flp.or.id,- Forum Lingkar Pena (FLP) Wilayah Maluku melakukan Ngobrol Perkara Sastra (Ngopas) tentang Khazanah Literasi Islam di Maluku bersama Kepala Kantor Bahasa Maluku, Dr. Asrif, M.Hum. Kegiatan Ngopas dilaksanakan pada 6 Ramadhan 1440 H/11 Mei 2019 M bertempat di Resto 88 Poka Ambon.
Asrif mengatakan bahwa arena menulis sastra Islam di Maluku masih sangat terbuka. Sehingga beliau berniat untuk tema yang digaungkan oleh Forum Lingkar Pena (FLP) Wilayah Maluku pada acara Ngopas ini, akan beliau kembangkan dan disebarluaskan agar menjadi sebuah informasi untuk penulis di Maluku.
Beliau juga menjabarkan warna khas negeri negeri muslim di provinsi Maluku yang pernah beliau kunjungi, diantaranya bagaimana warna Islam di Buano dengan acara 7 likur, 30 rumah pusaka, sampai juga pada mengapa tak ada mobil di Buano.
Dilanjutkan dengan pembahasan tentang hikayat tanah Hitu yang ditulis oleh Imam Rijali, makna yang terkandung dalam narasi tersebut, serta siapa Imam Rijali, darimana kecakapan literasinya, siapa gurunya, yang bisa membuat seorang imam Rijali menjadi penulis dan cendekiawan di masanya. Juga tentang teks dari kerajaan Kartanegara yang mencantumkan nama daerah di Seram Bagian Timur yaitu Negeri Gorom.
Diakhir sesi, pesan beliau kepaa kader FLP Maluku agar senantiasa berkarya lewat tulisan, sehingga bisa berarti bagi semua. Sudah saatnya penulis muda muslim Maluku menulis tentang sejarah Islam minimal di negerinya. Kalo bukan kita yang menulis itu yaah siapa lagi?”tutupnya.
Asrif Mengajak Pengurus FLP Maluku Perbanyak Karya Sastra Islam di Maluku.
Kepala kantor Bahasa Maluku, Dr.Asrif, M.Hum., menghadiri acara NGOPAS (Ngobrol Perkara Sastra) yang diadakan oleh Forum Lingkar Pena Wilayah Maluku Jum’at, (11/05) di Resto 88 Poka, Teluk Ambon.
Dalam pemaparan materinya tentang Khazanah Sastra Islam di Maluku, Asrif menyinggung soal sedikitnya narasi-narasi tertulis mengenai sejarah dan kekhasan Islam di Maluku.
“Zaman seperti sekarang ini, dunia Literasi sangat terbuka. Kita bisa menggunakan blog pribadi untuk menuangkan pemahaman kita tentang perkembangan Islam di Maluku, terlebih khusus di beberapa kampung yang sudah saya datangi. Sastra klasik kita banyak kita jumpai seperti di Maluku Tengah (Jazirah, Leihitu), Seram Bagian Barat (Buano), Buru dan beberapa kampung lainnya,”ungkapnya
Sambungnya, “Sastra Islam di Maluku terutama cerita-cerita Sejarah harus dilanjutkan dari setiap generasi agar ceritanya tak “mati”. Sastra klasik Islam di Maluku perlu diubah dengan tulisan-tulisan kesastraan, biar indah dan bermakna,”tuturnya.
Selain ngopas, lulusan Universitas Indonesia itu turut meluncurkaan laman (website) FLP Maluku. Akunya,” peluncuran laman ini sebagai bagian dari literasi 4.0. Hal ini juga menjadi tantangan tersendiri bagi Forum Lingkar Pena Wilayah Maluku untuk memuat dan mempublikasikan khazanah sastra Islam atau tulisan-tulisan bernas Maluku. Dan terpenting ialah Forum Lingkar Pena Wilayah Maluku sedang membuat peradaban baru di dunia Literasi Maluku.”