berat, yang ringan itu istirahat. Sebelum saya benar-benar istirahat hingga kaki ini berharap menapaki jannahNya yang abadi.

Wallahu a’lam bishowab…

Lumajang, 17 Desember 2019

HambaMu yang faqir,
Bunda Novi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pin It on Pinterest

Share This