Tarim – FLP Hadhramaut kembali mengadakan pelatihan menulis bulanan pada hari kamis (14/4) . Kali ini tema yang dijadikan tajuk utama adalah pelatihan EYD, bertepatan dengan acara rutinitas pembacaan maulid nabi Muhammad SAW di Darul Mustafa yang diasuh oleh seorang ulama karismatik Habib Umar bin Hafidz.
Rangkaian acara dimulai pada pukul 21.00 KSA dan langsung dipimpin oleh pembawa acara, Ahmad Faishal Amiruddin. Acara berjalan dengan tertib dengan diawali pembacaan surat Al-Fatihah, kemudian dilanjutkan dengan Salam Pena tentang EYD yang kali itu diisi oleh Yanuardi Syukur, penulis buku “The Miracle of Sabar”. Motivasi dari penulis hebat ini menyihir audien dan menyulut semangat mereka dalam menulis. Setelah Salam Pena, acara dilanjutkan dengan Diklat Ngaji EYD yang disampaikan oleh Ahmad Nizar Syamwil, penulis buku “Isa Al-Masih, Panji Kemenangan Umat Islam.”
“Kami persilahkan kepada narasumber untuk menyampaikan pembahasan,” ungkap Bahruddin Rasyid Kamilin yang saat itu menempati kursi moderator. Tepuk tangan dan sorak sorai audien menyambut dan menghidupkan suasana. Pembahasan kali itu cukup menarik, karena berkaitan tentang tata cara menulis. Bagaimana peletakan tanda baca, mengenal berbagai kata serta kaidahnya yang memang tidak dapat dipungkiri banyak tidak diketahui oleh kebanyakan penulis pemula.
Penjelasan demi penjelasan mulai diuraikan. Tabir demi tabir mulai disibak untuk membuat para anggota FLP Hadhramaut semakin mengerti bagaimana cara menulis yang benar, karena memang hal ini masih begitu misteri bagi anggota.
“EYD yang pernah berlaku di negara Indonesia memiliki masa dan kulturasi yang berbeda setiap fasenya dalam kurun sejarah. Fase awal dinamakan ejaan lama. Dan ini terklasifikasi pada ejaan melayu, contohnya: Jang di baca Yang. Kedua ejaan republik, contohnya: goeroe dibaca Guru. Fase berikutnya yaitu ejaan yang di sempurnakan atau yang kita kenal sekarang dengan nama EYD,” terangnya.
Acara semakin terlihat nyawanya ketika sesi dialog, di mana hampir semua anggota aktif bertanya dan mengungkapkan semangatnya dalam belajar menulis. Terbukti dari banyaknya pertanyaan yang tidak mampu terjawab semua, karena waktu yang sangat terbatas.
Setelah mendengarkan pemaparan materi dari narasumber, kini tibalah saatnya para anggota untuk praktik menulis dari apa yang mereka tahu di dalam diklat. Dua paragraf tulisan tanpa tanda baca dan tidak beraturan kaidahnya diberikan kepada semua anggota. Tugas anggota adalah menyusun dan meletakkan tanda baca yang tepat serta meletakkan huruf kapital yang sesuai dengan aturan. Ini seolah menjadi ujian mereka sekaligus praktik lapangan, bukan hanya teori belaka. Sepuluh menit sudah berlalu dan penasihat umum FLP, Adly Al-Fadlly, menjelaskan tata cara penulisan yang benar dalam dua paragraf tadi, meliputi peletakan tanda baca dan ketepatan EYD-nya.
Setelah diklat, acara yang dihadiri oleh sekitar 40 anggota FLP Hadhramaut ini dilanjutkan dengan pembagian hadiah lomba menulis puisi yang mana merupakan wujud praktik menulis puisi dalam diklat puisi bulan lalu. Dua pemenang dinyatakan berhak mendapatkan bingkisan hadiah dari FLP Hadhramaut. Mereka adalah Sutrisno dan Anwar Mustajab. Hadiah langsung diberikan secara khusus oleh ketua FLP Hadhramaut, Tufiq Ibnu Karim dan pemateri diklat puisi bulan lalu, Muhammad Mulyono yang juga menjabat sebagai bendahara FLP Hadhramaut.
“Satu jam setengah seolah hanya embusan nafas, aroma sihir telah merajut relung jiwa, sehingga kami tak sadar dengan waktu yang terus berjalan”, ujar salah satu anggota.
Tidak mudah menjadi jurnalis andal, namun tidak ada kata menyerah sebelum titik darah penghabisan, belajarlah dari kesalahan. Rangkaian acara ditutup dengan doa yang dipimpin oleh Habib Al-Qadri. Diklat FLP hadhramaut, berakhir pada pukul 23:00. [Ghozali]