Milad FLP ke 17 yang dilaksanakan di Surabaya kali ini, dimeriahkan dengan seminar, launching Rumah Cahaya, Launching 17 karya FLP, Launching website FLP. 17 tahun menjadi bagian dari literasi Indonesia, FLP ingin terus belajar dan berbagi tentang seribu satu kisah ajaib seputar dunia literasi. Acara seminar dipandu Arul Chairullah, ex pengurus FLP Hadhramut Yaman yang telah memperoleh penghargaan bergengsi.
banyak yang bisa diambil dari acara ini, antara lain: Menulis, bukan pekerjaan yang memiskinkan. Tengoklah pak Dukut Imam Widodo, meski beliau tidak menyebutkan angka pasti di depan bilangan 0, tetapi beliau mengatakan bahwa untuk 1 buku beliau dibayar sejumlah uang yang angka nominalnya memiliki jumlah 0 delapan. Wah berapa kira-kira? Bahkan, suatu ketika beliau dibayar dengan jumlah angka 0 sembilan!
Itu perasaan yang muncul kala sebagai penulis, karya kita tersendat di ide, teknik menulis, bahkan berkali-kali tertolak di media massa dan tangan penerbit. Memang, manusia tak boleh iri pada keberuntungan orang lain tetapi kita ingin belajar bagaimana para penulis-penulis andal ini berkarya.
Dukut Imam Widodo
Penulis ini membuat audiens histeris. Bagaimana tidak? Beliau membagikan buku-buku eksklusif macam Soerabaia Tempo Doeloe, Soerabaia the Old Time, Malang Tempo Doeloe dan alhamdulillah, saya pribadi mendapatkan Sidoarjo Tempo Doeloe . Masing-masing buku tersebut kurang lebih harganya @500.000!
Pak Dukut memberikan beberapa nasehat :
- Penulis harus bisa “menjual diri”
- Penulis jangan menerbitkan buku pakai uang sendiri
- Sebagai penulis, jangan malas mencari referensi. Pak Dukut bahkan suka menulis detail-detail yang sulit sebagai satu tantangan. Beliau suka menulis bertema sejarah
- Jangan khawatir kehabisan ide, sebab beliau melazimkan sholat malam dan berdoa ,” Gusti Allah, beri saya inspirasi.” Subhanallah, kata beliau, inspirasi yang datang membanjir sampai-sampai beliau kewalahan; lalu beliau menuliskan ide dalam kertas-kertas kecil.
- Carilah teman “yang benar” bukan asal teman. Artinya, bila ingin menjadi penulis yang kompeten, berteman lah dengan teman-teman yang akan mendukung cita-cita ke arah itu, misal berteman dengan sesama penulis, wartawan, sastrawan, seniman, dll.
Ada lelucon teman FLP , yang mengatakan. Yah, penulis FLP bisa saja penghasilannya 0 delapan atau sembilan, tapi di depan belum ada digit angkanya alias masih 0 yang panjang sekali. Atau penulis dengan dengan penghasilan 2 M! Bukan 2 milyar tapi 2 huruf “m” dengan akronim makasih mbak/makasih mas Jangan iri dengan keberhasilan pak Dukut sebab perjuangan beliau mengumpulkan referensi dari satu kota ke kota lain, mengumpulkan berkas, manuskrip berusia ratusan tahun… Subhanallah. Pantas bila sponsor tak ragu memberikan nikai cek dengan 0 delapan atau 0 sembilan.
Sirikit Syah
Ibu lembut dari dua orang putra putri ini telah melanglang buana ke Iran, Amerika, Australia, dll sebagai sastrawan dan pakar media. Tulisannya yang sesekali bernada tegas, tetap memiliki unsur estetika tinggi.
You can’t judge a blank paper. Demikian nasehatnya. Sebab bagaimana mungkin kita merasa minder, takut salah, takut dikritik, takut gagal dan tidak menang sementara yang dinilai hanyalah sebuah kertas kosong. Maka mulailah menulis dan bacalah tulisan itu. Sebelum kita menulis, maka tak ada apapun yang dapat dinilai dari kita.
Fiksi adalah refleksi dari hal nyata. Orang kadang tak mampu meresapi sebuah berita aktual terkait peperangan, issue agama, atau persoalan humanistik lainnya tetapi lewat fiksi, jauh lebih meresap. Tulisan-tulisan bu Sirikit demikian menohok. Salah satu contohnya, cerpen berjudul Ibu Kandung , refleksi keresahannya di tahun 80-90an saat issue bayi tabung merebak. Tulisan itu mempertanyakan : siapa ibu si jabang bayi sebenarnya?
Buku beliau Rambu-rambu Jurnalistik , Watch the Dog : Catatan Jurnalisme , menjadi buku referensi wajib bagi saya pribadi saat menulis artikel dan opini untuk media massa.
Zawawi Imron
Menurutnya, sastra di masa depan adalah tulisan-tulisan yang membawa pada perenungan. Sudah masanya, menurut beliau, seorang penulis bukan hanya menulis demi materi belaka.
