Forum Lingkar Pena (FLP) menerima bantuan Fasilitasi Komunitas senilai Rp150.000.000,00 di Bidang Kebahasaan dan Kesastraan Penguatan Komunitas Sastra dari Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Kemendikbudristek tahun anggaran 2024.
Melalui bantuan ini, Forum Lingkar Pena telah menyelenggarakan Kelas Sastra Nusantara di 8 provinsi, yaitu:
1. SMPN 5 Banjarbaru, Kalimantan Selatan
2. SMA Negeri 2 Brebes, Jawa Tengah
3. SMAIT Qordova Rancaekek, Jawa Barat
4. MA Tawakkal Denpasar, Bali
5. MTs DDI Baruga, Sulawesi Barat
6. SMP Ishlahul Ummah Prabumulih, Sumatera Selatan
7. MTsN 2 Maluku Tengah
8. Pesantren Baitul Arqam Sibreh, Aceh Besar
Sebanyak 50 siswa dari masing-masing sekolah telah mendapatkan pelatihan menulis cerpen dan puisi.
Berikut ini 80 puisi terbaik dari masing-masing sekolah.
Dusunku Penuh Makna
Oleh Adhinda Zahara
Kala surya mulai menghampiri
Deru riuh manusia melangkahkan kakinya
Kala angin mulai menghembus
Pisau pemotong menjalankan tugasnya
Tungku api yang membara
Buluh-buluh yang menyelimuti butiran-butiran yang menghidupkan
Buah berbatang tinggi yang mengeluarkan sarinya
Biarkan waktu yang menjadi saksi bisu
Sepasang demi sepasang mata mulai bersapa
Tawa bahagia yang merebak
Meski raga kian penat
Senyum indah menjadi penawar
***
Sungai yang Tercemar
Oleh Lika Wana
Berawal dari benih kemudian tumbuhlah setangkai bunga
Yang hidupnya sama hal seperti manusia
Berawalnya dari bayi kemudian dewasa
Lalu menua hingga datanglah ajalnya
Hewan-hewan merinding ketakutan
Pepohonan yang melihat kerusakan
Gunung menangis karena banyaknya perubahan
Manusia yang hilang kesadaran
Memandang pepohonan yang sudah banyak tak ada
Karena campur tangannya manusia
Yang tak sadar akan kepunahannya
Menyebabkan ekosistem yang ada hilang secara tiba-tiba
Dengan adanya sungai-sungai yang Indah
Memandangnya alam yang sudah tua
Dengan banyaknya hewan yang hampir punah
Karena ulahnya manusia
Ditebang dengan sengaja
Membuang sampah seenaknya
Mereka yang merusak ekosistem yang ada
Tanpa mereka sadari bumi yang sudah tua
Teduhnya beringin tua yang rindang
Dengan burung-burung yang membuat sarang
Bekicau-kicau karena keriangan
Di tebang pohon yang rindang menyebabkan mereka semua hilang
Sadar siapa yang akan jadi pahlawan
Jika kita sendiri yang merusak alam
Diciptakan karena disuruh melestarikan
Bukan untuk dijadikan kerusakan yang mendalam
Danau-danau yang dipenuhi ikan
Dengan ombak yang seakan menari riang
Burung-burung yang seakan pingsan
Melihat air yang jernih menghilang karena dipenuhi sampah yang mengambang
Matahari yang begitu terang
Seakan ingin cepat menghilang
Karena melihat sampah-sampah yang mengambang
Seakan ingin membuat bumi menghilang
***
Lapangan Yang Membisu
Oleh Cristiano Lamato
Di Lapangan yang membisu
Dengan kedamaian,
Berdiri sendiri
Menatap langit biru,
Hutan hutan menari
Dalam hembusan angin
Hembusan angin yang begitu indah
Namun, ada bayangan
Mengganggu keindahannya
Sampah merajalela
Di lapangan lokasi,
Kasihan polusi menyelimuti alam yang rapuh
Kini saatnya tindakan, langkah awal dari kita, jadilah pelindung
Bagi keelokan alam, setitik usaha,
Mengubah arah kehancuran, menjadi penjaga bagi rumah yang kita huni
Tanamlah pohon,
Bersihkan lapangan di lokasi, lindungi tempat kita
Mmagang tindakan kecil, namun berarti besar bagi bumi
Satukan tekad, jadikan keindahan alam anugerah tak ternilai
Satu langkah kecil perubahan yang lebih besar
***
Bumi Nanas
Oleh Afifah Septia Mona
Berada di bujur timur pulau Sumatra
Membujur sepanjang musim panas
Patung putih yang berlambangkan kuda
Keindahan alam yang sejuk dan memikat
Seinggok sepemunyian yang menjadi kekayaan budaya
Subang yang berarti Kota Nanas
Buah nanas yang menjadi keistimewaan alam
Minyak, tanpa tidur lambang kesejahteraan
Mehabung uleh yang berarti tanah meninggi
Jendral Sudirman jalan ke tempat tugu raksasa
Sambal nanas yang menjadi makanan khasnya
Etnis Melayu suku penduduknya
Prabumulih Kota Nanas
17 Oktober tanggal berdirinya
Sedekah dusun yang jadi tradisinya
Seiya sekata itu masyarakatnya
***
Ambung Karya Penuh Makna
Oleh Ainun Lathifa
Wanita paruh baya, baju kurung dan kain dikenakannya
Kaki beralas tanah berpijak
Melewati jalan setapak
Menyusuri lika-liku jalan desa
Menggendong suatu karya penuh makna
Berisikan umbi-umbian
Yang dihasilkan alam
Ia bawa menuju rumah tua
Terlihat seorang lelaki renta
Dengan sebilah besi serta sepotong bambu di tangannya
Ia beranjak menghampiri sang pujaan jiwa
Untuk mempersembahkan sepotong bambu padanya
Diterima dengan penuh gembira oleh sang wanita
