Profil Forum Lingkar Pena
Forum Lingkar Pena (FLP) adalah organisasi kepenulisan terbesar yang tak henti melahirkan karya dan mencetak penulis baru dalam berbagai genre kepenulisan—fiksi dan nonfiksi—selama 20 tahun lebih. Organisasi yang didirikan oleh para aktivis dan penulis ini kini terus berkembang tidak hanya di dalam negeri, tapi juga di luar negeri di berbagai benua seperti Asia, Eropa, Afrika, Australia, bahkan di Amerika Serikat.
Para aktivisnya—yang sangat beragam itu, ada yang pejabat, guru, dosen, peneliti, aktivis, ibu rumah tangga, mahasiswa, hingga siswa dan anak-anak tersebut—tak henti memproduksi gagasan dan konten-konten kreatif, daring maupun luring, untuk menyebarkan berbagai inspirasi positif bagi banyak orang. Produksi konten yang sangat variatif itu—dalam bentuk karya fiksi, nonfiksi, film, dan lain sebagainya—turut memberikan dampak positif pada penumbuhan literasi dan kebudayaan masyarakat Indonesia.
“FLP adalah hadiah Tuhan untuk Indonesia,” kata Taufiq Ismail, salah satu sastrawan Indonesia yang cukup berpengaruh dalam perkembangan literasi negeri ini.
Sejarah Terbentuknya FLP
Berawal dari Masjid UI
Pemilihan masjid sempat lokasi rapat atau pertemuan aktivis FLP memiliki alasan bahwa masjid merupakan tempat yang mulia, sakral, dan penting untuk tumbuhnya kebudayaan masyarakat Islam. Maka, rapat-rapat FLP sejak awal berdiri hingga saat ini selalu tidak lepas dari masjid. Di situ mereka berembug soal-soal keorganisasian, soal-soal literasi keindonesiaan, hingga masalah-masalah kontemporer yang terjadi di berbagai belahan dunia.
“Pada tahun 1997,” tulis Helvy Tiana Rosa, “saya mengajak Asma Nadia, Muthmainnah serta beberapa teman dari Fakultas Sastra Universitas Indonesia bertemu di Masjid Ukhuwah Islamiyah UI.”
Pertemuan tersebut kemudian berlanjut dengan diskusi soal minat membaca dan menulis di kalangan para remaja Indonesia yang berujung pada simpulan: masyarakat butuh bacaan yang bermutu. Selain itu, peserta diskusi juga melihat bahwa banyak anak muda yang ingin berkiprah dalam bidang kepenulisan akan tetapi mereka tidak mendapatkan pembinaan untuk peningkatan kualitas tulisan. Padahal, peran tulisan sangatlah penting, bahkan efektif guna transformasi gagasan kepada orang lain.
Peserta diskusi itu akhirnya bersepakat membentuk organisasi kepenulisan. Pada 22 Februari 1997, forum tersebut kemudian berdiri dengan nama Forum Lingkar Pena. Ketika itu, FLP adalah badan otonom di bawah Yayasan Prakarsa Insan Mandiri (Prima), yang kemudian berganti nama menjadi Yayasan Lingkar Pena di tahun 2003.
Di masa kepemimpinan Helvy, anggota FLP tidak lebih dari 30 orang. Sebuah angka yang tidak besar, akan tetapi dari situlah kemudian berkembang berkali-kali lipat sampai saat ini.
Sejak awal, FLP memang tidak bisa dilepaskan dari peran majalah Annida. Majalah Annida bisa disebut sebagai “media persemaian” para penulis FLP, terutama yang berfokus pada tulisan fiksi. Ketika FLP didirikan, Helvy Tiana Rosa adalah salah seorang jurnalis di media tersebut. FLP kemudian terbantu dengan kebaikan hati General Manajer Ummi Group (Majalah Annida, Ummi, dan Saksi) Ahmad Mabruri yang memberikan ruang ekspresi dan karya—bahkan perekrutan—bagi anggota FLP.
Saat itu, perekrutan FLP juga sempat diumumkan lewat Annida lewat rubrik khusus berisi info FLP. Jurnalis majalah Annida yang juga aktivis FLP, Rahmadiyanti Rusdi bercerita bahwa Ahmad Mabruri merupakan figur penting bagi persebaran FLP lewat Annida. Ceritanya, pada April 2000, Helvy membawa rancangan FLP kepada Mabruri yang kemudian tertarik dan bersepakat untuk mengadakan berbagai kerjasama dengan FLP.
