Siapa Pilot FLP 2025-2029?
Afifah Afra (Ketua Umum FLP 2017-2021)
“Leadership is not about titles, positions or flowcharts. It is about one life influencing another.” ― John Maxwell
Saya sangat ingat, bahwa saya merasa kurang percaya diri ketika harus berkompetisi melawan dua partner saya dalam pemilihan ketua umum Badan Pengurus Pusat Forum Lingkar Pena di Munas IV Bandung, tahun 2017 silam. Pasalnya, dua kandidat pesaing saya tersebut adalah sosok yang sangat kapabel dalam bidangnya. Satunya bertitel PhD dari sebuah kampus di UK, dan satunya lagi juga kandidat doktor dari sebuah kampus bonafid di Indonesia. Persaingan di sini jangan disamakan dengan kondisi elektoral dunia politik yang bertabur intrik dan taktik licik. Proses pemilihan ketua umum di Munas FLP jauh dari itu semua. Kedua kandidat yang menjadi pesaing saya saat itu adalah ‘adik-adik’ saya sendiri. Saat itu, kami saling menghormati dan siap bekerjasama satu sama lain, siapapun yang nanti akan terpilih.
Meski begitu, tak bisa disangkal bahwa saat itu saya merasa cukup grogi. Saat itu saya baru menyelesaikan kuliah saya di jurusan S2 manajemen sebuah kampus yang agak kurang ternama, meskipun S1 saya berasal dari salah satu kampus lumayan bonafid di Jawa Tengah. Saya mencoba menguatkan diri sendiri. Meskipun kalah dalam soal titel, saya berkeyakinan bahwa leadership bukanlah soal gelar, jabatan, atau soal posisi dalam diagram—seperti quotes Maxwell yang saya kutip di atas. Kepemimpinan adalah soal bagaimana mempengaruhi orang lain. Tentunya pengaruh yang membuat orang percaya bahwa kita mampu mencapai tujuan organisasi, sehingga mereka menunjuk kita sebagai figur yang memiliki otoritas untuk memimpin sebuah organisasi. Barangkali karena saya dianggap mampu menjadi figur yang dititipi otoritas, maka saya ternyata dipilih sebagai ketua umum BPP FLP tahun 2017-2021.
Sebenarnya banyak impian saya waktu itu. Namun, takdir berkata lain. Pandemi Covid 19 melanda dunia di sebagian masa kepengurusan saya. Lockdown terjadi di mana-mana. Kegiatan massa dibatasi dengan ketat, sehingga mau tidak mau aktivitas berliterasi secara fisik pun terbatasi. Namun, dengan adanya kemajuan teknologi Zoom, Google Meet dan sebagainya, ternyata aktivitas literasi tetap berjalan, meski secara online. Kelas-kelas kepenulisan, seminar, bedah buku, bedah film, dan sebagainya berjalan dengan marak, bahkan tumbuh subur bak jamur di musim penghujan.
Kepemimpinan sejatinya memang seni memanajemen otoritas untuk mempengaruhi orang lain. Inilah keyword penting yang mestinya harus diperhatikan oleh para calon kandidat Ketua Umum yang akan bertanding di Munas VI Forum Lingkar Pena yang akan berlangsung di Surabaya pada 17-19 Oktober 2025. Kalau Anda mau mengajukan diri sebagai calon Ketua Umum, pertanyaan yang perlu disampaikan adalah: seberapa pintar Anda mempengaruhi orang lain? Pengaruh ini
Kemampuan mempengaruhi orang lain membutuhkan portofolio. Ini Jelas. Portofolio adalah senjata untuk mendapatkan otoritas. Portofolio tersebut tentunya harus berhubungan dengan seni mempengaruhi orang lain. Storey (2019) menyebutkan bahwa secara psikologis, seseorang akan patuh kepada otoritas salah satunya adalah jika ada keyakinan bahwa figur yang memiliki otoritas itu memang layak ditaati. Seseorang akan dengan rela berada dalam kondisi ‘agentic state’ atau kondisi terikat, trust, dan taat dengan otoritas, jika figur tersebut mampu memberikan perasaan nyaman, bisa diandalkan, dan tentu kebanggaan menjadi ‘agen’ dari otoritas tersebut. Secara teoritik, ketaatan terhadap otoritas yang legal dan kompeten adalah hal yang sangat natural dalam hidup manusia.
Tapi, tampaknya tidak mudah menumbuhkan keyakinan untuk tampil menjadi pemimpin di FLP. Buktinya, sampai seminggu menjelang Munas, saya pribadi belum melihat gerakan-gerakan yang mengkampanyenya para calon kandidat. Atmosfirnya terasa adem-ayem. Apakah ini karena perasaan kurang percaya diri, budaya ewuh-pakewuh, mendahulukan yang senior, atau justru karena kesadaran bahwa memimpin perahu FLP yang anggotanya mencapai lebih dari 4 ribu, wilayah dan cabangnya tersebar di seluruh Indonesia dan beberapa di luar negeri adalah pekerjaan yang sangat berat? Anggota FLP, mayoritas, bahkan mungkin seluruhnya, adalah para penulis—baik yang masih berlatih maupun yang sudah profesional. Sebagai orang yang terbiasa dengan detail, barangkali pilar kepribadian conscientiousness-nya (kehati-hatian, ketelitian, kedisiplinan, kemauan memikul tanggung jawab), sangat dominan. Orang dengan conscientiousness tinggi, mereka bisa sangat taat terhadap otoritas, tetapi di satu sisi akan berpikir panjang untuk menjadi bagian dari otoritas tersebut.