Sembari meletakkan hasil panennya
Tangannya yang lincah
Memegang sebilah bambu
Sambil duduk ia pangku
Mulai merangkai sedemikian rupa
Dianyam begitu indah
Sungguh keahlian yang memesona
Simbol seni kearifan desa
Tercipta sebuah karya, bersama manfaatnya
Dengan ambung menjadi julukannya
***
Sungai
Oleh Irfan Alfarizi
Airmu sangatlah jernih mengalir tenang
Menyentuh dedaunan, berbisik lembut menyentuh bebatuan
Bernyanyi rendah menyentuh
Tanah dan menyapa akar-akarnya,
Kau cerminan alam, hijau dan damai dalam
Kau saksi bisu kehidupan yang lestari,
Mencatat kisah yang harmonis alam yang tak ternilai
Di tepianmu tumbuhan flora yang ribuan pohon menjulang tinggi menembus langit biru
Burung-burung bernyanyi mardu, oleh kelalaian
***
Keindahan Alam
Oleh Nopri Yoga Pratama
Di pagi hari …
Kau terlihat indah
Berwarna cerah
Memikat perhatian
Semua kagum
Atas keindahanmu
keindahan alam …
Tak berasap
Membuat udara
Lebih segar
Bunga bermekaran
Aromanya sangat harum
Di sore hari …
Langit berwarna jingga
Memikat perhatian
Untuk dipotret
Terima kasih sang kuasa
Pencipta segala
***
Matahari Begitu Indah
Oleh Putra Jaya
Pagi ini matahari begitu terik
Sinarnya masuk melalui celah-celah pintu
Seakan mengajak untuk segera beranjak
Agar diri segera bergerak
Sinar mentarinya menyilaukan mata
Menjadi pemantik rasa semangat pagiku
Relaksasikan diri dengan olahraga pagi
***
Sekolah Saya
Oleh M. Diwa
Di ujung jalan yang berdebu,
Sekolah berdiri, jauh dan sunyi.
Dari jendela rumah kami,
Tampak siluetnya, tenggelam dalam kabut pagi.
Jalanan berliku, panjang dan terjal,
Di sepanjang perjalanan, batu-batu menari.
Setiap musim hujan, cerita yang sama
Kebanjiran, air meluap, merampas jejak kami.
Di halaman sekolah, genangan mengumpul,
Kolam tak bernama, menggantikan lapangan.
Anak-anak berlari dengan sepatu basah,
Seraya tawa dan tangis bersatu dalam irama.
Gedung tua itu, terendam dalam senja,
Menyisakan kenangan di sudut yang lembab.
Dindingnya retak, melawan waktu dan air,
Menjaga rahasia pelajaran yang sering terhenti.
Ketika air mulai surut, dan matahari bersinar,
Pulang menjadi perjuangan, melewati lumpur dan kerikil.
Sekolah di ujung jalan, jauh dan penuh cerita,
Menjadi saksi perjalanan yang tak pernah mudah.
***
Tetesan Harapan di Kebun Karet
Oleh Eki Aprianto
Pagi merekah di pucuk pohon karet,
embun basah memeluk daun-daun sunyi,
aku berjalan di antara batang-batang bisu,
menyadap luka yang sudah tertanam lama.
Pisau di tanganku tak pernah tajam,
hanya melukis garis,
pada kulit yang sama,
pada pohon yang rela memberi.
Getah mengalir, seperti air mata diam,
kental, putih, penuh janji tak pasti,
setiap tetesnya membawa cerita,
tentang harapan yang tergores waktu.
Orang tuaku petani karet,
tak punya banyak kata,
hanya sabar yang kami tanam,
di tanah merah,
di balik hujan,
di bawah langit yang kadang tak bersahabat.
Harga karet turun naik,
seperti ombak di lautan jauh,
namun pohon ini tetap berdiri,
meski tergores, tetap memberi.
Aku bertanya pada angin,
akan ke mana nanti?
Mungkin meninggalkan kebun ini,
mengejar impian di aspal kota.
Tapi aku tetap di sini,
menyusuri jejak orangtuaku,
menyadap hidup,
menunggu pagi berikutnya,
dengan tangan yang lelah,
dan hati yang tak pernah benar-benar letih.
***
Pagi Hari di Kota Nanas
Oleh Fadhila Az Zahra
Dering alaram mengeluarkanku dari alam mimpi
Membuatku menggerutu malas untuk memulai hari
Namun harus aku lakukan demi mencapai Bintang itu
Demi mengukir senyuman bangga di wajah itu ….
Wajah yang telah menua termakan oleh waktu
Namun masih memiliki jiwa muda menggebu-gebu
Demi sang putri dapat berlari menggapai bintangnya ….
Dan tidak merangkak terus-menerus seperti dirinya ….
Pagi hari di Kota Nanas ….
Aku bersiap untuk mengejar impian itu
Dan ia bersiap mencari rezeki itu
Aku ingin dia tenang di masa tuanya
Dan aku akan memastikannya.
Sebagai ucapan terima kasih, kepadanya ….
***
Ibu Penyemangatku
Oleh Sandri
Pernah aku ditegur
Katanya untuk kebaikan
Pernah aku dimarah
Katanya membaiki kelemahan
Pernah aku diminta membantu
Katanya supaya aku pandai
Ibu ….
Pernah aku merajuk
Katanya aku manja
Pernah aku melawan
Katanya aku degil
Pernah aku menangis
Katanya aku lemah
Ibu ….
Setiap kali aku tersilap
Dia hukum aku dengan nasihat
Setiap kali aku kecewa
Dia bangun di malam sepi lalu bermunajat
Setiap kali aku bangun dalam kesakitan
Dia ubati dengan penawar dan semangat
Dan bila aku mencapai kejayaan
Dia kata bersyukurlah pada Tuhan
Namun ….
Tidak pernah aku lihat air mata dukamu
Mengalir di pipimu
Begitu kuatnya dirimu ….
Ibu ….
Aku sayang padamu ….
