Sumbar-Padang, 26 April 2015. Siang yang cerah. Kami berjanji untuk bertemu dengan FLP Sumbar di Taman Melati. Pukul 13.00 WIB Saya berangkat dari rumah dengan motor. Tak diduga, di depan Taman Melati sangat ramai. Ternyata ada acara wisudawan. Saya bertemu dengan Rahma Eka Saputri, pengurus FLP Sumbar di depan gerbang Taman Melati. Kami sempat ingin berpindah tempat ke Taman Budaya. Tapi, beberapa peserta kelas menulis sudah ada di Taman Melati sejak 13.30 WIB yang lalu, sedangkan waktu telah berlalu menunjukkan pukul 14.00 WIB.
Akhirnya kami berusaha menunggu pengunjung sepi, menunggu d depan antrian tiket. Tak lama, kami mendapatkan tiket Taman Melati dan bertemu dengan Martadinata, mantan ketua FLP Sumbar.
Ini pertama kalinya saya mengikuti kegiatan kelas menulis FLP Sumbar. Hari ini saya didaulat mengisi diskusi menulis cerpen. Sampai di tempat telah menunggu peserta yang sudah tak sabar berbagi kisah.
Walau sedikit, peserta diskusi menulis cerpen sangat antusias. Kami berkenalan dan sharing kepenulisan. Saya berdecak kagum melihat semangat mereka. Rata-rata sudah memiliki kumpulan puisi, naskah cerpen, draf novel, bahkan ada yang sudah 150 halaman.
Kami lalu berkenalan dan menyebutkan impian dalam berkarya.
“Saya ingin cerpen saya tembus Kompas!” ujar Dewi K Sutra. Wah, impian yang sangat bagus. Dewi K Sutra adalah salah satu peserta yang lolos workshop cerpen Kompas di Padang Panjang, 11 Mei mendatang.
“Bagaimana cara membuat buku kisah nyata?” tanya seorang peserta.
Saya memberikan pengalaman saat saya menulis buku non fiksi, La Taias For Ummahat, Kekuatan Itu Adalah Ibu (Kalil, 2014).
“Menulis buku akan lebih mudah dan lancar jika membuat outline dengan detail. Sering kali tulisan berhenti di jalan karena penulis kekurangan data.”
Kami lalu bertukar informasi mengenai cara menggali ide. Saya bertukar pengalaman yang pernah saya coba. Saya setiap hari menggali ide dengan membuat daftar ide sebanyak 20. Lalu, ide tersebut dipilih yang paling spesial, unik dan berbeda. Jika belum menemukan keunikan, buat lagi daftar ide yang baru dari 21-40.
Kemudian, peserta diberi tugas untuk membuat daftar ide masing-masing sebanyak 20 dan memilih ide yang akan dikembangkan menjadi cerpen. Ide tersebut dibuat kerangka awal, tengah dan akhir. Metode ini sangat membantu peserta menemukan ide yang unik. Beberapa peserta langsung mengembangkan ide ceritanya.
Di akhir acara, kami berjanji untuk saling memberi motivasi dan mengirimkan karya. Target peserta diskusi menulis cerpen FLP Sumbar dapat diterbitkan di koran lokal. Ada beberapa koran lokal di Sumbar yang memiliki rubrik cerpen, seperti Koran Singgalang, Padang Ekpres dan Rakyat Sumbar.
Usai diskusi dan pending sholat asar, pertemuan dilanjutkan dengan bedah karya. Peserta yang telah membawa fotocopy cerpennya dibahas oleh peserta lainnya. Di sinilah terlihat ketangguhan FLP Sumbar dalam menjadi ilmu. Peserta belajar menerima kritik dan saran agar karya menjadi layak untuk media.
Sore menjelang, saya sekeluarga pamit duluan pulang. Pertemuan FLP Sumbar kali ini membawa kesan yang sangat mendalam. Saya bangga dan bersyukur bisa bertemu pejuang literasi FLP Sumbar. Kesedihan saya berapa tahun lalu lunas sudah, saat saya tidak dapat hadir di acara pertemuan FLP Se-Sumatera di Sumbar tahun 2006. Kini, Allah memberikan ganti yang lebih indah. Selamat berkarya FLP Sumbar. Ditunggu karyanya, semoga akhir Mei sudah ada cerpen yang dimuat di koran lokal Sumbar.