Selasa, Desember 3Literasi Berkeadaban - Berbakti, Berkarya, Berarti

Tag: Proses Kreatif

Bagaimana Cerita Anak Ditulis? Sekelumit Proses Kreatif di Balik Karya Ali Muakhir

Bagaimana Cerita Anak Ditulis? Sekelumit Proses Kreatif di Balik Karya Ali Muakhir

Berita
JAKARTA, FLP.or.id -- Bagi Ali Muakhir, penulis yang juga mengemban amanah sebagai Ketua Harian II Forum Lingkar Pena, kreasi cerita anak (cernak) sudah menjadi brand-nya tersendiri. Sejak 2007, bersama rekan-rekannya, ia menggagas dan membina Komunitas Penulis Bacaan Anak. Berbagai cerpennya juga hadir di majalah-majalah bacaan anak. Belum lagi buku-buku yang terbit menjangkau ruang baca anak-anak Indonesia. Dari penjelasannya, waktu terlama untuk menulis cernak ialah waktu penulisan sinopsis. "Rata-rata dibutuhkan satu dua hari buat mematangkan sinopsis," kata penulis yang juga dikenal sebagai seorang Blogger itu. "Kalau sinopsis sudah beres, tulisannya sejam juga selesai," lanjutnya. Ali memaparkan bahwa menulis cernak memang harus padat. "Tantangannya, karena cernak itu kan ide dasar...
Memahami Proses Kreativitas, Epigonisme dan Plagiasi

Memahami Proses Kreativitas, Epigonisme dan Plagiasi

Pojok
PENDAHULUAN Plagiarisme yang berasal dari kata plagiat, menurut kamus KBBI pengambilan karangan (pendapat dan sebagainya) orang lain dan menjadikannya seolah-olah karangan (pendapat dan sebagainya) sendiri, misalnya menerbitkan karya tulis orang lain atas nama dirinya sendiri; jiplakan. Sementara itu, epigonisme berasal dari kata dasar epigon, yang artinya orang yang tidak memiliki gagasan baru dan hanya mengikuti jejak pemikir atau seniman yang mendahuluinya; peniru seniman atau pemikir besar: (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Proses Kreativitas, Epigonisme dan Plagiasi  sepertinya akan menjadi bahasan yang tidak akan pernah berhenti ketika ada sebagian pegiat literasi yang terjebak dalam bayang-bayang popularitas, ingin mendapatkan pengakuan dari publik, malas mencari bahan, terburu deadli...
Sastra yang Menggerakkan; Proses Kreatif: Dimensi Penulisan | Helvy Tiana Rosa

Sastra yang Menggerakkan; Proses Kreatif: Dimensi Penulisan | Helvy Tiana Rosa

Senandika
JAKARTA, FLP.or.id -- Proses kreatif saya dalam menulis karya sastra bukanlah kisah hebat, namun barangkali dapat menjadi inspirasi bagaimana sastra bisa membawa kita pada suatu perubahan, berawal dari diri dan kemudian masyarakat. [ Baca juga bagian sebelumnya: Sastra yang Menggerakkan; Pendahuluan dan Sastra yang Menggerakkan; Dimensi Pembaca ] Saya jatuh cinta pada cerpen sejak saya bisa membaca. Bukan hanya cerpen sebenarnya, tapi pada semua jenis tulisan, terutama fiksi. Saya takjub bahwa seorang pengarang bisa menciptakan realitas lain dari imajinasi, perasaan dan wawasannya. Maka sejak duduk di sekolah lanjutan, saya putuskan: itulah dunia saya. Setiap hari saya berkunjung ke perpustakaan sekadar meminjam buku karya sastrawan terkemuka Indonesia dan dunia. Saya tercengang membaca ...
Sastra yang Menggerakkan; Proses Kreatif: Dimensi Pembaca | Helvy Tiana Rosa

Sastra yang Menggerakkan; Proses Kreatif: Dimensi Pembaca | Helvy Tiana Rosa

Senandika
JAKARTA, FLP.or.id -- Memang terdapat karya sastra tertentu yang dianggap memiliki kemampuan “menggerakkan”, seperti  beberapa karya Charles Dickens yang mendorong pemerintah Inggris mengeluarkan undang-undang memperbaiki kondisi kaum buruh di negara tersebut atau Uncle Tom’s Cabin yang membantu menghapus perbudakan negro di Amerika Serikat, misalnya. [ Baca juga bagian sebelumnya Sastra yang Menggerakkan; Pendahuluan ] Saat bertemu dengan Harriet Becher Stowe, penulis Uncle Tom’s Cabin, Presiden Lincoln berkata, “Wah, jadi ini ya nyonya mungil yang yang menimbulkan perang besar ini,” Namun sebelum masuk ke narasi besar tersebut, saya terlebih dahulu berpikir mengenai perubahan dalam diri saya. Adakah sastra telah mengubah saya? Saya meninjaunya pada beberapa hal. Terutama menyangkut k...
Proses Kreatif Nenek Mallomo, Lelaki itu, dan Sepotong Kayu yang Bersandar

Proses Kreatif Nenek Mallomo, Lelaki itu, dan Sepotong Kayu yang Bersandar

Cerpen, Karya, Pilihan Editor
Kemenangan saya di Lomba Penulisan Cerita Rakyat Kemendikbud 2015, membuat saya menerima banyak pertanyaan terutama seputar tips menulis cerita rakyat. Banyaknya pertanyaan yang muncul, mungkin karena peserta lomba yang diselenggarakan Kemendikbud ini, memang hampir menembus angka 3000 peserta lomba. Saya pun kaget campur senang ketika pertama kali saya dihubungi masuk 8 besar dan diundang ke Jakarta untuk tahap verifikasi naskah. Judul cerita rakyat saya yang terpilih sebagai pemenang pertama adalah Nenek Mallomo, Lelaki Itu, dan Sepotong Kayu yang Bersandar. Dari judulnya saya sudah berusaha untuk memunculkan satu tips bahwa, sebuah cerita rakyat tidak harus berjudul jadul. Saya tak memilih judul Legenda Nenek Mallomo, karena menurutku terlalu lazim. Saya berusaha untuk mencari sesuatu ...

Pin It on Pinterest