Tuhanku ….
Aku bermohon pada-Mu
Sejahterakanlah dia
Selamanya ….
***
Rimbun Kata di Hutan Bisu
Oleh Syaira Azwa Azzahra
Di bawah naungan pepohonan tua
Kata-kata mengakar, menjalar di bumi yang setia
Di setiap helai daun yang terjatuh
Terbaca jejak sejarah yang takkan lusuh
Bumi menulis sajak dengan air mata
Mengalir di sungai, berbisik pada batu yang lelah
Dan angin menyanyikan elegi
Menggoyang daun-daun, mengalun sunyi
Warna hijau bukan sekadar rona
Ia adalah harapan, nafas semesta
Dalam setiap helai rumput yang bangkit pagi
Dalam deru ombak, nyanyi sunyi
Di hutan bisu, burung bersenandung
Sajak alam yang tak perlu rima
Di sana, pepohonan adalah penjaga puisi
Yang menulis dengan waktu, dalam bahasa yang suci
Lestari kata dalam daun dan akar
Di kanvas hijau yang tak terukur lebar
Di sini, sastra hijau hidup dan merona
Menjaga cerita kita, menjaga dunia
***
Negeri yang Rusak
Oleh Gumaisya
Begitu elok nan asrinya negeri ini,
memikat penglihatan serta semua
rasa kagum atas keindahan yang kau beri.
Memberikan lambang kenyamanan
dan ketenangan dalam hati.
Namun kau telah rusak oleh manusia yang
tak tahu diri, menikmati yang kau beri,
namun mengambilnya tanpa hati.
Dahulu sejuk nan jernihnya air bisa dinikmati,
sekarang keruhnya air yang kita dapati
dahulu hijaunya alam bisa ditemui,
sekarang tandus nan gersang yang kita hadapi.
Sekarang marilah perbaiki perilaku,
rawatlah negeri, yang telah memberi.
***
Ilmu
Oleh Reina Hummaira Putri
Bagaikan bunga di halaman
Yang disirami setiap hari,
Bagaikan pohon di taman
Yang tetap berdiri meski sendiri.
Aku adalah bunga di halaman
Yang disirami ilmu setiap pagi,
Guru adalah pohon di taman
Yang tetap melindungi meski entah diri sendiri.
Tetaplah jadi bunga di halaman yang disirami setiap hari
Yang menimba ilmu setiap pagi,
Pohon akan melindungi dari badai dan angin yang datang lalu pergi
Jangan takut untuk melangkah maju dan berlari.
Terbanglah setinggi langit menjulang tinggi
Hingga kau temukan tempat untuk berlabuh dan kembali,
Lihatlah ke bawah sesekali
Kembali jika engkau hilang arah dan merasa sendiri.
***
Lingkunganku
Oleh Faza
Indahnya lingkunganku ini
Hamparan hijau yang sangat luas
Udara segar meluasi seluruh tempat
Laut biru yang terbentang jauh
Bagai lukisan tak kenal harga
Negeri yang sangat indah
Dengan banyak pesona alam
Negeri indah yang inginku jaga
Ingin kutunjuk pada dunia
Apalah itu semua bagi kita
Kita hancurkan
Kita rusaki
Kita kotori
Bagai sampah tak punya nilai
Memang manusia sangatlah egois
Diberi harta yang sangat indah
Mereka hancurkan tanpa rasa salah
Dibiarkan bagai angin yang lewat begitu saja
***
Indahnya Alam
Oleh Alika Nuzulul
Kicauan burung yang menemani di setiap pagi
Membawa energi untuk setiap insani
Udara sejuk menenangi hati
Pelengkap semangat menjalani hari
Angin yang berembus tiap detiknya
Dedaunan bagai menari dibuatnya
Langit biru dihiasi gumpalan awan silih berganti
Selalu cantik dipadukan cahaya matahari
Hamparan langit jingga menghangatkan jiwa
Matahari seolah tenggelam ke dalamnya
Tergantikan oleh bulan dan gemerlap bintang menerangi
Menerangi di kala gelapnya malam
Kadangkala gemericik air hujan datang mengiringi
Meninggalkan jejak munculnya pelangi
Aroma tanah menyeruap ketika hujan telah berhenti
Bunga-bunga kembali bermekaran warna-warni
Ku dibuat takjub indahnya alam ciptaan-Nya
Mampu mengobati diri ini
Menjadi teman di kala sepi
Juga pengingat untuk mensyukuri kenikmatan dari-Nya
***
Manusia
Oleh Gloryosha Allamanda S
Manusia dengan berjuta alasannya
Merusak dunia dan seisinya
Bagai robot yang tak punya hati
Matilah peradaban mati
Laras-laras dingin penyangga pagi
Gelapnya angkasa dan kota mati
Betapa ricuhnya pasar senjata
Keangkuhan merajalela
Bisakah engkau mengubah dunia
Sampaikan pada makhluk berakal
Jemari lentik nan anggun milikmu
Sangatlah kami menunggu
Rampaslah ia tak berarti
Hancurkan kesempurnaan yang keji
Pantaskah mereka
Mesin harus diredam alam harus menang
***
Andai Tangkai
Oleh Irsalina Tazkiyah Maulida
Kau terjebak lagi dalam lamun
Aku tahu kau sedang berandai
Dalam kepala kecil bagai limun
Yang terisi andai nan ramai
Kau bilang andaimu tak berarti apa pun
Tapi tatapanmu seolah kau ingin aku tahu
Jika aku daun
Pasti kau tangkaiku, tatapmu
Keringnya daunku
Membuatku jatuh dari tangkaimu
Aku tahu hal itu yang ada pada diriku
Begitu juga dalam andai tatapmu
Aku tahu jatuh dari tangkai bukan inginku
Begitu pula bukan inginmu
Saat ini pasti kau berandai tentangku
Berandai akan ke mana angin meniup daunku darimu
***
Indahnya Alamku
Oleh Mulkya Akbar
Alamku
Betapa indahnya dirimu
Udara sejuk di pagi hari
Alangkah indahnya ciptaan Tuhan
Gunung tinggi menjulang
Indahnya sungai mewarnai pemandangan
Air terjun sangat dingin
Dan embun sore yang sejuk
Berdiam diri di tepi pantai
Sambil menikmati indahnya pantai
Alangkah baiknya kita mensyukuri pemberian Tuhan
Alangkah indahnya pemandangan kita
***
Lingkungan Alam
Oleh Nuri Askana
Hijau memenuhi panorama yang menawan
Pohon-pohon menjulang tinggi bersama dedaunan
Kicauan burung yang menyapa dengan sopan
Hangatnya cahaya dan udara yang menyejukkan
Teduh embun membawa kedamaian
Gemercik suara air mengalir
Kucium harum bunga yang menari riang
Dalam seruan alam yang penuh kegembiraan
Namun, sayangnya
Manusia seringkali mengabaikan peringatan alam
Mencemari, merusak, dan mengotori sekitar tanpa tahu tujuan
Sampah berserakan di mana-mana
Sungai yang sudah tercemar warnanya
Polisi yang melanda mengancam keberlangsungan
Mengusik keseimbangan alam yang tenang
Mari kita jaga dengan satu tindakan kecil
Satu langkah awal untuk menciptakan perubahan
Karena saat itu bumi mulai rapuh.