Abah Zawawi Imron adalah yang paling senior dari semua, paling sepuh, berjalan dengan tongkat. Melihat fisiknya, orang akan menduga betapa rapuh ia dan terbata dalam berkata-kata. Namun, tidak, justru sebaliknya. Peserta dibuat terperangan dengan leluconnya, dibuat terkesima dengan muatan-muatan filosofis dalam kalimat-kalimatnya, dan terakhir dibuat terisak tersedu mengingat ibunda masing-masing ketika beliau membacakan puisi Ibu.
Saya, bu Sirikit, mengusap mata usai beliau membawakan demikian bergemuruh puisi itu.
…….
Ibu, bila kasihmu ibarat samudera
Sempit lautan teduh, tempatku mandi, mencuci lumut
…..
Ibu, kalau aku ikut ujian, lalu ditanya tentang pahlawan
Namamu Ibu, yang akan kusebut paling dahulu
……
Sebagai anak muda, atau mengaku berjiwa muda, kalah rasanya dengan kekuatan beliau dalam berkata-kata. Namun, sama sekali bukan hanya sebab pengalaman beliau unggul. Beberapa filosofii berikut pantas terpatri dalam benak jiwa para penulis muslim.
- Kalau muda tidak mau berjuang, angkat takbir 4x. Innalillahi. Artinya, bila anak muda tidak mau bersungguh-sungguh, berjuang mencapai sesuatu, termasuk bersusah payah menulis dengan segala kepayahan, kesulitan, pengorbanan, ketabahan, daya juang; maka ibarat ia jenazah yang ditakbirkan 4x. Bagi yang merasa penulis muda, tak ada kata malas untuk mencoba dan terus berlatih mencapai apa yang terbaik
- Berpikirlah dengan jernih, agar kebaikan datang kepadamu. Hati yang bersih, sumber karya sastra.
- Tidak berpikir adalah haram!
- Quran bukan karya sastra tetapi energinya dalam dunia sastra bagai magma yang meledakkan. Quran membawa energi yang melebihi karya-karya sastra sepanjang masa.
- Uang, adalah konsekuensi logis ketika berbuat baik. Jangan takut dengan uang, ia pasti akan datang ketika kita telah berupaya dengan sebaik mungkin.
Helvy Tiana Rosa
Bunda pendiri FLP ini memukau pula dengan ilmu dan puisinya, apa yang disampaikan bunda Helvy?
- Tulisan dapat mengubah dunia, sebagaimana Uncle’s Tom Cabin
- Toni Morrison berkata ; bila engkau berjalan-jalan ke toko buku dan tidak menemukan buku yang kau inginkan untuk dibaca, mengapa tak kau tulis sendiri
- Penulis Toto Chan hanya menulis buku itu, tetapi menjadi duta PBB untuk anak-anak kemudian
Di luar seminar, bunda Helvy memberikan wejangan kepada teman-teman FLP:
- Ada karya sastra serius, ada karya sastra populer. Apa bedanya? Sastra serius menyebabkan perenungan, sastra populer menimbulkan perubahan.
- Sudah saatnya FLP go international sehingga dibutuhkan kurator yang menangani khusus masalah penerjemahan karya-karya FLP.
- Sesungguhnya, istilah sastra serius atau sastra populer hanya diperkenalkan bagi kalangan akademisi. Bagi insan umum, semua tulisan adalah karya sastra; Lupus _ Boim Lebon, Ayat-ayat Cinta – Kang Abik, begitupun semua karya anak FLP adalah karya sastra
Maka mari kita mengedepankan karya sastra yang santun , edukatif, dan memuat nilai-nilai Islami Universal. Karya santun adalah karya yang tidak mengunggulkan pribadi, dengan menjatuhkan oranglain, meninggikan diri dengan mencaci pihak lain. Sastra santun adalah sastra yang arif dengan kebaikan-kebaikan; tanpa mengurangi estetika dan kejenakaan, agar mudah menyentuh sisi manusiawi insani.
Go international? Jelas sudah waktunya!
Komunitas penulis muslim terbesar di Asia Tenggara, bahkan mungkin di dunia ini, insya Allah ke depan akan memimpin festival-festival literasi muslim tingkat dunia. Memimpin dunia perbukuan dengan karya prestatif dan kompetitif. Memimpin dunia dengan kerja-kerja profesional dan solid.
Bangsa yang besar, tak akan mengabaikan refleksi filosofi dan pemikiran. Bangsa yang unggul, maju pula semua sektor kehidupan, termasuk seni sastra. Dalam sejarah panjang peradaban manusia, Dhuha al Islam, masa puncak kejayaan Islam ditandai pula dengan melesat dan terhormatnya kedudukan para sastrawan penghasil puisi, prosa, maupun kritik sastra.
Jika Indonesia menjadi mercusuar dunia, maka –sebagaimana Zawawi Imron mengatakan- para prajurit nurani akan menjadi salah satu ujung tombaknya. Prajurit nurani adalah para penulis, dan FLP dengan khidmah dan bangga, akan menjadi salah satu ujung tombak mercusuar dunia.