Meskipun tidak mudah, kita harus mencari, karena pesawat FLP tidak mungkin tidak ada pilotnya. Saya menyadari bahwa para pegiat FLP mungkin banyak yang sungkan untuk mengajukan diri, sehingga sebagai orang yang dianggap cukup tua di FLP, saya akan mencoba mengeksplorasi, siapa saja kandidat yang layak menerima tongkat estafet kepemimpinan dari Daeng S. Gegge Mappangewa, ketua umum BPP FLP saat ini.
Dua Asumsi Penting
Saya memiliki dua asumsi penting saat melakukan eksplorasi tentang figur yang layak menjadi ketua, yaitu pertama memiliki kemampuan mempengaruhi orang lain, kedua memiliki portofolio yang baik yang bisa mendatangkan rasa nyaman semua stakeholder FLP. Jika keduanya dimiliki seorang kandidat, maka saya yakin bahwa dia layak menjadi ketua umum FLP untuk periode 2025-2029. Tinggal bagaimana dia meyakinkan delegasi munas untuk bisa memberikan suara kepadanya. Ada sejumlah nama yang secara aturan dalam AD/ART bisa diajukan sebagai ketum, dan sekaligus saya percayai memiliki dua hal tersebut.
Pertama, Sugiarti atau Nafi’ah Al-Ma’rab. Saat ini, Sugi, begitu saya sering memanggilnya, jelas sangat bisa mempengaruhi orang lain dan memiliki portofolio yang unggul. Prestasi kepenulisannya membanggakan, dan kemampuan memimpinnya juga cemerlang. Nilai plusnya, saat ini dia adalah koordinator divisi kaderisasi BPP FLP. Kaderisasi merupakan jantung keberlangsungan organisasi. Intensitas pertempuan Sugi baik online maupun offline dengan saya cukup tinggi, karena di Dewan Pertimbangan, qodarullah saya diberi amanah mendampingi divisi ini. Rapat-rapat berjalan rutin, semua program berjalan dengan baik, dan sistem pengelolaan anggota FLP saat ini sudah menjadi sebuah konsep yang sangat bagus dan sangat aplikatif untuk diterapkan di seluruh jenjang keanggotaan di FLP. Memang belum sempurna, dan justru karena inilah, sistem ini harus terus diperbaiki. Jika Sugi menjadi ketua umum, saya berharap kaderisasi penulis akan menjadi hal paling penting dan menghasilkan progres lebih baik dalam kepengurusannya. FLP akan berfokus pada manajemen proses, yakni bagaimana memproses input menjadi output yang diharapkan, yaitu penulis yang andal dalam pilar kepenulisan, keorganisasian dan keislaman. Pelan-pelan FLP akan berbenah, dari sebuah organisasi yang berpola organisasi masa, menjadi organisasi profesional yang spesifik menghasilkan para penulis yang andal.
Kedua, Rafif Amir atau Lukman Hadi, saat ini dia adalah Sekjen BPP Forum Lingkar Pena. Kemampuan dia dalam mempengaruhi orang lain terlihat dari betapa rapinya dia memimpin FLP Wilayah Jawa Timur. Akan tetapi, tampaknya Rafif tidak akan memenuhi ketentuan AD/ART FLP, karena kabarnya dia saat ini menjadi pengurus inti di sebuah Partai Politik. Ketua Umum FLP secara tegas dilarang menjadi pengurus partai politik. Tetapi, bisa saja ini terjadi jika Rafif mau mengundurkan diri sebagai pengurus Parpol tersebut.
Ketiga, Anugerah Roby Syahputra, yang memiliki kemampuan organisatoris sangat baik, dan memahami AD/ART dengan mendalam. Di FLP pernah ada guyonan, bahwa terdapat beberapa hafidz AD/ART, salah satunya adalah Roby. Saat ini Roby menjabat sebagai koordinator Jaringan Wilayah (Jarwil) BPP FLP.
Nama-mana lain yang mungkin bisa dicalonkan adalah Koko Nata Kusuma. Sosok ini juga sudah sangat lama malang melintang di FLP. Posisi saat ini sebagai ketua harian divisi-divisi eksternal FLP. Loyalitas untuk FLP tentu tak diragukan. Ada juga Wiwiek Sulistyowati, salah seorang ‘pilar’ penting dalam FLP. Kerapian dan kedetilan Wiwiek membuat FLP mampu memiliki sistem administrasi yang unggul dan transparan. Dia adalah bendahara umum periode 2013-2017, 2017-2021 dan para periode 2021-2024 Wiwiek menjadi koordinator divisi Humas.
FLP masih memiliki sederet nama panjang yang memiliki dua syarat yang saya sebutkan di atas. Ada Rianna Wati, Billy Antoro, Ika Safitri, Alimin, mbak Umi Kulsum, bahkan jika para senior mau turun gunung, sebenarnya kita juga memiliki banyak tokoh yang kompeten seperti Mbak Rahmadiyanti, Kang Habiburahman el Shirazy, Uni Maimon Herawati dan sebagainya. Jadi, siapa yang layak menjadi pilot FLP 20245-2029?
Saya yakin, salah satu dari nama yang saya sebut di atas. Bagaimana menurut Anda?