***
Kupeluk Angin
Oleh Wangi Ayu
Kupeluk angin dengan sepenuh hati
Bagaikan ku memeluk seorang diri
Alam hijau yang berseri-seri
Seperti lingkunganku saat ini
Kupandangi pohon-pohon yang menari
Menari bagaikan melindungi diri
Hembusan angin berlalu lalang
Kutersenyum saat ini
Lingkunganku penuh dengan keindahan
Lingkungan yang membuatku nyaman
Hingga saat ini kuterdiam
Menikmati keindahan saat ini
Lingkunganku selalu membuatku nyaman
Kenyamanan yang membuatku aman
Hatiku senang hatiku penuh dengan bunga
Kini kubangga dengan lingkunganku ini
***
Hilangnya Hijau
Oleh Anissa Rakhmawati
Di dunia yang berisik ini,
manusia membangun dengan pertimbangan,
membangun untuk kemajuan mereka,
tanpa memikirkan dampak yang mereka buat.
Bumi yang panas karena marah,
lapisan-lapisannya mulai terluka,
Air dan tanah tak seperti dahulu,
hasil yang diimpikan manusia, akhirnya tiada hasilnya.
Penemuan-penemuan yang menambah masalah,
seakan tak peduli kelanjutannya.
Manusia yang pintar, namun tak dapat berpikir,
apa arti memikirkan masa depan? Kami hanya peduli akan saat ini.
Bumi yang dahulu kala hijau, kini tak lagi,
pasti manusia yang menyebabkan semuanya,
tak memikirkan bumi yang rapuh dan tua ini.
Hai manusia, berpikirlah!
Cobalah berpikir untuk hidup yang berkelanjutan,
kalian telah mengambil semuanya.
***
Daun Berbicara
Oleh Cahya Jatri Nanda
Di tengah heningnya pagi,
Daun-daun berbisik lembut,
Menyampaikan cerita alam,
Tentang kehidupan yang tak pernah surut.
Hijau mereka, lambang harapan,
Menyerap cahaya, memberi napas,
Setiap helaian, sebuah pelajaran,
Tentang cinta dan keseimbangan yang luas.
Dari akar yang dalam,
Mereka berdiri teguh,
Menahan angin dan hujan,
Melawan terik dan dinginnya suhu.
Daun berbicara dalam sunyi,
Dengan bahasa yang tak terucap,
Menggugah jiwa untuk peduli,
Agar bumi tetap sejuk dan indah.
***
Kota Hijau
Oleh Ilham Hibatullah
Di tengah kota yang sibuk dan padat,
Hijau bersemi dalam setiap sekat,
Rindang pohon menari ditiup angin,
Membawa damai di hiruk-pikuk mesin.
Taman kecil di sudut jalan sepi,
Adalah oasis bagi hati yang letih,
Di sela gedung yang menjulang tinggi,
Hijau adalah pelipur jiwa ini.
Daun-daun berbisik lembut menenangkan,
Mengajak kita sejenak melupakan,
Bahwa di tengah beton yang keras dan kaku,
Hijau tetap hadir, memberi haru.
***
Air Terjun
Oleh SYifa Ramadani Aresal
Gemericik tetesan suara air terjun mengalir
Airnya menyusuri bebatuan berpasir
Menyeruak gelembung berbulir-bulir
Terhempas angin debu terbang berbutir-butir
Kicauan burung terdengar merdu
Bagai nyanyian nan syahdu
Mentari bersinar buram sendu
Menyatu dengan alam nan padu
Burung berkelompok terbang beriringan
Mengitari air terjun di sela bebatuan
Hinggap di ranting pepohonan
Sungguh indah alam pedesaan.
***
Jejak Beton
Oleh Nesya Najwa Tartila
Beton merayap, menelan ruang hijau, Gedung menjulang, langit terhalang,
Asap pabrik, menari di udara,
Menyisakan langit kelabu, hampa.
Sungai terkurung, beton dan baja,
Airnya keruh, tak lagi jernih,
Burung-burung terbang, mencari ruang,
Di antara gedung, mencari udara segar.
Hutan tergusur, pohon-pohon tumbang,
Tanah kering, tak lagi subur,
Alam menangis, terluka dan tersiksa,
Di tangan manusia, yang rakus dan tamak.
Manusia, terjebak dalam beton, Lupa akan alam, sumber kehidupan,
Keagungan alam, terlupakan,
Di tengah hiruk pikuk, dunia modern.