Majalah Annida mulai eksis sejak tahun 1991 dengan beberapa kali perubahan format. Pernah sebagai majalah keluarga Islam, kemudian berubah menjadi majalah wanita, dan majalah dengan segmentasi remaja muslim.
Selain Annida, Helvy dengan lincah juga mengajak beberapa penerbit untuk bekerjasama dengan FLP, seperti Halfino Berry dari Penerbit Asy-Syaamil dan Ali Muakhir dari Penerbit Mizan. Keduanya sangat antusias untuk menerbitkan karya berkualitas dari penulis FLP. Dari ketiga media dan penerbit itu, FLP kemudian terus bekerjasama dengan puluhan—sekarang bahkan mencapai ratusan—penerbit di Indonesia.
Visi dan Misi FLP
Salah satu alasan yang membuat orang bergabung dengan FLP adalah karena kesamaan visi dan misi. Secara sederhana, visi berfokus pada “hari esok” (tomorrow) dan apa yang diinginkan oleh organisasi di masa datang. Singkatnya, tujuan jangka panjang. sedangkan misi berfokus pada “hari ini” (today) dan apa yang organisasi lakukan untuk menggapai hal tersebut. Singkatnya, tujuan jangka pendek. Dalam organisasi, keduanya sangat penting dalam mencapai tujuan.
Dalam AD/ART dijelaskan bahwa FLP sebagai sebuah wadah kepenulisan berperan untuk mencerahkan masyarakat dengan lewat literasi. Ketika seorang kader FLP menulis, maka yang ia tekankan adalah bagaimana tulisan itu bisa mencerahkan pembaca, bisa membuat pembaca selangkah atau berlangkah-langkah jadi makin baik.
Visi
Organisasi yang memberikan pencerahan melalui literasi.
Misi
- Meningkatkan mutu dan produktivitas karya anggota sebagai sumbangsih berarti bagi masyarakat.
- Membangun jaringan penulis yang menghasilkan karya-karya berkualitas dan mencerdaskan.
- Meningkatkan budaya membaca dan menulis di kalangan masyarakat.
- Memperjuangkan kehidupan yang lebih baik bagi penulis.
Dari Munas ke Munas—sebagai forum tertinggi untuk ”membaca kembali” landasan konstitusi FLP dan pemilihan ketua umum—visi dan misi ini tetap dipertahankan oleh FLP karena sifatnya yang sudah mencakup tujuan jangka pendek dan panjang organisasi ini. Organisasi pencerahan lewat tulisan adalah tujuan para aktivis FLP berkumpul dan beraktivitas. Mereka menyadari bahwa kerja-kerja kreatif, inovatif, dan konstruktif perlu dilakukan bersama-sama untuk mengamalkan perintah Allah agar saling tolong-menolong dalam kebajikan dan takwa dan tidak tolong-menolong dalam dosa dan pelanggaran. Wa ta’awanu ’alal birri wattaqwa, wa la ta’awanu ’alal itsmi wal ’udwan.
Jaringan FLP
Pada masa kepemimpinan Yeni Mulati, Ketua Umum BPP FLP periode 2017-2021, Forum Lingkar Pena melakukan pendataan terbaru untuk memetakan persebaran anggota di seluruh dunia. Data terakhir (per Desember 2018), jumlah anggota FLP yang berhasil terdata dalam database sebanyak 2865 orang, dan yang telah memiliki Nomor Registrasi Anggota (NRA) sebesar 2357 orang yang tersebar di 32 wilayah dan 85 cabang se-Indonesia, belum yang luar negeri.
Untuk mengetahui jaringan FLP sedunia, Anda bisa mengunjungi halaman Jaringan.
Lebih Lanjut tentang FLP
Publikasi Profil FLP
Profil lengkap FLP telah dipublikasikan juga di:
Struktur Badan Pengurus Pusat FLP dari Masa ke Masa
Kenal lebih dekat dengan FLP
- Twitter: FLPOke
- Instagram: FLPOke
- Fanspage Facebook: Forum Lingkar Pena
- Kanal Youtube: Forum Lingkar Pena