Rabu, Januari 22Literasi Berkeadaban - Berbakti, Berkarya, Berarti

FLP: Berbakti, Berkarya dan Berarti

FLP.or.id,- FORUM LINGKAR PENA (FLP) merupakan komunitas (calon) penulis, pembaca dan pencinta dunia literasi yang didirikan oleh Helvy Tiana Rosa dan kawan-kawannya pada 22 Februari 1997. Artinya pada 22 Februari 2014 ini menginjak remaja dan sudah berusia 17 tahun; sweetseventeen. Usia 17 tahun merupakan angka yang dianggap spesial. FLP bagaikan anak remaja dan akan menginjak masa kedewasaan.

Ide pendirian FLP berasal dari diskusi tidak formal para alumni Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Mendesaknya kebutuhan umat akan bacaan yang baik serta banyaknya pemuda yang memiliki potensi dalam bidang kepenulisan tanpa tersalurkan menjadi alasan terbentuknya FLP. Hingga saat ini FLP sudah tersebar di 31 wilayah propinsi.  Kalimantan Barat termasuk salahsatunya dan juga sudah dibentuk di berbagai mancanegara, diantaranya; Mesir, Yaman, Canada, Amerika, Hongkong, Jepang, Malaysia dan lain-lain.

Berdasarkan data yang disampaikan oleh Intan Savitri, –Ketua Umum FLP Pusat Periode 2009-2013, saat sambutan pembukaan Musyawarah Nasional FLP ke-3 di Bali pada akhir Agustus 2013 silam–“FLP tercatat memiliki 7000-an anggota yang tersebar di berbagai daerah dan luar negeri. Di sosial media anggotanya bahkan lebih dari 20.000. Tak berlebihan bila FLP dianggap sebagai organisasi penulis yang terbesar di dunia. Namun, kuantitas ini tidak perlu dibangga-banggakan kecuali diikuti kualitas. Di tingkat nasional, FLP sudah melahirkan berbagai nama yang sudah tersohor; sebut saja Helvy Tiana Rosa, Asma Nadia, dan Habiburrahman El-Shirazy yang, beberapa karya ketiganya begitu bestseller dan bahkan diangkat menjadi film yang laris manis di pasaran. Kita ingin ke depan akan lahir penulis-penulis lainnya dari pelosok daerah yang bisa berkontribusi mencerahkan masyarakat melalui karya-karya mereka” katanya bersemangat.

Taufik Ismail, sastrawan terkemuka, menilai “Para anggota Forum Lingkar Pena tidak hanya mampu menulis dengan baik, tetapi juga menerbitkan karya-karya mereka dan… laku. Mereka sangat fenomenal. Forum Lingkar Pena adalah hadiah dari Allah untuk Indonesia”. Sementara itu Koran Republika berpendapat “Helvy Tiana Rosa, Asma Nadia dan para kerabat Forum Lingkar Pena membawa fenomena baru dalam penulisan sastra dakwah kontemporer di Indonesia…karya-karya Forum Lingkar Pena juga mendapat perhatian dan penghargaan dari para peminat sastra”. Sedangkan Koran Tempo lebih spesifik beranggapan bahwa Forum Lingkar Pena adalah sebuah “Pabrik Penulis Cerita”. (Sumber: Wikipedia).

Berbakti, Berkarya dan Berarti

Motto FLP adalah Berbakti, Berkarya dan Berarti. Ketiga kata ini menjadi “kompas” bagi anggota FLP dalam berkiprah. Niat menulis dan berkarya dispesialkan untuk “berbakti” kepada Allah. Menghasilkan karya juga bertujuan untuk berbakti kepada bangsa. Sebagai anggota FLP, mesti menerbitkan karya yang mencerahkan dan memiliki arti untuk masyarakat. Tulisan-tulisan yang dilahirkan harus sanggup memberi inspirasi dan motivasi kepada pembacanya. Tulisan yang searah dengan nilai-nilai keislaman harus selurus dengan tingkahlaku penulisnya. Kemudian kata “berarti” memiliki makna, bahwa sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat. Kita berharap melalui tulisan inilah, para kader FLP sanggup menebarkan manfaat buat umat dan bangsa, demikian pesan Habiburrahman El-Shirazy.

Bagaimana dengan FLP Kalbar?

Secara historis, FLP Kalbar berdiri pada tahun 2000. Sebagaimana organisasi yang sehat, FLP Kalbar juga sudah beberapa kali berganti estafet kepemimpinan. Muharni Albari, Deddy “Ibnu Has” Setiawan, Hamdani, Eka Damayanti, Rae Sitta Patappa, Helmiady dan Aspari Ismail adalah orang-orang yang mendapat amanah menjadi Ketua FLP Kalbar. Meskipun sempat berhenti nadi kaderisasinya, di awal tahun 2010 denyut aktifitas organisasi mulai bergeliat.