***
Buana Butuh Penghijauan
Oleh Marlina Heri Wijayanti
Dulu bumi bagaikan lautan hijau
Namun sekarang bumi tak terlihat hijau lagi
Suara kicauan burung lenyap
Digantikan dengan klakson kendaraan
Global warming berganti dengan global belling
Hey manusia, bisakah kalian kembalikan bumi yang hijau lagi?
Buana juga butuh penghijauan
Apakah kalian tidak takut dengan laknat Tuhan?
Buana, buana adalah dunia
Ingat, sebelum laron berterbangan
Tanam kembali apa yang sudah kalian tebang
Hijaukan kembali buana ini
Apakah kalian tidak tercekik dengan karbon dioksida?
Lihatlah banyak para hewan-hewan terkena dampaknya
Hutan yang dulunya rimbun sekarang gundul ulah manusia
Bukankah itu tindakan keji? Bumi sudah merintih
Tangan-tangan halus harus mau membelai bumi ini
Hijaunya bumi bukan hanya untuk keindahan
Hijau untuk bumi adalah kelestarian kehidupan
Buana harus hijau kembali, bumi akan sehat kembali
***
Mimpi Sejuta Dolar
Oleh Faliska Giggsy Aulya
Alunan sejuta mimpi berselayar dengan damainya
Menciptakan harapan penuh pada patri hati Memberikan impresi cinta damai
Dalam atma, mengatakan bahwa itu akan terjadi
Menyiratkan sisa bayang
Samar dan berlalu menebar ragu
Janganlah seperti itu kawan
Terjebak, terlena, terhempas dalam alunan kelabu ilusi
***
Pertemuan
Oleh Fadilah Indriati
Temu yang tak terencana.
Menghadirkan semburat cinta.
Larut tanpa aba-aba bersama rasa
Teruntuk Indonesia.
Mentari tenggelam, bersama munculnya Bulan.
Suara Pohon rindang, bagaikan Melodi berbisik.
Bersama heningnya malam.
Seolah bercerita atas apa yang manusia lakukan.
***
Senja Membuatku Tenang
Oleh Dwi Rahma Aulia
Senja tiba di ujung barat,
Cahaya merah merayap perlahan,
Langit berubah, gelap menari,
Menyambut malam yang sepi.
Angin berbisik pada dedaunan,
Rahasia hari yang telah berlalu,
Dan aku berdiri, terdiam,
Menyaksikan dunia perlahan membeku.
Warna-warna lembut berpadu,
Menghias langit yang kelam,
Seperti hati yang terluka,
Namun tetap kuat dalam diam.
Malam pun datang merangkul,
Dengan tenang menghapus sisa cahaya,
Di sanalah aku temukan damai,
Dalam keheningan yang sempurna.
***
Laut Biru
Oleh Farras DK
Betapa indahnya negeri ini
Laut yang berombak-ombak
Lereng yang bertingkat-tingkat
Angin berhembus sepoi-sepoi
Berdiri aku di tepi Pantai
Di bawah langit yang membentang
Merasakan keindahan negeri
Indonesia yang kusayang
Indonesia negeri katulistiwa
Beribu nikmat di dalamnya
Pemberian dari Tuhan Yang Esa
Agar bersyukur kita kepadaNya
***
Rintik Sastra Hijau
Oleh Talitha Neysa Azaria Pratistya
Dalam lembar daun yang sunyi,
terukir aksara alam nan syahdu,
puisi hijau berbisik lembut,
menyusur angin di sela ranting biru.
Langit mencipta bait pada pagi,
mentari mengeja cahaya di atas bumi,
mengajak embun menari di rerumputan,
mendongengkan kisah hutan yang tak henti bersemi.
Sungai menulis puisi pada arusnya,
mengalirkan kata dari akar hingga laut,
dalam gelombang tenang yang melukis hati,
membawa pesan dari pepohonan yang menyatu.
Dalam sajak hijau ini,
setiap daun adalah bait,
setiap pohon adalah kalimat,
dan bumi, buku yang tak pernah terhenti dibaca.
Sastra hijau, bahasa alam yang abadi,
mengajarkan kita tentang kehidupan yang harmoni,
dalam keheningan hutan dan gemuruh samudra,
tersembunyi hikmah yang tak lekang oleh masa.
***
Pantai
Oleh Alifah Trisnawati
Pantai tempatku bercerita bersama temanku.
Aku sangat suka dengan pantai.
Karena di sana lah tempat untuk bermain.
Aku selalu senang jika melihat pantai,
Kerena pantai itu sangat indah.
Setiap aku datang pasti disambut,
dengan deburan ombak dan langit senja,
Langit yang indah dengan suara deburan ombak,
Bisa membuat pikiranku menjadi tenang.
Dikala aku sedih aku selalu pergi ke pantai.
Pantai sudah kuanggap sebagai teman.
Karena aku bisa bercerita dan berteriak sesuka hatiku,
Pantai juga akan setia mendengarkan semua keluhku.
Ombak akan menjadi tenang jika aku bercerita,
Jika aku berteriak gelombang menerjang,
Angin bergemuruh dan burung berkicau,
Di pantai ini kita bahagia,
Di pantai ini kita tertawa.
***
Indahnya Darat dan Laut
Oleh Meli
Di pantai yang sunyi di bawah langit biru cerah
Tanaman tumbuh di tepi samudera yang luas
Alam indah dengan gelombang dan pasir
Menjadi cinta abadi dalam kehidupan
Dalam setiap butir pasir ada cerita yang terukir
Tentang kehidupan laut yang tersembunyi di dalamnya
Dedaunan bergerak tersapu oleh angin
Menyampaikan pesan tentang cinta pada bumi dan laut
Gemericik air dan suara burung
Kami menyatukan cinta pada bumi dan laut
Keberagaman kehidupan di bawah permukaan
Menjadi saksi betapa pentingnya menjaga kebersihan
Di sinilah antara laut dan darat bersatu
Kita belajar menjaga dan merawat warisan alam
Dengan tangan yang penuh kasih
Kami bersihkan pantai agar bersih dan indah
***
Pengacau Damai Tanah Hijau
Oleh Andra Prasasta B
Dalam genggam besi berkilau,
Semua harapan terbungkus rapat,
Namun di balik cahaya gemerlap,
Tersimpan racun yang berangkat.
Hutan rontok, si burung melayu,
Dedaunan hening, tak lagi bercerita,
Belantara yang dulunya megah,
Kini tiada, hanya tabir duka.
Siring mesin, menggerus waktu,
Kehidupan tertinggal dalam debu,
Makhluk kecil merintih pilu,
Di tangan manusia yang tak beradu.
Apakah kita hanyalah penonton,
Melihat alam merangkak perlahan,
Atau bangkit melawan kebodohan,
Menyelamatkan bumi, harapan kehidupan?
***
Sisa Daun di Musim Gugur
Oleh Shifa
Di taman yang kini sepi,
daun-daun gugur meratapi,
sisa-sisa hijau yang pudar,
menyisakan jejak yang samar.
Angin menyapu lembut,
membawa bisikan pilu,
tentang cinta yang hilang,
di bawah langit kelabu.
Setiap daun yang jatuh,
seperti fragmen kenangan,
menghantui tanah yang dingin,
dalam hening yang menyakitkan.
Dalam kehijauan yang memudar,
aku mencari bayangmu,
namun yang tersisa hanya,
kisah sedih di antara daun.
***
Dalam Pelukan Alam
Oleh Chalista Camila
Di pagi cerah mentari bersinar
Bunga-bunga kuncup, yang mau bermekar
Angin berbisik mengalun syahdu
Memanjakan rasa kalut.
Kupu-kupu menari di taman hijau,
Warna-warni sayapnya yang harmoni,
Di bawah sinar lembut merasa malu
Hidup ini indah sangat abadi.
Sore hari datang langit jadi jingga
Memudarkan segala kepenatan
Hati ini terasa lega
Menjelang malam bintang bersinar nyata
Ketika malam tiba
Bulan cerah memancar
Dalam hening malam
Hati bergetar lembut dan bernada
Menemukan kedamaian
***
Laut
Oleh Diandra
Laut biru yang tenang dan luas,
Menyimpan kehidupan, harapan, dan impian,
Namun, sampah datang merusak megahnya,
Jaga kebersihan, untuk masa depan yang cerah.
Ikan menari di antara terumbu karang,
Namun plastik dan limbah menjadi penghalang,
Jaga laut agar tetap indah bersinar terang,
Agar anak cucu menikmati kehidupan yang tenang.
Ombak membawa cerita dari masa ke masa,
Namun sampah mengotori kisahnya yang berharga,
Mari kita rawat, jangan biarkan tercemar,
Agar laut tetap hidup, penuh cinta dan sejahtera.
Setiap tetes air adalah nyawa,
Setiap pantai adalah anugerah yang dijaga,
Bersihkan laut, jauhkan dari noda,
Agar bumi tersenyum, laut tetap bercerita.
***
Abu Bentala
Oleh Abdul Raziq
Tersirat lembayung semburat jingga
Berkawat saung terjerat harga
Sempat termenung membuai raga
Merapat agung akibat dahaga
Langit kutatap dengan gulita
Gelap … tanpa asa
Terjepit asap menutup pelita
Menatap alam kian binasa
Hitam dan abu
Kini ialah langitku
Kelam dan debu
Ironi bumiku
Jari siapa sang pelaku
Beri torehan tuk alamku
Warisan tawang anak cucu
Tirisan usang bercorak belacu
***
Naungan Daun Rimbun
Oleh Adinda
Di bawah naungan daun yang rimbun,
Tertulis kisah alam yang syahdu,
Bait-bait angin menyapa lembut,
Menyampaikan pesan dari hutan yang bisu.
Di tepian sungai, pena menari,
Menggoreskan riak kehidupan yang mengalir,
Setiap kata adalah daun yang gugur,
Meninggalkan jejak di tanah yang sabar.
Sastra hijau, suara bumi yang merdu,
Berbisik dalam sunyi, merenungi waktu,
Mengajak jiwa-jiwa yang terlupa,
Untuk kembali menyentuh akar semesta.
Dalam lorong pepohonan, kata tumbuh,
Menggapai langit dengan harapan tak runtuh,
Merajut puisi dari warna dedaunan,
Menghidupkan kembali cinta yang terpendam.
Kita, anak-anak bumi yang lena,
Di bawah bayang kata-kata yang menyala,
Mari kita dengar sastrawan alam,
Mengajarkan harmoni dalam pelukan hijau yang dalam.
Sastra hijau, warisan dari tanah yang suci,
Mengingatkan kita pada janji yang abadi,
Menjaga, merawat, dan mencinta,
Agar alam tetap bersuara, tak hanya dalam cerita.
***
Mendambakan Sang Hijau
Oleh Ladhisya
Di setiap helai daun, ada makna yang tersembunyi.
Di balik pohon rimbun, ada sajak yang bersembunyi.
Cinta tak terbendung untuk sang hijau.
Sungguh sejuk pemandanganmu hijau.
Biji benih yang kutanam rapih dengan kasih.
Hatiku tertanam semangat juang melindung penuh kasih.
Lestarikan bumi ini untuk kita bersama-sama.
Semoga cucu kita kelak, bisa merasakan aroma.
***
Lingkunganku
Oleh Raysa Janetta
Di pagi hari yang cerah
Tanpa adanya sampah
Menghilangkan keluh kesah
Menciptakan hari yang indah
Lingkungan adalah rumahku
Akan kujaga setiap waktu
Kusingkirkan semua debu
Walaupun hidup penuh lika-liku
Pohon yang inginku pandang
Takkan kubiarkan kau menghilang
Takkan rela pohonku ditebang
Akanku jaga selalu tetap rindang
Lingkungan yang memukau
Daun-daun dan bungamu
Bagai permata di mataku
Membuatku ingin selalu merawatmu.