Sejak 2010, FLP Kalbar sudah angkatan ke tujuh merekrut anggota. Tercatat lebih dari 100 orang anggota yang bergabung. Anggotanya beragam, ada anak-anak pelajar SD, mahasiswa, hatta ibu rumah tangga. FLP sangat terbuka kepada siapa saja yang ingin bergabung dan mengembang diri dalam dunia literasi.

Untuk memotivasi masyarakat Kalbar agar gemar membaca dan menulis, FLP Kalbar menghadirkan para penulis nasional yang telah banyak melahirkan karya dan mendapatkan penghargaan yang bergengi. Sebut saja Habiburrahman El-Shirazy dan Gol A Gong sudah pernah hadir memotivasi masyarakat Kalbar. Rencananya pada 1-2 Maret nanti, FLP Kalbar akan menghadirkan Ali Muakhir, penulis cerita anak paling produktif di Indonesia dan meraih rekor MURI untuk menjadi trainer Workshop Menulis Cerita Anak. Puncak acara perayaan milad ini FLP Kalbar akan mengundang Tere Liye, seorang Novelis Papan Atas Indonesia, untuk berbagi inspirasi dan memotivasi masyarakat menggelorakan budaya membaca dan menulis.

Tentu saja, beragam kegiatan itu terlaksana berkat kekompakan para anggota. Tak kalah pentingnya kesediaan pihak-pihak lain yang punya perhatian  dan mau bekerjasama untuk mengembangkan budaya membaca dan menulis di Kalimantan Barat ini. Berkat motivasi dan inspirasi para penulis nasional tersebut, alhamdulillah FLP Kalbar telah menerbitkan sembilan buku hasil karya para anggotanya. Buku-buku tersebut antara lain; “Mozaik Peradaban dari Khatulistiwa” dan “Mutiara Cinta di Bumi Khatuliswa”. Keduanya merupakan kumpulan cerpen para anggota FLP Kalbar. Selebihnya buku-buku hasil tulisan sendiri para anggota berupa kumpulan puisi, opini dan cerpen. Belum termasuk beberapa buku yang akan dilaunching pada 1 Maret nanti. Hal membanggakan, para anggota FLP Kalbar juga sudah seringkali memenangi aneka lomba kepenulisan di lokal dan nasional.

Setiap hari Minggu, FLP Kalbar membuka Taman Bacaan Keliling di tempat-tempat keramaian di Kota Pontianak.  Ini mestinya sebuah gebrakan yang layak diapresiasi. Kami sangat mengharapkan support dari pemerintah daerah, pemerintah kota dan kabupaten, dan instansi terkait. Mengingat para anggotanya bukanlah dari kalangan ‘berduit’ yang sanggup mendanai berbagai aktifitas organisasi. Meskipun dengan segala kekurangan yang ada, dana yang sangat terbatas, kami berusaha untuk memberikan sesuatu yang dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat. Kalau ada dukungan, bisa digunakan untuk pengadaan rumah cahaya atau rumah baca yang lebih permanent atau dengan menggunakan mobil perpustakaan keliling, akan lebih memudahkan gerak organisasi.

Mengutip Pidato Perdana Sinta Yudisia, — yang disampaikan usai terpilih sebagai Ketua Umum FLP Pusat di Bali lalu,– “FLP adalah harta, amanah, warisan berharga milik Indonesia dan dunia yang harus dijaga sebaik-baiknya. Di FLP, kita akan belajar dengan kehalusan sastra, kedalaman makna, kekayaan diksi, kebijakan filosofi bahwa setiap yang terjadi dalam hidup ini adalah proses panjang yang membutuhkan perenungan dan ketika manusia berhasil menafsirkan, akan muncul beragam interpretasi. Dalam literasi, kita mencoba memaknai semua dengan kehalusan budi pekerti, dan menampilkannya dengan keindahan kata. Dalam literasi, kita persedikit fitnah, hate speech, cover one side. Dalam Forum Lingkar Pena, kita akan belajar menyayangi dan menghormati, apapun perbedaan kita. Tak ada tempat untuk kedzaliman, kekejian, kejahatan. Ketika kita dilanda benci dan kerisauan, kita akan memilih qoulan kariman, qoulan layyiinan ; kata-kata paling baik dan paling istimewa untuk dilontarkan yang muncul dari kedalaman sanubari terdalam, sanubari yang senantiasa dihiasi lantunan doa-doa keramat dan jalan rahasia menuju Tuhan”.

Semoga nasehat Mbak Sinta Yudisia, Sang Ketua Umum itu dapat direnungkan dan jadi haluan bagi anggota FLP di manapun berada. Selamat Milad FLP ke-17. Berbakti, Berkarya dan Berarti!

Aspari Ismail, Ketua FLP Kalimantan Barat & Penulis Buku: “Menulis Nikmat di Atas Batu”.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pin It on Pinterest

Share This