***
Saksi Bisu
Oleh Jesi
Ribuan mata serentak memandang
Tapi mata bagaikan tunanetra
Meski jeritan akan berkumandang
Telinga mengatup menolak suara
Ketika melihat wujudnya yang indah
Kita sontak terpana dan terpesona karenanya
Namun ketika dirinya terluka parah
Kita tak merasakan bahwa amat merana dirinya
Alam …
Lihatlah dirimu
Betapa rapuhnya dirimu
Betapa kacaunya keadaanmu
Sejuknya udara dan jernihnya mata air
Rimbunnya hutan dan hamparan pasir
Suburnya tanah dan hijaunya flora
Rapihnya pematang sawah dan jutaan fauna
Terlalu banyak nikmat yang alam beri
Terlalu banyak pula kita telah mengeksploitasi
Semua kasih saying yang alam berikan
Namun kita balas dengan keserakahan
Manusia durjana
Alam pun merana
Manusia dengan nafsunya
Alam pun membisu dengan sabarnya
***
Di Bawah Daun Hijau
Oleh Iksan M. Rauf
Di bawah daun hijau yang lebat dan rindang
Sang matahari bermain cerah dan ceria
Menari-nari di sela-sela ranting yang panjang
Cerita kisah tentang alam yang tiada henti penuh bahagia
Akar-akar tanah yang dalam dan kokoh
Jaga rahasia bumi dengan penuh kasih
Ingatkan kita bahwa dalam keheningan yang dalam
Terdapat kekuatan yang bentuk dan beri hidup pada segala sesuatu
Sungai mengalir lembut dan penuh cerita
Sampaikan pesan dari pegunungan tinggi
Bahwa kehidupan ini seperti arus yang terus bergerak
Selalu berubah tetapi selalu memiliki arah dan tujuan yang pasti
Bunga-bunga mekar dengan warna-warna ceria
Tawarkan keindahan di setiap kelopak
Ajarkan kita bahwa dalam setiap perubahan ada keindahan
Dalam setiap akhir ada awal yang baru lalu menunggu di balik sudut
Angin berbisik lembut menyapa setiap daun
Bawa pesan dari jauh dari tempat yang kita tidak tahu
Kita diingatkan bahwa dalam setiap desiran
Ada pelajaran tentang perubahan dan penerimaan yang harus kita pahami
Malam tiba bintang-bintang bersinar lembut
Gambarkan keajaiban di kegelapan yang dalam
Bahwa bahkan dalam kegelapan kita dapat temukan harapan
Di bawah langit yang luas kita saling terhubung dan saling dukung
***
Di Taman Hijau
Oleh Anindhya Rahmawati
Di taman hijau yang tenang
Di mana angin berbisik lembut
Daun-daun menari di pagi yang cerah
Tawarkan kesan damai yang tulus
Pepohonan lebih estetik tinggi terbentang langit
Akar-akar menjalin bumi yang subur
Di antara godaan rerumputan
Hidup sederhana dalam rasa yang sama
Sungai kecil berkilau lembut
Ia sapa setiap batu dengan senyum
Ikan-ikan lompat ceria di dalamnya
Suaranya bercerita tentang hidup
Kupu-kupu terbang penuh warna
Sentuhi setiap kelopak bunga
Hiasi pagi dengan keindahan
Di dunia hijau penuh pesona
Di sini kita belajar dari alam
Tentang kesederhanaan dan ketenangan
Di taman hijau ini menemukan
Kesejukan jiwa yang tak ternilai
***
Rintihan Alam
Oleh Rhadiya Zahira Patty
Di lautan biru yang jauh terbentang
Kisah penuh duka pencemaran laut
Air yang jernih kini tercemar di laut
Begitu indah lautan biru kini hancur
Ikan-ikan berenang di laut jernih
Kini mereka berenang di laut keruh
Rumput laut yang hijau jadi cemara kematian
Seketika lautan seperti air bah yang penuh sampah
Air yang dulu merasa senang
Sepertinya merintih dan pilu
Sakit tiada taranya
Ingin mengumpat tapi tidak ada yang membantu
Laut adalah warisan nenek moyang
Kita jaga untuk masa depan bumi
Supaya generasi bahagia dan bisa berumur panjang
Dan kita bisa bersahabat dengan alam
***
Desa yang Asri
Oleh Afifah Mahda Aidina
Angin yang segar dan sejuk
Pepohonan yang rindang dan embun pagi di dedaunan
Yang membuat hati tak pernah bosan
Menjadi tempat dalam deraian syukurku
Suasana lingkungan yang asri
Kicauan burung yang merdu bagai melodi lagu
Yang membuatku tak pernah ragu
Untuk mengunjunginya kalau ada luang waktu
Keadaan pedesaan yang rukun
Hewan-hewan ternak yang digembalakan
Padang hijau yang membentang luas
Sepanjang mata memandang
Bukit-bukit yang hijau
Rerumputan yang lembab dan lembuat
Pemandangan asri yang memukau
Membuat mata siapa pun terpukau
Air sungai yang mengalir deras
Dari atas jembatan melihatnya dengan kagum
Awan mulai menyatu dengan langit
Mulai memperlihatkan keindahan suasananya
Ketika hujan turun membasahi bumi
Membentuk genangan–genangan air
Guntur dan kilat menggelegar
Namun ada hal yang indah setelah itu
Pelangi yang indah melengkung di langit
Walau agak memudar dan menyatu
Keindahan ciptaan yang Esa
Menjadi pemandangan tak terlupakan
Senja menyingsing menyelimuti hari
Matahari yang mulai perlahan-lahan terbenam
Menjadikan senja yang tak terlupakan
Pemandangan sore dan pelangi yang indah terpadu sempurna
***
Serenade Alam Pagi
Oleh Nikesha Syifa Makuituin
Saat mentari merangkak di ufuk timur
Burung-burung merajut lagu lembut
Mengukir keindahan dalam setiap embun pagi
Menyambut hari baru dengan penuh rasa
Rerumputan menari dalam sentuhan angina
Seolah menyampaikan kisah lama yang lembut
Sungai berkilau menari riang di antara batu
Menyanyikan lagu dari kedalaman bumi
Hutan menghembuskan bisikan dan dedaunan
Menyampaikan melodi rahasia dalam bahasa alam
Gunung berdiri megah penjaga langit
Menjaga kedamaian dalam pelukan awan
Di bawah serenade pagi yang abadi ini
Kita menyatu dengan keajaiban sederhana
Mengisi hati dengan rasa syukur yang mandalam
Menyambut hari dengan harmoni tak ternilai
***
Masohi
Oleh Fika Ayumia Hanif
Matahari senyum di pagi
Udara segar sejukkan hati
Pohon-pohon kabebuya hijau berdiri
Menyapa kami dengan penuh cinta kasih
Di bawah langit biru yang cerah
Air kali udang mengalir jernih
Gemercik merdu mengisi pagi
Menjadi berkat bagi masyarakat
Tugu Pamahanu Nusa kokoh berdiri
Dikelilingi taman indah dan rapi
Para kawan asyik bermain dan berlari
Nikmati alam dengan wajah berseri
Burung berkicau riang dari atas dahan
Bagaikan melodi alam yang tak pernah bosan
Kabebuya mekar menghiasi sepanjang jalan
Warnanya cerah membawa kedamaian
Udara segar, angin berbisik lembut
Belai dedaunan yang tak pernah layu
Lingkungan asri, karunia yang maha suci
Mari dijaga agar tetap abadi
Inilah kotaku
Tempat aku lahir, tumbuh dan bermimpi
Lingkungan surga bagi kami
***
Alamku Maafkan Mereka
Oleh Dian Irawati Wasahua
Dengan lensa kelopak mata yang kumandang
Aku berharap melihat alam yang ragam rupa
namun tampaknya aku keliru, sebab hanya bencana yang terjadi
Aku bercermin sambil melihat lingkungan
Pohon rindang yang semestinya menjadi paru-paru dunia
Kini hilang akibat ulah manusia
Alam dengan kekayaan yang melimpah
Kini habis dengan percuma karena ulah manusia yang serakah
Alamku tak lagi memiliki wajah
Alamku tak lagi bertumbuh indah
Udara tercemar karena polusi
Tanah tak sibuk karena limbah
Lantas apakah tak kau ingat?
Akan anak cucu yang mengharapkan udara segar
Mengharapkan kesejukan alam
Sekarang sudah rusak alamku
Hidup berkalang tak peduli
Merusak kemakmuran alam
Dan keindahan wajah kota
Alamku maafkan Mereka
Mari
Selamatkan alam
Untuk anak dan cucu kita nanti
***
Keheningan Hutan
Oleh Zahira Z. Wasahua
Dulu, hutan ini, rimba nan hijau jadi rumah bagi satwa
Sungai mengalir jernih
Segarkan jiwa
burung-burung berkicau, riang dan gembira
Hari ini daun layu, terbakar api
Hutan menangis, menjerit kesakitan
Asap hitam melambung
Cemari langit simpan luka, yang tak terobati
Manusia
Engkaulah penyebab semua ini
Rakusamu, menghancurkan alam
Engkau menebang pohon, tanpa ampun
Kau juga, mengotori sampah di sungai dan laut
Hutan penuh air mata
Minta tolong entah kepada siapa
Untuk jaga alam supaya tetap indah
Tuhan masih diam, jangan sampai Ia muak
***
Indahnya Senja di Tepi Pantai
Oleh Said Faozan Assegaff
Ketika kududuk
Pasir mulai menyapa kulitku
Melihat ombak yang sedang berlomba-lomba ke tepi pantai
Angin dari samudra mulai menghembus di wajahku
Melihat langit perlahan-lahan mulai gelap
Matahari pun mulai turun dari atas langit
Aku pun mulai menutup mataku beberapa saat
Dan mulai membuka mataku perlahan
Senja sudah tiba
Ia yang begitu indah
Mataku terpesona melihat keindahan senja
Bagaikan emas yang muncul dari dalam tanah
Tapi, perlahan matahari pun mulai tenggelam
Senja pun perlahan mulai menghilang
Samudra menyambut tenggelamnya matahari
Dan matahari pun sudah tenggelam
***
Lestari Indonesiaku
Oleh Nasya Kirana Efendi
Di setiap derap langkah menemaniku
Keindahan gunung menjulang
Hingga lautan terbentang
Menjadi mitra dan saksi kelanaku
Pulau-pulau berbisik dalam desiran angin,
Seakan-akan alam menyambutku dengan pelukan teduh
Di buana hijau dan elok ini
Kucari damai dalam pelukan alam
Di lereng gunung dan tepian sungai
Kau ajarkan tentang arti kehidupan
Melalui setiap jejak yang kutinggalkan
Aku temukan diriku dalam tenangmu
O, Indonesia yang hijau
Kau sahabat yang tak pernah pergi
Setiap sudutmu menyimpan keajaiban
Menjadi sahabat kelanaku
Kicauan burung bersahutan penuh warna
Mengisi udara dengan melodi yang ceria
Daun-daun bergoyang menari ringan
Senyum alam dalam gemercik angin yang meriang
Bunga bunga bermekaran dalam keindahan
Menghadirkan warna-warni penuh kebahagiaan
Mereka adalah hiasan dalam kehijauan
Simbol keindahan yang abadi dan murni
Langit biru berbalut awan lembut
Melindungi dunia dengan cakrawala yang lugas
Di bawahnya hutan dan padang menghijau
Menjadi penyejuk di kala panas yang membakar
Puisi ini hadir
Dari rasa cinta mendalam
Untuk alam hijau yang indah dan penuh hikmah
Agar keindahan ini selalu lestari dan abadi
***